Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "The King", Sisi Lain Korea yang Mirip Politik Indonesia

26 Mei 2023   21:22 Diperbarui: 29 Mei 2023   12:06 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otak vs otot menjadi daya tarik film The King (Ilustrasi: Korean Film Council) 

Perjuangan kelas itu jelas keras

Tak sedikit birokrat dan politisi top di Indonesia yang meniti karier dari nol, bahkan minus karena latar belakang keluarga yang serba kekurangan dengan berjuang melalui jalur pendidikan. 

Tokoh utama The King, Tae-soo si preman jalanan, yang berayahkan pemabuk dan penjudi, pun tersadar bahwa kekuatan fisik itu akhirnya akan tumbang oleh kecerdasan otak setelah melihat ayahnya mengiba-iba pada seorang jaksa muda agar tak dijebloskan ke bui.

Namun, bukannya diapresiasi sang guru, Tae-soo malah dicurigai menyontek saat mendapat nilai tertinggi di sekolah. Tak patah arang setelah dipandang sebelah mata di depan kelas, Tae-soo membuktikan dirinya mampu menembus kampus paling bergengsi di Korsel yaitu Seoul National University (SNU) dan bahkan terlibat demo mahasiswa yang menentang rezim penguasa.

Otak vs otot menjadi daya tarik film The King (Ilustrasi: Korean Film Council) 
Otak vs otot menjadi daya tarik film The King (Ilustrasi: Korean Film Council) 
Bagi penonton yang jeli, kostum yang dipakai para pemeran The King selama masa sekolah dan kuliah Tae-soo itu menjadi salah satu indikator era yang diceritakan yaitu tahun 80-an. 

Periode tersebut memang masa saat pembangunan ekonomi besar-besaran terjadi di sejumlah negara Asia, tak terkecuali di Indonesia dan Korsel, namun harus "dibayar mahal"' dengan pembungkaman hak-hak berpendapat secara demokratis.

Tae-soo ikut terciduk, namun berhasil mengelak saat diinterogasi aparat sehingga "hukumannya" yaitu menjalani wajib militer (wamil) yang lebih keras. Dirinya pun tetap banting tulang belajar siang malam selama wamil agar lulus tes penerimaan jaksa yang diidamkan.

Dilema idealisme vs materialisme

Fenomena aktivis mahasiswa yang segagah singa podium saat demo, namun sejinak burung beo ketika sudah masuk sistem (yang sinting) dalam lingkaran kekuasaan tak hanya terjadi di Indonesia. 

Tae-soo yang mulanya menjalani profesi jaksa dengan setulus hati kemudian bergeser sejauh materi dapat digali (atau dicuri?) setelah bergabung dengan divisi kebijakan strategis dari kejaksaan pusat di Seoul.

Divisi yang diketuai jaksa Kang-sik itu memegang rahasia penting (skandal) para tokoh publik seperti artis, pejabat, dan chaebol di Korsel yang akan diekspos ke pers sesuai kepentingan lawan politik maupun musuh mereka dengan imbalan cuan juga kekuasaan. Ini bukan hal yang asing bagi warganet +62 kan?

Tak heran, selain kejujuran Tae-soo tergadai, pernikahannya dengan Sang-hee (Kim Ah-joong) yang juga putri tokoh terpandang dan persahabatannya dengan Choi Doo-il (Ryu Jun-yeol) sejak SMU pun ditimpa badai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun