Bulan Agustus selalu identik dengan upacara bendera untuk merayakan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Tahun 2023 ini, HUT ke-78 RI bertemakan "Terus Melaju untuk Indonesia Maju."
Sepanjang pengalaman saya hingga kini mengikuti upacara bendera dalam rangka peringatan  kemerdekaan, kenangan menjalani 17 Agustus di lokasi KKN belasan tahun lalu adalah yang paling berkesan. Saat itu, saya dan enam orang mahasiswa lainnya telah selesai menjalani program KKN di suatu desa di Bogor-Jawa Barat.
Kini saya bersyukur, tim KKN kami dulu memilih untuk tak langsung pulang dari desa karena ingin merasakan 17 Agustus di desa KKN yang kami diami selama dua bulan. Kami memperpanjang masa tinggal di desa hingga seminggu.
Tentu saja, kami telah melaporkan ke kampus bahwa tim kami masih berada di lokasi KKN hingga perayaan kemerdekaan.Â
Kami pun juga mengabarkan kepada keluarga masing-masing bahwa kami masih akan ada di desa KKN sampai peringatan HUT kemerdekaan RI.
Pihak kampus dan keluarga sama-sama mendukung rencana kami tersebut. Maka, inilah kisah serunya pengalaman saya bersama tim mahasiswa menjalani upacara bendera saat menyambut perayaan 17 Agustus di desa KKN kami dahulu. Selamat membaca.
Momen yang Seumur Hidup Sekali
Jujur, saya bingung dan prihatin tiap kali membaca berita tentang mahasiswa KKN  yang berkonflik dengan warga di desanya. Konflik  serupa dulu tak sampai menimpa tim KKN kami, Alhamdulillah. Â
Hal itulah yang membuat tim KKN kami sampai malah memperlama masa tinggal di desa meskipun seminggu sebelum tanggal 17 Agustus, program KKN kami resmi berakhir. Masyarakat desa memang mengundang kami untuk turut serta pada 17 Agustus-an di lokasi KKN.
Setelah kami diskusikan dalam tim KKN, kami pun sepakat untuk menerima tawaran warga.Â
"Di desa nanti juga ada upacara bendera, Pak?" tanya kami ke Bapak Kades (kepala desa) di desa KKN kami.
Eh, siapa sangka, Pak Kades malah mengubah lokasi upacara bendera yang biasanya di halaman kantor Kepala Desa menjadi di lapangan rumput tempat warga bermain bola.Â
"Supaya nanti banyak warga yang semangat untuk ikut upacara karena ada kalian, para anak mahasiswa. Selama ini, cuma pegawai kantor Kades yang wajib upacara," ujar Pak Kades sambil tersenyum dan menepuk-nepuk bahu mas ketua tim KKN kami.
Remaja Desa sebagai Paskibra
Pak Kades pun meminta kami mengajak remaja desa untuk menjadi petugas upacara, terutama dari para anggota Karang Taruna desa. Selama ini, petugas upacara bendera 17-an di kantor Kades yaitu para pegawai di kantor Kades pula.
Awalnya, saya dan sesama anggota tim KKN sempat cemas, tak akan banyak pemuda maupun pemudi desa yang tertarik menjadi petugas upacara bendera. Maklumlah, saat itu, tak sedikit dari mereka yang putus sekolah ataupun lebih memilih mencari duit saat libur daripada harus berlelah-lelah sebagai petugas upacara bendera 17 Agustus yang jelas tak dibayar.
Syukurlah, ada seorang pak RW dan juga pedagang kerajinan bambu di desa tersebut yaitu Pak RW 05 yang bersedia menyumbangkan baju seragam putih-putih dan sepatu hitam ke para remaja karang taruna desa yang menjadi petugas upacara bendera. Selama hampir seminggu, mereka giat berlatih bersama kami dengan didampingi anggota Polisi dan TNI yang bertugas di desa KKN tersebut.
Saya ingat, latihan dilakukan mulai pukul delapan pagi hingga waktu Zuhur, lalu istirahat selama satu jam, dan berlanjut hingga pukul tiga sore. Remaja Karang Taruna desa itu tambah semangat berlatih sebagai petugas Paskibra setelah mengetahui bahwa Bapak Camat bersedia menghadiri upacara bendera 17 Agustus di lokasi KKN.
Upacara Bendera Bersama Warga Desa
Ketika hari-H, kami sempat kaget saat didatangi mobil operasional Pak Kades untuk berangkat bersama ke lapangan upacara bendera. Ternyata, kami berenam telah disediakan tempat untuk mengikuti upacara dari tenda bersama para aparat desa lainnya.
Namun, sebelum menuju tenda kehormatan tersebut, kami menyempatkan diri untuk menemui para remaja Karang Taruna yang menjadi petugas Paskibra. Kami memberikan semangat untuk mereka yang ternyata rata-rata berhasil mengajak keluarga besarnya (tak hanya keluarga inti) untuk mengikuti upacara bendera sebagai bentuk dukungan, mantap!
Syukurlah, upacara bendera di desa KKN itu berjalan lancar sekalipun para petugas Paskibranya yang berasal dari remaja Karang Taruna tersebut hanya berlatih selama seminggu dengan intensif. Seusai upacara bendera, para petugas Paskibra berfoto bersama Pak Camat yang saat itu turut membawa sejumlah wartawan. Â
Bagi saya, suasana gotong-royong dan kekeluargaan begitu terasa selama kami melaksanakan persiapan upacara bendera hingga pelaksanaannya. Pasti inilah yang dulu dirasakan oleh para pejuang di seluruh Indonesia dalam meraih kemerdekaan sampai akhirnya bendera merah putih dapat berkibar  tepat pada 17 Agustus 1945. Â
Upacara bendera di desa KKN kami tersebut semakin menegaskan makna "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Makna persatuan dan saling bahu-membahu untuk memajukan serta memakmurkan seluruh Indonesia itu memang akan selalu relevan setiap kali upacara bendera ada. Salam merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H