Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar kata 'animasi'? Bisa jadi film kartun produksi Disney dan DreamWorks Animation dari Amerika Serikat yang akan paling banyak dijawab.
Hal ini karena kedua studio animasi besar tersebut memang telah bertahun-tahun menghasilkan banyak film animasi yang terkenal di dunia. Sebut saja kartun Winnie The Pooh dan The Lion King dari Disney serta Madagascar dan Kung Fu Panda dari DreamWorks Animation.
Lain ceritanya ketika kita diminta untuk menyebutkan nama sejumlah film dan studio animasi dari Indonesia. Kita mungkin tak selancar seperti saat mengingat tentang deretan animasi global.
Sejarah perkembangan film animasi di Indonesia memang belum semeriah film layar lebar nasional. Produksi film animasi jelas lebih rumit karena membutuhkan banyak proses yang harus didukung dengan tidak hanya kreatifitas para animator, namun juga teknologi terkini yang memerlukan dana lumayan besar.
Kita lebih banyak menikmati teknologi dua dimensi (2D) pada film animasi hingga akhir tahun 90-an. Film animasi klasik dari Disney seperti Pinocchio dan Tarzan adalah animasi 2D yang mendunia, termasuk di Indonesia.
Tahun 1995, film Toy Story dari Pixar menjadi animasi 3D pertama di bioskop dengan teknologi CGI (computer-generated imaginery). Di Indonesia, film Meraih Mimpi menjadi animasi 3D pertama yang diputar di layar lebar pada 2009.
Era menjamurnya internet di Indonesia setelah tahun 2010 membuat Youtube menjadi salah satu media untuk film animasi pendek berkiprah. Hal ini dapat dipahami karena produksi film animasi di bioskop tentu saja lebih menyedot dana yang fantastis.
Sementara itu, film animasi asing  rutin merajai layar lebar nasional dengan penonton setianya dari segala usia.  Maka itulah, kita patut menghargai usaha Pijaru dengan menghadirkan sejumlah film animasi pendek sejak tahun 2016.
Pijaru adalah rumah produksi video yang merupakan bagian dari Kompas Gramedia Group (KGG). Sejak tahun 2016, film animasi pendek dari Pijaru telah berhasil meraih sejumlah penghargaan.
Artikel ini memuat secara singkat ulasan tentang tiga film animasi pendek dari Pijaru. Dua di antaranya yaitu film lepas dan satu film berbentuk webseries animation.
Mereka memiliki ciri khasnya masing-masing yang berkesan mendalam bagi penontonnya. Itu karena ketiganya erat dengat keseharian masyarakat Indonesia, terutama di Jabodetabek, sehingga akan mudah dipahami pesannya, bahkan sambil tersenyum geli.
1. Film "Surat untuk Jakarta" (2016)
Film animasi pendek ini menggambarkan tentang hiruk-pikuk keseharian di Jakarta. Tak sedikit orang yang lelah dengan kerasnya hidup di ibukota, namun tak kuasa menghindarinya karena gelimang harta di sana.
Â
Surat untuk Jakarta ini dibuat dan disutradarai oleh tiga orang animator. Selama 2 menit 5 detik durasinya, kita akan melihat padatnya rutinitas kegiatan di Jakarta mulai dari pagi hingga malam hari yang harus dijalani.
Film ini nir dialog seperti umumnya film animasi pendek lainnya. Penonton disuguhi oleh rangkaian gambar demi gambar yang akan menerbangkan imajinasi (mind-blowing) mereka tentang Jakarta sesuai faktanya.
Surat untuk Jakarta ini memang menggambarkan suasana Jakarta sebelum COVID-19 yang terjadi mulai 2020. Meskipun begitu, film ini tetap relevan di masa pandemi karena ada benang merahnya yaitu 'kembali ke rumah.'
Penonton bisa memaknai sendiri arti kata 'kembali' dan 'rumah' dalam Surat untuk Jakarta. Kuat dan efektifnya berbagai pesan yang dapat disampaikan dalam singkatnya durasi film ini memang patut diacungi jempol.
