Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "The King", Sisi Lain Korea yang Mirip Politik Indonesia

26 Mei 2023   21:22 Diperbarui: 29 Mei 2023   12:06 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otak vs otot menjadi daya tarik film The King (Ilustrasi: Korean Film Council) 

Jika ditanya apa persamaan politik di Indonesia dan Korea Selatan (Korsel), kata 'republik' dan 'presiden' umumnya yang langsung akan terlintas di kepala. Bedanya, Korsel memiliki perdana menteri yang berfungsi sebagai wakil presiden dan presiden Korsel hanya dapat menjabat selama 1 periode selama lima tahun pemerintahan.

Lalu, apakah iklim kompetisi politik di Korsel lantas menjadi (relatif) lebih sehat karena presidennya hanya sekali dipilih sehingga para birokrat dan politisinya tak sibuk berdebat kusir tentang wacana perpanjangan masa jabatan presiden?

Jangan salah, setelah menonton film The King atau "Deoking" dalam bahasa Korea (2017) yang dibintangi aktor dengan skor visualnya di atas 9, oppa Jo In-Sung (The Classic, The Great Battle) sebagai pemeran utama yang berprofesi sebagai jaksa bernama Park Tae-soo, maka penonton pun akan tersadar, politik di Korsel ternyata (intrik kotornya) serupa tapi tak sama dengan di Indonesia.

Film The King yang disutradarai oleh Han Jae-rim (The Face Reader, Emergency Declaration) tersebut juga didukung aktor senior yang disebut 'Tom Cruise dari Asia' yaitu ahjussi Jung Woo-sung (A Moment to Remember, Asura: The City of Madness) yang berperan sebagai 'jaksa agung rasa raja' di Korsel bernama Han Kang-sik. 

The King yang disebut gaya kreatif editing filmnya mengingatkan kita pada film-film karya sutradara Martin Scorsese (The Wolf of Wall Street, The Departed) juga didukung sederet aktor berkualitas A yaitu Bae Sung-woo (Beasts Clawing at Straws), dan aktris Kim So-jin (The Man Standing Next, The Drug King), serta aktor baru yang berbakat Ryu Joon-yeol (Believer, Little Forest).

The King ini (syukurnya) tidak dibatasi, apalagi dicekal penayangannya oleh pemerintah Korsel yang saat rilis perdananya pada 8 Maret 2017 itu, sedang diguncang keras dengan peristiwa pemakzulan atau impeachment presiden ke-11 sekaligus perempuan pertama di Korsel, Park Geun-hye (putri presiden ketiga Korsel, Park Chung-hee) akibat mega skandal korupsi dan nepotisme. 

Di Indonesia, periode Megawati Soekarnoputri sebagai presiden kelima dan juga wanita pertama yang menjabat RI-1 serta putri presiden ke-1, Ir. Soekarno, berakhir normal sesuai konstitusi.

Film The King yang syutingnya berlokasi di sejumlah kota besar di Korsel antara lain Seoul, Daejeon, dan Busan ini berhasil menempati posisi puncak (box office) pada pekan pertama pemutarannya di Korsel dengan meraup 13.2 juta dolar. 

Hal tersebut sangat wajar dengan kualitas film dan akting prima para pemerannya alias tak sekadar sedap dipandang, serta temanya yang sangat relevan dengan (konflik) politik di banyak negara, termasuk di Indonesia.

Film The King ini layak ditonton menjelang pemilu (Ilustrasi: IMDb)
Film The King ini layak ditonton menjelang pemilu (Ilustrasi: IMDb)

Perjuangan kelas itu jelas keras

Tak sedikit birokrat dan politisi top di Indonesia yang meniti karier dari nol, bahkan minus karena latar belakang keluarga yang serba kekurangan dengan berjuang melalui jalur pendidikan. 

Tokoh utama The King, Tae-soo si preman jalanan, yang berayahkan pemabuk dan penjudi, pun tersadar bahwa kekuatan fisik itu akhirnya akan tumbang oleh kecerdasan otak setelah melihat ayahnya mengiba-iba pada seorang jaksa muda agar tak dijebloskan ke bui.

