Sekarang? Tadi dirinya sampai batal ke kamar mandi karena melihat lantainya yang tidak sekinclong dulu. "Untung sudah sempat berwudhu dari rumah," batinnya sebelum masuk masjid.
Bagi Pak Haji Adi, bersuci itu bukan urusan main-main. Setitik saja noda bahkan bisa membuat nilai suatu ibadah jadi tak sah.
Contohnya noda darah. Seorang muslim wajib mengulang wudhunya jika terkena darah.
Tak heran, di periode kepengurusannya, dia melarang pengajian ibu-ibu di dalam masjid karena khawatir ada yang sedang datang bulan. Solusinya, pengajian ibu-ibu bisa dilakukan di aula samping masjid yang memang bukan termasuk tempat sholat.
Pak Haji Adi pun yang dulu melarang orang tua membawa anak kecilnya ke masjid jika mereka tak memakai pampers (popok tahan air). "Setetes saja air kencing mereka bisa membuat lantai masjid menjadi najis," begitu ujarnya saat mengumumkan pelarangan itu ke warga.
"Ah, di masa saya yang menjabat sebagai pengurus masjid, urusan bersuci itu paling diutamakan. Ingat kebersihan itu sebagian dari iman," keluhnya ketika mengobrol dengan sang istri, Bu Haji Ida sebelum tadi dirinya ke masjid. "Ya sudah, cepat ke masjid, Pak. Nanti terlambat sholat Jum'atnya," ujar istrinya.
Lamunan Pak Haji Adi terhenti setelah mendengar iqamah berkumandang untuk mulainya sholat Jum'at berjamaah. Seusai khutbah, sholat Jum'at pun dilakukan secara berjamaah.
Setelah sholat Jum'at berjamaah selesai, Pak Haji Adi pun bergegas keluar masjid. Tanpa sengaja kakinya tersandung kotak amal di masjid.
Tubuhnya pun sempat oleng. Namun, dirinya berhasil mengendalikan keseimbangannya sehingga tak sampai terjatuh.
Pak Haji Adi pun teringat. Dirinya belum bersedekah hari ini.
Lalu dirogohnyalah kantong baju kokonya. Ada selembar uang merah senilai Rp.100.000 di sana.