Beliau pun sampai mengirimkan berbagai tautan artikel review Iron Man 1, 2, dan 3 yang turut dibintangi aktris Gwyneth Paltrow sebagai kekasih Iron Man (Pepper Pots) itu agar saya paham plotnya.
Siapa sangka, seusai adegan rumah mewah Tony Stark yang berlokasi di pinggir lautan itu luluh-lantak setelah dibombardir helikopter musuhnya yaitu si Mandarin (Ben Kingsley), mata saya mirip lampu senter yang baterainya habis!
Bangun-bangun, adegan sudah sampai saat Tony Stark yang lemah ditolong seorang anak laki usia SD bernama Harley Keener (Ty Simpkins) dalam sebuah gudang di pinggiran kota.
Sepulang menonton Iron Man 3 dari bioskop Botani Square XXI itu, saya pun ditertawakan oleh rekan senior saya tersebut.Â
"Wah, payah nih! Nobar sore pun, kamu tetap ketiduran wkwkwk!" ledek si ibu yang terbiasa menonton midnight dengan suaminya saat akhir pekan.
Doctor Strange (2016)
Saya pun mulai berpikir berulangkali setelah menonton Iron Man 3,Â
"Jangan-jangan genre film superhero dan science fiction itu memang bukan untuk saya."Â
Tapi, tiga tahun kemudian, saat seorang teman lama yang baru pulang dari luar negeri dan langsung mengajak untuk nobar film Marvel Cinematic Universe/MCU yang dibintangi Benedict Cumberbatch (Doctor Stephen Strange) dan Rachel McAdams sebagai kekasihnya yang juga adalah seorang dokter ahli bedah (Christine Palmer), saya pun mengiyakan ajakan nobarnya.
Selain tak tega menolak tawaran teman yang termasuk backpacker ladies itu, saya juga memang telah kagum dengan kualitas akting Benedict sebagai detektif Sherlock Holmes di serial drama Sherlock yang diproduksi BBC (2010-2017) sehingga saya pun mengiyakan tawarannya.Â