Namun, bukannya diapresiasi sang guru, Tae-soo malah dicurigai menyontek saat mendapat nilai tertinggi di sekolah. Tak patah arang setelah dipandang sebelah mata di depan kelas, Tae-soo membuktikan dirinya mampu menembus kampus paling bergengsi di Korsel yaitu Seoul National University (SNU) dan bahkan terlibat demo mahasiswa yang menentang rezim penguasa.

Otak vs otot menjadi daya tarik film The King (Ilustrasi: Korean Film Council) 
Otak vs otot menjadi daya tarik film The King (Ilustrasi: Korean Film Council) 
Bagi penonton yang jeli, kostum yang dipakai para pemeran The King selama masa sekolah dan kuliah Tae-soo itu menjadi salah satu indikator era yang diceritakan yaitu tahun 80-an. 

Periode tersebut memang masa saat pembangunan ekonomi besar-besaran terjadi di sejumlah negara Asia, tak terkecuali di Indonesia dan Korsel, namun harus "dibayar mahal"' dengan pembungkaman hak-hak berpendapat secara demokratis.

Tae-soo ikut terciduk, namun berhasil mengelak saat diinterogasi aparat sehingga "hukumannya" yaitu menjalani wajib militer (wamil) yang lebih keras. Dirinya pun tetap banting tulang belajar siang malam selama wamil agar lulus tes penerimaan jaksa yang diidamkan.

Dilema idealisme vs materialisme

Fenomena aktivis mahasiswa yang segagah singa podium saat demo, namun sejinak burung beo ketika sudah masuk sistem (yang sinting) dalam lingkaran kekuasaan tak hanya terjadi di Indonesia. 

Tae-soo yang mulanya menjalani profesi jaksa dengan setulus hati kemudian bergeser sejauh materi dapat digali (atau dicuri?) setelah bergabung dengan divisi kebijakan strategis dari kejaksaan pusat di Seoul.

Divisi yang diketuai jaksa Kang-sik itu memegang rahasia penting (skandal) para tokoh publik seperti artis, pejabat, dan chaebol di Korsel yang akan diekspos ke pers sesuai kepentingan lawan politik maupun musuh mereka dengan imbalan cuan juga kekuasaan. Ini bukan hal yang asing bagi warganet +62 kan?

Tak heran, selain kejujuran Tae-soo tergadai, pernikahannya dengan Sang-hee (Kim Ah-joong) yang juga putri tokoh terpandang dan persahabatannya dengan Choi Doo-il (Ryu Jun-yeol) sejak SMU pun ditimpa badai. 

Pemeran wanita bukan semata pelengkap cerita dalam film The King dari Korea (Ilustrasi: IMDb)
Pemeran wanita bukan semata pelengkap cerita dalam film The King dari Korea (Ilustrasi: IMDb)

Meskipun (sedikit) terlambat, keputusan sang sutradara Han Jae-rim dengan menghadirkan tokoh jaksa wanita, Ahn Hee-yeon (Kim So-jin), yang lurus sekaligus ambisius untuk menangkap para politikus rakus mampu menghilangkan kesan kuat maskulin di dunia politik yang licin.

Film The King ini juga semakin memperkokoh adagium universal bahwa "tak ada kawan maupun lawan politik yang abadi sebab hanya kepentingan politik yang abadi." 

Tae-soo pun kembali tersadar bahwa dirinya tak lebih dari kaki tangan bagi sunbaenim kuliahnya dan juga tangan kanan Kang-sik, Yang Dong-chul (Bae Seong-woo), yang dulu menariknya ke kantor pusat jaksa di Seoul untuk terlibat aksi political engineering alias misi licik mereka.

Ada kali kedua bagi pengaku dosa

Mungkinkah para napi, termasuk para koruptor dapat kembali bersinar bintangnya di panggung politik? Ternyata, posisi sebagai justice collaborator atau JC (kolaborator keadilan) tak hanya diminati di Indonesia seperti yang viral setahun belakangan ini, namun juga di Korea sejak tahun 2000-an.

Kedua orang sahabat yang telah kenyang makan pahit manisnya dunia (mafia) politik, baik Tae-soo maupun Doo-il akhirnya sama-sama memilih untuk membela kebenaran dengan caranya masing-masing. Sedihnya, salah satu dari mereka ternyata sampai harus meregang nyawanya di penghujung film drama politik ini.

