Murid privat saya yang duduk di SMU mengaku lebih memahami  tata bahasa (Grammar) dalam Bahasa Inggris setelah mendapat proyek mengulas berita seputar COVID-19 di Indonesia sambil dikaitkan dengan kasus COVID-19 yang pernah diketahuinya langsung di sekitarnya dan lalu menyajikannya (presentasi) di depan kelas.Â
Saat membahas tugas review tersebut bersama saya, siswi kelas X itu berkomentar, "Miss Nisa, belajar bahasa tuh memang lebih efektif dengan praktek daripada cuma dihafal. Kita bakal lupa deh kalau jarang dipakai!"
Saya perhatikan, para murid les privat yang saya ajar seminggu sekali tersebut, baik di SD, SMP, hingga SMU lebih menikmati serta memahami pola belajar yang dekat dengan keseharian mereka sembari mempelajari peristiwa terbaru yang terjadi di Indonesia dan juga negara lainnya.Â
Orang tua lebih sadar potensi anak
Era dunia masa depan yang penuh dengan VUCA (Volatility/volatilitas, Uncertainty/ketidakpastian, Complexity/kompleksitas, dan Ambiguity/ambiguitas) pastinya menuntut pembelajar sekaligus pengajar yang adaptif serta inovatif terhadap setiap tantangan masa depan, tak terkecuali di bidang pendidikan.Â
Istilah VUCA world ini dipopulerkan Warren Bennis dan Burt Nanus, dua orang ahli bisnis dan pakar kepemimpinan dari Amerika pada tahun 1987 atau 90 tahun setelah Dewey menuliskan kalimat bijaknya dalam My Pedagogic Creed bahwa "pendidikan itu sejatinya adalah kehidupan (anak) itu sendiri yang sesuai dengan minat tiap individu."
Itulah sebabnya, peniadaan jurusan IPA dan IPS di SMU dengan adanya Kurikulum Merdeka tersebut dapat membuat murid les privat saya di SMU (sedikit) lega karena orang tuanya kini lebih memahami potensinya.Â
Awalnya, ayahnya ingin dirinya menjadi dokter karena nilai Biologinya bagus, sedangkan sang ibu mengarahkan dirinya (yang hobi mengakses online games di saat luang) agar menjadi  diplomat karena nilai Bahasa Inggrisnya rutin di atas angka 9 sejak masih di SD.
Di era kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) saat ini, guru bersama  murid perlu terus meng-update serta meng-upgrade skill IT yang ada. Maka, Platform Merdeka Mengajar hadir agar guru dapat terus Mengajar, Belajar, dan Berkarya dari manapun dan kapanpun di zaman ketika arus informasi kini mengalir dengan  sekali klik dalam hitungan menit.Sebagai guru les privat, saya pun semakin menyadari bahwa belajar dan mengajar itu (selalu) berbentuk proses dua arah yang saling melengkapi, baik di lingkungan formal sekolah maupun di rumah serta lingkungan masyarakat. Tiap kita sejatinya adalah pembelajar mulai dari masih dalam buaian hingga kematian.