Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Meskipun Terlambat, Imunisasi Kejar Tetaplah Bermanfaat

17 April 2022   14:49 Diperbarui: 20 April 2022   19:44 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juli 2020 atau 4 bulan setelah COVID-19 melanda Indonesia, saya hendak menemani keponakan yang akan imunisasi ke Posyandu terdekat. Usia keponakan saya ketika itu 21 bulan dan adiknya berusia 5 bulan.

Saat kami berempat (saya, 2 orang keponakan, dan ibu mereka berdua) sudah siap menuju Posyandu, tiba-tiba ada pesan masuk di grup WA RT perumahan tempat tinggal kami. Isinya berupa pemberitahuan tentang batalnya pelaksanaan Posyandu hari itu karena COVID-19.

"Wah, imunisasi anak-anak tertunda lagi. Sebulan yang lalu Posyandu juga ditiadakan," begitu keluh ibu kedua balita tersebut. 

Kasus terlambatnya imunisasi jelas tidak hanya terjadi pada kedua orang keponakan saya, namun juga pada banyak balita di Indonesia selama pandemi dua tahun ini.

Orang tua jelas tidak berani bolak-balik ke RS maupun klinik swasta untuk mengimunisasi buah hati mereka saat angka kasus COVID-19 sedang meningkat. Posyandu, sebagai garda terdepan program imunisasi, pun terpaksa sempat vakum saat pandemi.

Yuk mari lakukan Imunisasi Kejar agar kualitas kesehatan masa depan keluarga lebih terjaga (Ilustrasi: sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Yuk mari lakukan Imunisasi Kejar agar kualitas kesehatan masa depan keluarga lebih terjaga (Ilustrasi: sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Maka itulah, di tahun 2022 ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) aktif mengampanyekan Pekan Imunisasi Dunia (PID) di bulan April ini. Pekan Imunisasi Dunia (PID) berlangsung di pekan terakhir April setiap tahunnya dengan tema tertentu.

Secara global, tema PID 2022 yaitu "Long Life for All." Di Indonesia, "Sehatkan Keluarga Lewati Pandemi dengan Imunisasi Lengkap" menjadi tema PID 2022.

Nah, bagi para orang tua yang buah hatinya sempat tertunda imunisasinya, yuk mari segera lakukan 'Imunisasi Kejar (Catch-up Immunization)'. Berikut ini adalah penjelasan tentang pentingnya Imunisasi Kejar saat ini.

Imunisasi Kejar dapat dilakukan di Puskesmas terdekat secara cuma-cuma (Ilustrasi: Instagram Puskesmas Tajur)
Imunisasi Kejar dapat dilakukan di Puskesmas terdekat secara cuma-cuma (Ilustrasi: Instagram Puskesmas Tajur)

Masa depan penuh ketidakpastian

Siapa yang pernah menyangka 102 tahun setelah terjadinya pandemi Flu Spanyol (Spanish flu) pada tahun 1918 lalu ternyata dunia mengalami kembali pandemi COVID-19 di tahun 2020. Tak heran, jenis-jenis penyakit yang sekarang belum ada namun tetap berpeluang hadir di masa depan.

Imunisasi adalah salah satu ikhtiar (usaha) kita dalam menyikapi ketidakpastian kondisi kesehatan.

Menurut dr. Prima Yosephine selaku Plt. Dir. Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan pada konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia secara virtual di Jakarta, Senin (11/4), "imunisasi dapat meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila terpajan dengan penyakit tersebut akan mengurangi resiko sakit atau hanya menderita sakit ringan."

Ibu saya berkisah, dulu ibu mertua beliau atau Mbah Putri saya pernah melarang cucunya diimunisasi dengan alasan, "bayi sehat kok malah jadi demam dan rewel terus habis disuntik (imunisasi). Bayi zaman dulu ndak ada yang disuntik ya tetap bisa sehat sampai tua!"

 Namun, setelah beliau diberi penjelasan melalui nasihat agama yaitu perintah Allah SWT agar tidak meninggalkan generasi penerus atau keluarga yang lemah dalam Al-Qur'an barulah beliau mengizinkan seperti tertera dalam terjemahan Al-Qur'an surah An-Nisa' (4): ayat 9 berikut ini:

"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya."