Kesempatan kedua untuk membela kebenaran sayang untuk dilewatkan (Ilustrasi: CINE21.com)
Kesempatan kedua untuk membela kebenaran sayang untuk dilewatkan (Ilustrasi: CINE21.com)

Selain jaksa wanita Hee-yeon yang hubungannya dengan Tae-soo mirip benci tapi rindu, istri Tae-soo yaitu Sang-hee juga semakin signifikan perannya di bagian-bagian akhir film, terutama dengan adanya koneksi penting ayah mertua Tae-soo. 

Tak dapat dipungkiri, di balik kesuksesan (juga kegagalan) seorang pria, selalu ada peran vital seorang wanita yang ternyata ini berlaku di seluruh dunia, daebak!

Han Jae-rim selaku sutradara dan penulis skenario film berhasil menghindari jebakan klise 'hitam vs putih' sehingga konflik dalam The King tampil lebih realistis dengan menghadirkan sisi baik sekaligus buruk dari setiap tokoh, terutama Tae-soo. 

Skenario yang ditulis dengan humanis oleh Jae-rim semakin apik adegannya dengan dukungan editing yang mumpuni dari sang editor, Sin Min-kyeong sehingga sukses meraih juara dalam tiga anugerah penghargaan yang untuk kategori Best Editing.

Tahun 2022 lalu, rakyat Korsel telah melaksanakan pemilu untuk memilih presiden ke-13, Yoon Suk-yeol (sebelumnya menjabat jaksa agung), yang akan berkuasa hingga 2027. 

Nah, sebelum kita memilih presiden RI ke-8 di tahun 2024 yang tak sampai setahun lagi, menonton film The King ini sebagai salah satu referensi dalam memutuskan pilihan sesuai hati nurani tentu layak menjadi rekomendasi. Kamsahamnida!

Rakyat berulangkali mendapati bahwa hanya kepentingan politisi yang abadi (Ilustrasi: HanCinema)
Rakyat berulangkali mendapati bahwa hanya kepentingan politisi yang abadi (Ilustrasi: HanCinema)

Arti istilah Korea:
-Oppa= kakak laki-laki (panggilan dari adik perempuan)
-Ahjussi= sebutan untuk paman, om
-Chaebol= konglomerat
-Sunbaenim= senior, kakak kelas
-Daebak= wow, luar biasa
-Kamsahamnida= Terima kasih

-Judul film: The King (Deoking)
-Rating usia: D/Dewasa (remaja 18 tahun ke atas dan orang dewasa)
-Genre: Drama, Thriller
-Tahun: 2017
-Asal: Korea Selatan
-Pemeran: Jo In-sung, Jung Woo-sung, Bae Sung-woo, Ryu Jun-yeol, Kim Ah-joong, Kim So-jin
-Sutradara: Han Jae-rim
-Penulis skenario: Han Jae-rim
-Editor: Sin Min-kyeong
-Distributor: N.E.W (Next Entertainment World)
-Durasi: 2 jam 37 menit (157 menit)
-Penghargaan:
53rd Baeksang Art Awards (Aktris Pendukung Terbaik: Kim So-jin dan Aktor Pendatang Baru Terbaik: Ryu Jun-yeol),
54th Grand Bell Awards (Aktris Pendukung Terbaik: Kim So-jin, Aktor Pendukung Terbaik: Bae Seong-woo, Skenario Terbaik: Han Jae-rim, dan Editing Terbaik: Sin Min-kyeong),
The 1st Seoul Awards (Aktor Pendatang Baru Terbaik: Ryu Jun-yeol),
38th Blue Dragon Film Awards (Bintang Terpopuler: Jo In-sung, Aktris Pendukung Terbaik: Kim So-jin, dan Editing Terbaik: Sin Min-kyeong),
17th Director's Cut Awards (Penghargaan Khusus: The King),
12th Asian Film Awards (Editing Terbaik: Sin Min-kyeong), dan
9th KOFRA Film Awards (Aktris Pendukung Terbaik: Kim So-jin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun