Coba perhatikan deh, naik KAI Commuter  itu membuat badan kita minimal melakukan tiga jenis aktifitas fisik berikut ini:
(1) berdiri,
(2) berjalan kaki, dan
(3) naik turun tangga.
Eh, tambahkan juga berlari sprint saat mengejar gerbong KAI Commuter  yang akan segera berangkat padahal kita baru aja sampai stasiun hihihi... Â
Hasil Survei Perjalanan Nasional di Inggris (the English National Travel Survey) pada transport publik dari
tahun 2010 hingga 2014 mendapati  aktifitas fisik para pengguna kereta 2x lebih lama durasinya yaitu 28 menit dalam perjalanan tiap harinya daripada pengguna bis yang hanya aktif bergerak selama 16 menit.
Jika ada survei serupa di Indonesia, sangat bisa jadi besar hasilnya serupa, apalagi bagi pelintas di dua stasiun transit KAI Commuter yang besar yaitu Manggarai, dan Tanah Abang.
Di pagi hari, strategi saya yaitu rutin naik gerbong ketiga dari belakang pada jalur 3 di Tanah Abang dalam KAI Commuter  menuju Bekasi yang transit di Manggarai. Ini agar bisa turun tepat di depan eskalator dan lalu berlari secepat kilat menuju jalur 12 di lantai 3 Stasiun Manggarai demi mengejar KAI Commuter ke Bogor, go go go!
Sampai di Bogor, perlu waktu sekitar 5 menit untuk saya keluar stasiun lalu naik turun jembatan penyeberangan sebelum naik angkot atau ojol ke kantor. Anggap saja ini olahraga tiap pagi hehehe...
2. Mengurangi resiko hidup sedenter
"Sitting is the new smoking." Hayo, siapa yang di kantornya hampir sepanjang jam kerja itu duduk saja?
Yakin deh, mayoritas pengguna KAI Commuter itu di tempat kerjanya pasti lebih banyak duduk di depan meja atau minim sekali aktifitas fisiknya.
Menurut Sedentary Behavior Research Network (SBRN) dilansir dari Medical News Today, "gaya hidup sedenter (sedentary lifestyle) adalah jenis aktivitas fisik yang pengeluaran energinya sangat rendah seperti duduk, berbaring, atau rebahan sehingga memicu timbulnya obesitas (kegemukan)."