Ada masanya ketika barang dianggap status sosial. Contohnya, pemilik dua mobil (dianggap) lebih kaya daripada pemilik satu mobil.
Padahal, mungkin saja aset si pemilik mobil tunggal itu jauh lebih banyak dibandingkan si pemilik dua mobil karena dia dulu membayar tunai mobilnya sehingga tak (perlu) pusing membayar cicilan mobil setiap bulannya.Â
Sementara itu, si pemilik dua mobil harus membayar kredit mobilnya selama beberapa tahun ke depan yang berdampak dirinya sulit untuk menambah aset.
Wajarlah ketika kini gaya hidup minimalis semakin diminati generasi Milenial dan Z. Untuk apa punya (banyak) kendaraan sedangkan saat ini sudah tersedia layanan transportasi online, ya kan?
Gaya hidup minimalis juga tak melulu tentang barang yang mahal, namun juga meliputi barang yang lebih murah harganya.Â
Contohnya yaitu kini semakin banyak toko yang menjual barang yang dapat dibeli dengan wadah dari rumah (bulk store) untuk mengurangi gunung sampah kemasan plastik.
Tujuan utama gaya hidup minimalis tentu saja tak sebatas menghemat keuangan karena tak sedikit orang yang barangnya hanya sedikit, akan tetapi harga barangnya sekelas sultan.Â
Inti gaya hidup minimalis yaitu merawat kelestarian planet Bumi dengan hanya memiliki dan mengonsumsi barang yang benar-benar penting setiap hari.
Pengalaman saya selama ini mendapati gaya hidup minimalis itu gampang-gampang susah (atau malah susah-susah gampang?) prakteknya. Gampang ketika kita rutin melakukannya setiap hari sehingga telah menjadi kebiasaan.
Gaya hidup minimalis akan berat ketika kita tak berstrategi. Maka inilah tiga tips untuk gaya hidup minimalis yang realistis setiap hari.