Wajarlah saat film ini meraih piala Film Animasi Terbaik pada Festifal Film Indonesia 2016 dan Best Picture pada Hellofest 2016. Berikut ini tautannya di Youtube untuk Anda tonton langsung :
Surat untuk Jakarta - Pijaru (2016)
2. Film "Mudik" (2017)
Tema pulang kampung diangkat Pijaru sebagai film animasi pendek setelah Surat dari Jakarta. Istilah 'mudik' pun dipilih sebagai judul film animasi berdurasi 2 menit 45 detik yang juga nihil dialog ini.
Selama ini mudik identik dengan antrian dan kemacetan yang harus dihadapi oleh orang dewasa. Namun, bagaimana mudik dipandang oleh seorang anak?
Untuk film Mudik, animator dari Pijaru menggandeng tim dari Cuatro Studio sebagai partner kolaborasi. Sekilas pandang, kita akan mengira Mudik adalah film animasi untuk anak-anak.
Namun, seiring waktu penonton akan menyadari bahwa film Mudik sejatinya menyindir orang dewasa melalui perilaku buah hati mereka. Â Tingkah laku itu pun terbawa hingga mereka menjalani mudik.
Secara kualitas gambar, film Mudik memang lebih cerah warnanya daripada Surat untuk Jakarta. Mungkin ini disesuaikan dengan tokoh utamanya yaitu seorang anak laki-laki usia SD.
Film Mudik tercatat sebagai Nominasi Film Animasi Pendek Terbaik Festival Film Indonesia (2017) dan 30 Finalis Hellofest Animation & Short Movie Festival 12th Edition untuk Kategori Animasi. Silakan nikmati film Mudik melalui tautan di bawah ini :
Mudik - Pijaru & Cuatro Studio (2017)
3. Serial Animasi: "Kostan Terdekat" (2018-2019)
Webseries animasi dari Pijaru yang berjudul "Kostan Terdekat" bisa menghadirkan tawa bagi penontonnya setelah seharian sibuk bekerja. Kostan Terdekat ini berdurasi sekitar 2-3 menit.
Saat gaya animasi pada Surat untuk Jakarta dan Mudik berkesan lebih kekinian, animasi Kostan Terdekat mengingatkan kita pada komik kartun di koran pada era tahun 80an dan 90an.
Kostan Terdekat menceritakan tentang dua tokoh utama dan seekor tokoh figuran. Benar sekali, si tokoh figuran ini bukan manusia.
Animasi kocak yang ditulis oleh Reshan Janotama ini berkisah tentang dinamika hubungan seorang bapak kost, Encang Papi (Yudhi Arfani) dengan anak kostnya, Joni (Aristya Putra). Joni memiliki seekor hewan peliharaan kesayangan bernama Asu (Andre Sugianto) yang mahal makannya.
Konflik sekaligus komedi pun hadir dari interaksi antara Encang Papi sebagai orang Betawi dan Joni yang termasuk anak rantau dari Jawa. Kostan Terdekat yang terdiri atas 8 episode itu juga bercerita tentang hubungan benci-tapi-rindu antara manusia kota dengan sesamanya maupun teknologi modern yang terkadang absurd.
Kostan Terdekat dari Pijaru ini sayang jika hanya berhenti sampai 8 cerita karena penonton lokal (selalu) perlu tayangan animasi yang relevan dengan keseharian sehingga tak mengawang-awang. Itulah kekuatan karya para animator dan studio animasi dari Indonesia yang jelas tak dimiliki oleh film dan studio animasi dari mncanegara.
Semoga di tahun 2021 ini dan ke depannya, Pijaru akan terus aktif menghasilkan karya animasi lainnya yang unik dan menggelitik.  Dimulai dari prestasi lokal, peluang  Pijaru dan studio animasi lainnya dari Indonesia untuk terkenal secara global tentunya harus diupayakan serta didukung dengan optimal. Salam animasi dari karya anak negeri.
KOMiK Helat Pekan Animasi, Ada Lomba Blog dan Kuis Medsos Juga Lho!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H