Saat bisa bersilaturahmi langsung, kami kini membatasi jumlah orang yang bisa ikut. Jangan sampai malah silaturahmi berujung dengan kerumunan yang dilarang pemerintah.
Selain pembatasan jumlah orang, waktu silaturahmi pun dipersingkat. Jika sebelumnya bisa di atas 2 jam saat bertamu ke rumah keluarga dan saudara, sekarang cukup 30-60 menit saja.
Bentuk interaksi fisik kami juga diminimalisir. Salaman hanya dalam bentuk sungkeman jarak jauh tanpa saling menyentuh.
Bagi keluarga yang memiliki bayi dan balita, anak-anak mereka pun disarankan untuk ditinggal di rumah saja saat silaturahmi. Jadi cukup orang tuanya atau orang dewasa lainnya yang pergi.
Jika para bayi dan balita tersebut tetap diajak pergi, mereka tidak boleh digendong-gendong ataupun dicium-cium selain orang yang selama ini sering bersama mereka. Maklumlah usia 0-5 tahun itu memang masih rendah imunitas tubuhnya sehingga rentan terpapar penyakit apapun.
Hal serupa juga berlaku untuk orang tua di atas 65 tahun. Tambah lebih harus ekstra hati-hati lagi saat para sesepuh ini memiliki riwayat penyakit tertentu.
Silaturahmi memang idealnya bisa tatap muka karena akan lebih banyak menyimpan cerita untuk dikenang.Â
Namun, kita juga harus memaklumi pandemi ini menuntut banyak penyesuaian hidup sehari-hari, tak terkecuali dalam urusan silaturahmi saat Idul Fitri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H