Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kenangan Kue Keranjang Imlek yang Berkesan

15 Februari 2022   23:12 Diperbarui: 15 Februari 2022   23:32 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue keranjang/Nian Gao adalah kue khas Imlek yang wajib terhidang (Foto: Getty Images/iStockphoto)

Maka, di hari Idul Fitri dan Idul Adha, kami gantian memberikan ketupat opor dan daging kurban untuk keluarga Engkoh. Suasana toleransi itu berlangsung hingga beliau meninggal saat saya SMU.

Sepeninggal Engkoh, rumah kosongnya ditempati putranya yang sudah berkeluarga. Toko sembako Engkoh lantas ditutup karena putranya sudah sibuk bekerja kantoran setiap hari.

Tradisi mengantarkan kue keranjang ke tetangga kanan-kiri saat Imlek pun diganti dengan hantaran buah khas Imlek. Saya ingat, buah yang pernah diberikan putra almarhum Engkoh ke tetangga saat Imlek yaitu parcel berisi jeruk, apel, dan nanas.

Nanas Honi dari Sunpride ini dapat membuat suasana persaudaraan saat Imlek terasa erat (Foto: sunpride.co.id)
Nanas Honi dari Sunpride ini dapat membuat suasana persaudaraan saat Imlek terasa erat (Foto: sunpride.co.id)

Buah-buahan hantaran Imlek tersebut selalu manis dan sudah matang sehingga langsung habis dilahap kami sekeluarga. Ini ternyata sesuai dengan harapan agar setiap tahun baru Imlek dapat membawa kehidupan yang manis bagi seisi anggota keluarga.

Ketika saya kuliah, putra Engkoh itu beserta keluarganya pindah rumah. Maka berakhir pula tradisi hantaran Imlek karena penghuni selanjutnya rumah peninggalan Engkoh itu tidak merayakan Imlek.

Meskipun begitu, semasa kuliah di Kota Hujan yaitu Bogor saya tetap memiliki kenangan tentang Imlek. Tak sedikit para dosen, staf akademik, dan teman kuliah yang beretnis Tionghoa dan mereka rutin menjalankan tradisi Imlek.

Satu waktu, kami akan mengunjungi dosen pembimbing akademik yang sedang sakit menjelang Imlek. Ibu profesor tersebut adalah keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Surabaya sebelum pindah ke Bogor untuk kuliah dan mengajar.

Ketika itu, kami sempat bingung hendak membawa buah apa ke rumah beliau yang sedang cedera selepas mobilnya ditabrak. Syukurlah, di antara kami ada dua orang mahasiswa yang merupakan keturunan Tionghoa juga.

Keduanya lantas menyarankan agar rombongan kami membawa buah-buahan yang identik dengan suasana Imlek. Kami memang menjenguk sang ibu profesor beberapa hari setelah Imlek.

Kami sudah sepakat untuk ke supermarket terdekat dari kampus saat membeli buahnya. Pertimbangannya agar kualitas buah-buahan yang akan kami berikan ke ibu profesor tersebut telah terjamin kualitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun