Kami sempat ditawari makan siang di rumah ibu profesor tersebut. Adanya kesibukan kuliah yang berbeda-beda dari kami berenam hari itu membuat kami terpaksa dengan halus dan sopan menolak tawaran dari beliau dan suaminya.
Eh, siapa sangka, sebelum keluar ruang tamu, asisten rumah tangga sang ibu dosen menghampiri kami berenam dan mengulurkan enam kantong kertas.Â
"Itu oleh-oleh ringan untuk dimakan di jalan," begitu pesan ibu profesor saat kami berpamitan pulang.
Ternyata isinya yaitu kue keranjang yang menjadi suguhan andalan Imlek. Setiap kami diberikan dua buah kue berwarna cokelat ini dengan tekstur kenyal dan terbuat dari beras ketan serta gula aren.
Selain kue keranjang, kami juga mendapatkan sepasang buah delima. Warna merah cerah pada buah delima merupakan simbol keberuntungan sehingga tak heran warna merah banyak ditemui saat Imlek berlangsung.
Sekalipun kini saya sudah lama tak mendapatkan hantaran kue keranjang saat Imlek, namun kenangan manisnya selalu berkesan sepanjang zaman. Ya mirip manis dan legitnya kue keranjang yang mewakili rasa suka cita, dan eratnya persaudaraan serta selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H