Saya dan ketiga orang adik yang semasa balita di tahun 80-an dan 90-an dulu mendapatkan imunisasi lengkap saja ternyata sekarang tetap terkena COVID-19. Tetapi, syukur Alhamdulillah, kondisi tubuh kami tidak sampai parah (hanya isolasi mandiri di rumah) karena adanya imunitas tubuh sejak dini.

Tak terbayangkan betapa drop-nya kondisi COVID-19 kami berempat setahun kemarin jika imunisasi kami saat balita dulu tak lengkap, apalagi sampai tak dilakukan hanya karena ketidaktahuan tentang manfaat imunisasi. 

Adanya 'Imunisasi Kejar' yaitu imunisasi kepada individu dengan sebab tertinggal satu atau lebih dosis vaksin dari yang seharusnya diberikan dapat meminimalisir resiko parahnya tingkat kesakitan seseorang di waktu mendatang.

Para bayi dan balita yang kini diimunisasi lengkap secara rutin maupun kejar akan merasakan betul manfaatnya bertahun-tahun dari pandemi saat ini. Harapannya, di tahun 2045 atau 100 tahun kemerdekaan Indonesia, para bayi dan balita pandemi yang telah diimunisasi lengkap ini telah tumbuh berkembang sebagai salah satu generasi emas Nusantara yang sehat lahir maupun batin.

Manfaat imunisasi dan vaksin jelas semakin terasa di mana mewabahnya pandemi (Ilustrasi: Unicef Indonesia/unicef.org)
Manfaat imunisasi dan vaksin jelas semakin terasa di mana mewabahnya pandemi (Ilustrasi: Unicef Indonesia/unicef.org)

Investasi kesehatan itu cuan

Ternyata, investasi itu tak melulu urusan materi lho. Investasi di bidang kesehatan pun dapat menghasilkan cuan (keuntungan).

Imunisasi rutin maupun kejar termasuk bentuk investasi individu untuk kesehatan masa depan. 

Menurut Dokter spesialis anak konsultan dr. Arifianto, Sp.A(K) yang juga turut menjadi narasumber bersama Dr. Prima pada konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia secara virtual, "imunisasi terbukti menjaga tingkat kekebalan bayi dan anak di masyarakat terhadap PD3I (penyakit polio, hepatitis B, pertusis, difteri, haemophilus influenzae tipe B, campak dan tetanus), memastikan masyarakat di sekitarnya terlindungi dari PD3I, dan mencegah wabah PD3I."

Oleh karena itulah, pemerintah memberi subsidi untuk imunisasi wajib di Indonesia yaitu Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, HiB, MR, dan Campak.

 Vaksin tersebut tersedia di Posyandu dan di Puskesmas secara cuma-cuma sehingga sayang kalau tidak dimanfaatkan.

Adik saya yang kedua dan ketiga atau anak nomor tiga dan empat lahir beberapa tahun setelah adanya Prakarsa Pemberantasan Polio Global pada 1988 dimulai. Ibu pun tak melewatkan kesempatan imunisasi polio (PIN Polio) yang dilaksanakan  tiga tahun berturut-turut pada tahun 1995, 1996, dan 1997 di Indonesia.

Sedihnya, ada tetangga kami dulu yang melewatkan vaksin polio terhadap putranya yang sebaya dengan adik saya. Akibatnya, anak tersebut lumpuh permanen karena terserang polio sehingga tak dapat berjalan sama sekali hingga dewasa, sedih deh melihatnya.

Kejadian pilu tersebut semakin menyadarkan kami sekeluarga tentang pentingnya imunisasi, baik vaksinnya gratis maupun berbayar.  Jadi meskipun imunisasi selain PD3I berbayar, namun biaya yang kita keluarkan sepadan lho dengan manfaat jangka panjangnya.

