Selain bulan suci untuk beribadah, Ramadan juga merupakan bulan pembelajaran. Hal ini terutama untuk belajar menahan nafsu baik puasa fisik maupun puasa mental.Saat sudah dewasa, puasa sudah menjadi hal yang biasa untuk kita. Tapi, prosesnya tentu sudah dimulai dari kita masih kecil.
Saya ingat betul, baru bisa puasa penuh hingga Maghrib selama 30 hari itu ketika kelas 3 SD. Namun, sejak TK saya sudah ikut berpuasa meskipun hanya sampai Zuhur.
Selain belajar puasa, Ramadan masa kecil saya juga diisi dengan pesantren kilat (sanlat) selepas sore sampai azan Maghrib. Sanlat biasanya berlangsung dari pekan pertama hingga ketiga Ramadan.
Banyak bentuk ibadah yang bisa diajarkan ke anak saat Ramadan. Namun, 3 hal ini bisa menjadi prioritas utama untuk seorang anak belajar di waktu Ramadan.
Menahan diri dengan puasa
Puasa adalah ibadah yang tepat bagi orang tua untuk mengajarkan kepada anak tentang pentingnya kesabaran. Contohnya es krim yang dimakan saat berbuka tentu lebih nikmat dan berkah daripada yang diminum secara diam-diam.
Di zaman serba instan ini, bisa jadi anak sekarang tidak (terlalu) memahami dahsyatnya efek menjalani proses. Padahal the power of process itulah yang membuat orang bisa terus bertahan untuk sukses atau malah sudah layu sebelum berkembang.
Selain kesabaran, puasa juga menanamkan kejujuran pada anak. Orang tua bisa mengingatkan anak bahwa sekalipun mereka tak bisa melihat jika sang anak ternyata sembunyi-sembunyi makan sebelum waktunya berbuka, namun Allah swt Maha Mengetahui setiap tindakan kita.
Ohya, orang tua pun harus menjadi contoh pertama dan utama bagi anak-anak untuk menahan kemarahan selama berpuasa. Sayang kan sudah capai berpuasa, namun malah berkata kasar ataupun sampai main tangan selama Ramadan.
Memang puasa seseorang tidak akan batal dengan marah-marah. Namun nilai pahala maupun berkahnya akan jauh berkurang.
Semakin dini anak belajar menahan diri, anak pun akan menjadi pribadi yang penuh pertimbangan dan berhati-hati. Masalah pun dapat dihindari jika kita tak mengikuti emosi diri.
Berempati dengan rutin sedekah
Selain puasa, santunan zakat fitrah juga wajib ditunaikan saat Ramadan. Tujuannya yaitu menyantuni kaum dhuafa agar bisa menikmati Idul Fitri.
Orang tua pun bisa melatih anak untuk aktif bersedekah. Misalnya mulai sebesar Rp.1.000 per hari untuk dimasukkan ke kotak amal masjid saat tarawih.
Anak-anak sekarang pun tak sedikit yang sudah memiliki smartphone dari bangku SD. Mereka (sangat) bisa lho untuk diajarkan donasi online via e-wallet mereka masing-masing.
Pilihan donasi online juga sangat beragam. Namun, untuk bahan pembelajaran untuk anak bisa dimulai dari menyantuni anak yatim maupun anak putus sekolah.
Jika ingin menyadarkan anak agar senantiasa bersyukur karena masih didampingi kedua orang tuanya, anak bisa diajak langsung datang ke panti asuhan dengan membawa bingkisan Lebaran.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil biasanya akan lebih membekas bagi seseorang. Maka itulah, perilaku dermawan sangat tepat dimulai saat anak mulai masuk bangku sekolah.
Lebih sering membaca Al-Qur'an
Salah satu tujuan orang tua saya mendaftarkan buah hati mereka untuk mengikuti sanlat Ramadan yaitu untuk belajar membaca Al-Qur'an. Peserta sanlat juga diajari bacaan doa harian.
Ketika belajar bersama anak-anak lainnya, semangat pun akan lebih meningkat. Misalnya, waktu mengetahui surat dalam Al-Qur'an yang dihafal teman sudah banyak, pasti ada motivasi agar kita pun bisa seperti itu.
Sanlat Ramadan juga mengajarkan muridnya untuk saling berbagi ilmu. Saya ingat bahwa anak yang sudah lancar membaca Al-Qur'an bisa membantu temannya yang masih terbata-bata bacaannya.
Saat mengikuti sanlat, selain ilmu seputar Islam saya meningkat, teman saya pun bertambah. Peserta sanlat dibuka untuk umum di luar warga perumahan sehingga jumlahnya lebih banyak.
Nah, ketika ada permainan interaktif per kelompok berbentuk games atau quiz berhadiah, anggota kelompok dipilih secara acak. Tujuannya agar peserta sanlat bisa saling mengenal dengan lebih baik dan akrab.
Tak heran, seusai sanlat, ada yang masih tetap berteman meskipun tak tinggal di satu perumahan. Siapa menyangka, niat awalnya belajar Al-Qur'an ternyata bisa sampai meluaskan lingkaran pertemanan.
Harapannya, pembelajaran untuk anak berupa ibadah selama Ramadan tak lantas berhenti dengan datangnya Idul Fitri. Semua kebaikan ibadah yang dipelajari saat Ramadan tentunya untuk diteruskan pelaksanaannya demi membentuk manusia yang berakhlak mulia, beriman, dan bertakwa seperti tujuan berpuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H