Toko Buku
Bagi saya, membaca di toko buku itu lebih memicu inspirasi daripada di perpustakaan. Bisa jadi  itu karena kita (relatif) bisa lebih santai di toko buku yang tidak mewajibkan kita harus duduk tenang layaknya di perpustakaan.
Kumpulan buku di toko buku juga umumnya lebih kekinian. Berulangkali saya mendapati informasi baru yang mencerahkan saat nongkrong di toko buku.
Frekuensi kunjungan saya ke toko buku itu bisa 1-2x per bulan. Rutenya mulai dari membaca buku fiksi (terutama kisah detektif) lalu ke buku non-fiksi (khususnya biografi dan resep masakan).
Setelah itu, barulah saya membaca buku yang topiknya berkaitan dengan artikel blog maupun tulisan (ilmiah) lainnya. Sebelum keluar dari toko buku, buku-buku agama Islam saya sempatkan baca terlebih dahulu.
Jujur saja, selain ide baru muncul, membaca di toko buku juga mendukung saya untuk mengidentifikasi penulis yang kualitas tulisannya oke, standar saja, maupun yang (asal) dicetak demi selera pasar pembaca saat ini. Wajar saja saat buku terlaris (best-seller) tak selalu bertema imiah yang berat dan malah seringkali yang isi bukunya 'receh.' Â
Meskipun begitu, tetap ada ilmu plus ide yang bisa didapat setelah membaca buku seringan apapun temanya. Saya pernah mendapat ide untuk artikel lomba blog dari buku berisi karikatur tentang galaunya hidup para ABG (Anak Baru Gede) di negara Barat.
Sebuah kreasi memang bisa terjadi dari kombinasi rapi antara inspirasi, motivasi dan usaha diri, serta bantuan Ilahi.Â
Semakin sering kita berkreasi, contohnya rajin menulis artikel bagi para blogger, maka barisan inspirasi pun akan lebih mudah menghampiri daripada ketika kita hanya berdiam diri. Salam produktif selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H