Menurut Dokter spesialis anak konsultan dr. Arifianto, Sp.A(K) yang juga turut menjadi narasumber bersama Dr. Prima pada konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia secara virtual, "imunisasi terbukti menjaga tingkat kekebalan bayi dan anak di masyarakat terhadap PD3I (penyakit polio, hepatitis B, pertusis, difteri, haemophilus influenzae tipe B, campak dan tetanus), memastikan masyarakat di sekitarnya terlindungi dari PD3I, dan mencegah wabah PD3I."
Oleh karena itulah, pemerintah memberi subsidi untuk imunisasi wajib di Indonesia yaitu Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, HiB, MR, dan Campak.
 Vaksin tersebut tersedia di Posyandu dan di Puskesmas secara cuma-cuma sehingga sayang kalau tidak dimanfaatkan.
Adik saya yang kedua dan ketiga atau anak nomor tiga dan empat lahir beberapa tahun setelah adanya Prakarsa Pemberantasan Polio Global pada 1988 dimulai. Ibu pun tak melewatkan kesempatan imunisasi polio (PIN Polio) yang dilaksanakan  tiga tahun berturut-turut pada tahun 1995, 1996, dan 1997 di Indonesia.
Sedihnya, ada tetangga kami dulu yang melewatkan vaksin polio terhadap putranya yang sebaya dengan adik saya. Akibatnya, anak tersebut lumpuh permanen karena terserang polio sehingga tak dapat berjalan sama sekali hingga dewasa, sedih deh melihatnya.
Kejadian pilu tersebut semakin menyadarkan kami sekeluarga tentang pentingnya imunisasi, baik vaksinnya gratis maupun berbayar. Â Jadi meskipun imunisasi selain PD3I berbayar, namun biaya yang kita keluarkan sepadan lho dengan manfaat jangka panjangnya.
Terlambat tapi tak terlewat
Terbatasnya akses ke sejumlah fasilitas kesehatan (faskes), terutama Posyandu, selama pandemi tak pelak mengakibatkan penurunan jumlah imunisasi nasional. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan turunnya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada tahun 2020 dan 2021 yaitu hanya sebesar 84,2% dibandingkan dari tahun 2015 (menurun 2,3%).
Data Kemenkes tersebut juga mendapati selama tahun 2020-2021, total sebanyak 1.419.587 bayi yang masih belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap dan ini adalah jumlah tertinggi dalam jangka waktu 5 tahun terakhir. Imunisasi Kejar tentunya menjadi solusi tepat.
Prinsip "better late than never (lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali)" memang sesuai diaplikasikan untuk menurunnya cakupan imunisasi selama pandemi.Â
Sejumlah faskes, termasuk Puskesmas terdekat dari rumah, aktif mempromosikan Pekan Imunisasi Dunia (PID) berupa Imunisasi Dasar Lengkap dan Vaksin Booster, melalui akun resmi Instagram mereka.
Kita patut bersyukur kini semakin banyak faskes yang aktif di media sosial dalam menyebarkan informasi kesehatan, tak terkecuali mengenai program resmi pemerintah. Saya masih ingat betul saat masih SD dulu di tahun 90-an, para kader dan pengurus RT serta RW bahkan sampai berkeliling perumahan dengan membawa pengeras suara untuk memberitahukan warga agar segera datang ke Posyandu.