Jadi bayangkan saja ketika konten yang sarat eksploitasi manusia dan hewan terus berseliweran di Indonesia tanpa adanya peraturan yang jelas dan sanksi tegas. Tak mustahil, masyarakat akan mengira konten eksploitasi itu adalah cara (tanpa etika) yang efektif dan efisien dalam meraih timbunan cuan sebagai Content Creators.
Netizen pun harus tetap kritis dalam menyikapi konten apapun dari idola mereka. Jangan lagi deh latah merequest ke para influencer agar membuat konten yang 'seru' tapi nirmutu semisal "Buat konten anjingnya ketemu serigalanya si X donk supaya tarung, Bang!" Ngeselin abis!
Ingatlah selalu bahwa 'Supply & Demand Theory' juga berlaku di dunia Content Creators. Ketika banyak penonton meminta sejumlah jenis konten yang dapat mendongkrak jumlah views, maka para Content Creators pun akan berlomba-lomba menyajikannya.
Pasti masih segar kan di ingatan kita tentang maraknya perilaku konyol para remaja yang nekad menghadang truk yang sedang melaju demi viralnya konten mereka. Korban tewas dan terluka pun tak sedikit dari aksi 'menjemput maut' itu, miris banget!
Solusinya, kita dapat membantu popularitas konten edukatif yang (berulangkali) masih rendah jumlah penontonnya. Padahal, saat ini sudah banyak lho topik bernas dan cerdas yang disajikan oleh para Content Creators dengan menarik, tak terkecuali dengan animasi unik.
Industri kreatif memang akan terus berkembang di masa depan di seluruh dunia, termasuk industri konten di Indonesia. Idealnya, konten kreatif itu mencerdaskan tanpa harus meresahkan apalagi membahayakan, sepakat ya kita semuanya?
Untuk membuat suatu konten agar menjadi trending topic dan viral maka nilai moral serta sosial pun harus tetap optimal. Yakinlah, pasti jauh lebih beruntung di dunia dan berpahala di akhirat kelak saat konten itu menyebarkan kebaikan baik bagi penontonnya maupun pembuat kontennya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H