Berbagi menjadi dasar bisnis diawali
      Pandemi di Indonesia yang dimulai sejak Maret 2020 lalu tak pelak membuat gaya hidup digital merambah semua sektor, tak terkecuali cara kita berbelanja.  Lelah dengan masker sekali pakai yang (kurang) ramah lingkungan, saya pun beralih ke masker kain yang dapat dipakai berulangkali setelah dicuci sekaligus dapat disumbangkan kepada parapuan yang berjualan di sekitar saya tinggal yaitu di Tangerang.  Â
Masker kain produksi UMKM 'Cantik Collection' menghubungkan saya dengan pemiliknya yang enerjik, Siti Rohmayanti (23 tahun). Â Siti sendiri lulus kuliah sekitar enam bulan setelah pandemi berlangsung.Â
Gadis asal Karawang ini menciptakan lapangan kerja di masa pandemi dengan niat memberdayakan kaum ibu di sekitarnya. Â Dirinya menggandeng dua orang ibu sebagai tim produksi masker, tas kain, dan ikat rambut (scrunchies) dari sisa kain gorden sebagai produk fesyen yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Tujuan saya memulai bisnis yaitu selain memanfaatkan kain perca sehingga tak terbuang percuma, saya pun ingin agar semakin banyak wanita yang berdaya," tutur Siti. Â "Kalau perempuan dapat berkreasi dan menyalurkan mimpi mereka, maka otomatis mereka dapat mandiri secara ekonomi," tambahnya lagi.
     Kedua ibu tersebut, Bu Eni (53 tahun) dan Bu Opung (48 tahun), memang tak paham tentang detil teknis belanja online karena keterbatasan faktor usia dan latar belakang pendidikan formal.  Namun, pendapatan mereka tentunya terdongkrak dengan penjualan produk Cantik Collection via Instagram, WhatsApp, dan salah satu lokapasar daring ternama di Indonesia.
     Data dari Google dan Kantar tahun 2020 menunjukkan ada sekitar 35% perempuan pemilik UMKM yang telah memanfaatkan digital dari seluruh penjualan online di Indonesia.  Siti dengan UMKM miliknya yaitu Cantik Collection beserta timnya jelas termasuk salah satu yang memperoleh manfaat penjualan digital.
     Siti mengungkapkan, di awal usahanya, Cantik Collection dapat mengirimkan masker kain hingga 100 paket per bulan.  Pembelinya sebagian besar berasal dari Jabodetabek dan sekitar Pulau Jawa.
     Di tahun 2021, dengan mulainya sistem kerja dan sekolah/kuliah secara hybrid (daring plus luring), maka Siti pun memperlebar jenis usahanya dengan produksi tas kain setelah permintaan masker kain mulai mendatar.  Hasilnya, keuntungan tas kain tersebut dapat menafkahi kedua ibu penjahit yang membantunya secara tetap sekaligus memperkerjakan tambahan ibu/teteh penjahit saat pesanan sedang melonjak.      Â
Melayani dengan senyum dan sopan