Selain puasa, santunan zakat fitrah juga wajib ditunaikan saat Ramadan. Tujuannya yaitu menyantuni kaum dhuafa agar bisa menikmati Idul Fitri.
Orang tua pun bisa melatih anak untuk aktif bersedekah. Misalnya mulai sebesar Rp.1.000 per hari untuk dimasukkan ke kotak amal masjid saat tarawih.
Anak-anak sekarang pun tak sedikit yang sudah memiliki smartphone dari bangku SD. Mereka (sangat) bisa lho untuk diajarkan donasi online via e-wallet mereka masing-masing.
Pilihan donasi online juga sangat beragam. Namun, untuk bahan pembelajaran untuk anak bisa dimulai dari menyantuni anak yatim maupun anak putus sekolah.
Jika ingin menyadarkan anak agar senantiasa bersyukur karena masih didampingi kedua orang tuanya, anak bisa diajak langsung datang ke panti asuhan dengan membawa bingkisan Lebaran.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil biasanya akan lebih membekas bagi seseorang. Maka itulah, perilaku dermawan sangat tepat dimulai saat anak mulai masuk bangku sekolah.
Lebih sering membaca Al-Qur'an
Salah satu tujuan orang tua saya mendaftarkan buah hati mereka untuk mengikuti sanlat Ramadan yaitu untuk belajar membaca Al-Qur'an. Peserta sanlat juga diajari bacaan doa harian.
Ketika belajar bersama anak-anak lainnya, semangat pun akan lebih meningkat. Misalnya, waktu mengetahui surat dalam Al-Qur'an yang dihafal teman sudah banyak, pasti ada motivasi agar kita pun bisa seperti itu.
Sanlat Ramadan juga mengajarkan muridnya untuk saling berbagi ilmu. Saya ingat bahwa anak yang sudah lancar membaca Al-Qur'an bisa membantu temannya yang masih terbata-bata bacaannya.
Saat mengikuti sanlat, selain ilmu seputar Islam saya meningkat, teman saya pun bertambah. Peserta sanlat dibuka untuk umum di luar warga perumahan sehingga jumlahnya lebih banyak.