Buah hati sehat dan tumbuh berkembang dengan optimal adalah salah satu manfaat utama imunisasi (Dokumentasi pribadi)
Buah hati sehat dan tumbuh berkembang dengan optimal adalah salah satu manfaat utama imunisasi (Dokumentasi pribadi)


Terlambat tapi tak terlewat

Terbatasnya akses ke sejumlah fasilitas kesehatan (faskes), terutama Posyandu, selama pandemi tak pelak mengakibatkan penurunan jumlah imunisasi nasional. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan turunnya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada tahun 2020 dan 2021 yaitu hanya sebesar 84,2% dibandingkan dari tahun 2015 (menurun 2,3%).

Data Kemenkes tersebut juga mendapati selama tahun 2020-2021, total sebanyak 1.419.587 bayi yang masih belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap dan ini adalah jumlah tertinggi dalam jangka waktu 5 tahun terakhir. Imunisasi Kejar tentunya menjadi solusi tepat.

Prinsip "better late than never (lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali)" memang sesuai diaplikasikan untuk menurunnya cakupan imunisasi selama pandemi. 

Sejumlah faskes, termasuk Puskesmas terdekat dari rumah, aktif mempromosikan Pekan Imunisasi Dunia (PID) berupa Imunisasi Dasar Lengkap dan Vaksin Booster, melalui akun resmi Instagram mereka.

Kita patut bersyukur kini semakin banyak faskes yang aktif di media sosial dalam menyebarkan informasi kesehatan, tak terkecuali mengenai program resmi pemerintah. Saya masih ingat betul saat masih SD dulu di tahun 90-an, para kader dan pengurus RT serta RW bahkan sampai berkeliling perumahan dengan membawa pengeras suara untuk memberitahukan warga agar segera datang ke Posyandu.

Lalu, jenis imunisasi lengkap apa sajakah yang dapat rutin dilakukan? Berikut ini data yang saya kutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan (kemkes.go.id):

1. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia 0-11 bulan:

*HB0 1 dosis
*BCG 1 dosis
*DPT-HB-Hib 3 dosis
*Polio tetes (OPV) 4 dosis
*Polio suntik (IPV) 1 dosis
*Campak Rubela 1 dosis

2. Imunisasi Lanjutan pada anak usia 18-24 bulan:

*DPT-HB-Hib 1 dosis
*Campak Rubela 1 dosis

3. Imunisasi Lanjutan Anak Sekolah Dasar/sederajat pada Program Tahunan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah):

*Campak Rubela dan DT pada anak kelas 1
*Td pada anak kelas 2 dan 5

Jika kita masih bingung dengan jenis-jenis imunisasi, para kader Posyandu maupun petugas Puskesmas akan dengan senang hati menjawab pertanyaan kita seputar imunisasi. Selain itu, fasilitas dokter digital yang sekarang banyak tersedia melalui aplikasi kesehatan dapat pula kita manfaatkan untuk mengakses informasi terpercaya tentang imunisasi lengkap di Indonesia.

"Sedia payung sebelum hujan, mari imunisasi demi kesehatan," layak untuk kita ingat selalu setelah mewabahnya pandemi COVID-19 dua tahun lalu. Kalau bukan kita sendiri yang menjaga kondisi tubuh kita beserta keluarga, lalu siapa lagi? Salam sehat selalu.

Selain usia bayi dan balita, anak-anak dan orang dewasa juga tetap perlu imunisasi lho (Infografis: antaranews.com)
Selain usia bayi dan balita, anak-anak dan orang dewasa juga tetap perlu imunisasi lho (Infografis: antaranews.com)

Referensi artikel:

1. Temu Media: Pekan Imunisasi Dunia (YouTube Kementerian Kesehatan RI)

2. Imunisasi Kejar, Lengkapi Imunisasi Dasar Anak yang Tertunda (sehatnegeriku.kemkes.go.id)

3. Kemenkes Perpanjang Kesempatan Bagi Masyarakat Mendapatkan Imunisasi MR (sehatnegeriku.kemkes.go.id)

4. Poliomyelitis (Penyakit Virus Polio)

(infeksiemerging.kemkes.go.id)

5. Imunisasi rutin anak selama pandemi COVID-19 di Indonesia: Persepsi orang tua dan pengasuh

(www.unicef.org/indonesia/id)

6. Melengkapi imunisasi rutin anak lewat imunisasi kejar

(m.antaranews.com)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun