Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabuburit Produktif dengan Urusan yang Sempat Tertunda

4 Mei 2020   16:51 Diperbarui: 4 Mei 2020   16:53 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngabuburit di rumah selama pandemi ternyata tetap bisa berkesan dan bermanfaat (Ilustrasi: www.piqsels.com)

Sebelum pandemi, ngabuburit identik dengan keluar rumah. Namun, kini ngabuburit memang harus dinikmati di rumah untuk kebaikan bersama.

Awalnya saya sempat bingung juga. Sebulan penuh Ramadan di rumah untuk aktifitas yang biasanya dilakukan ke sana kemari. Apa nanti tidak bosan ya?

Syukur Alhamdhulillah, 10 hari Ramadan 2020 ini, kecemasan awal saya tersebut sirna. Ngabuburit ternyata tetap bisa kreatif plus produktif saat di rumah saja.

Ini setelah saya mengingat bahwa ada (banyak) urusan yang sempat tertunda sebelumnya. Ketika masih sibuk di luar rumah, urusan tersebut sering terlupakan.

Tak jauh-jauh, saya sadar pengaturan folder dan file di laptop saya itu belum rapi. Ada dokumen maupun multimedia (foto, video) yang sudah tak terpakai lagi dan harus segera dikirim ke Recycle Bin.

Jadilah selama 15-30 menit ketika ngabuburit, beres-beres isi laptop menjadi agenda rutin saya. Saya sengaja tidak lama-lama agar tidak kewalahan dalam satu waktu. Lebih baik dibagi waktunya.

Wah, ternyata banyak manfaatnya lho dengan decluttering the laptop itu! Selain mempercepat kerja laptop, saya juga menemukan 'harta karun' dari masa lalu.

Selama ini, saya sering mengoleksi file e-book maupun video (film/dokumenter). Rencananya, ingin dibaca atau ditonton kapan-kapan. Eh, ujung-ujungnya malah terlupakan dan baru teringat sekarang.

Jadilah kumpulan e-book dan multimedia itu bisa saya nikmati lagi. Untuk yang berkesan isinya, masih saya simpan. Sisanya saya langsung hapus saja agar tidak memenuhi memori laptop.

Setelah merapikan file laptop, saya juga baru tersadar, ada materi kursus (gratis) online yang pernah saya ikuti. Materinya menarik dan informatif.  Cukup 1-2 jam per hari untuk menyelesaikannya tepat waktu.

Namun, ada saja materi kursus online yang belum saya selesaikan. Saya pun lalu  membuka kembali situs resminya dan mendaftar ulang untuk kursus online yang masih menyisakan materi untuk dipelajari.

Tak hanya melanjutkan materi kursus online yang tertunda, saya juga mendaftar kursus baru, terutama cooking class.  Awal tahun ini, saya sempat mengagendakan untuk mengikuti kursus memasak di sekitar Jabodetabek.

Apa daya, virus Corona tiba sehingga banyak rencana tertunda. Kursus memasak offline tak memungkinkan, kursus memasak online pun jadi andalan.

Saya jadi paham bahwa memasak itu adalah ilmu dan seni. Ada ilmu dan kemampuan dasar memasak yang harus dikuasai. Meskipun begitu, sentuhan personal dari setiap orang yang memasak itu membuat masakannya terasa khas.

Selain beberes file di laptop dan kursus online, urusan yang sempat tertunda yaitu memasak bersama keluarga di rumah. Sejak dulu, saya ingin bisa memasak menu tradisional khas Indonesia. Sibuk sempat jadi alasan klise.

Maka, ngabuburit Ramadan 2020 di tengah pandemi ini menjadi momen tepat bagi saya untuk berguru pada Ibu tentang masakan tradisional Nusantara.  Siapa sangka, rasanya tak kalah enak dengan makanan modern yang kekinian.

Belajar memasak makanan tradisional juga mengajari saya tentang pelestarian lingkungan.  Contohnya penggunaan daun pisang untuk membungkus makanan tradisional.  Selain ramah lingkungan, rasanya pun lebih sedap saat matang.

Memasak masakan tradisional juga mengajarkan saya tentang adaptasi dan improvisasi. Misalnya, ukuran atau takaran bahan maupun bumbu yang digunakan.

Resep modern memiliki takaran yang lebih baku untuk setiap bahannya. Hal yang berbeda akan ditemui saat membaca resep masakan tradisional, khususnya resep yang diwariskan turun-temurun.

Istilah "dikira-kira saja" ataupun "secukupnya" kerapkali saya jumpai pada resep masakan tradisional. Uniknya, metode kira-kira itu tetap menghasikan masakan yang menggugah selera, wow!

Urusan lainnya yang sempat tertunda sebelum pandemi ini adalah merapikan isi lemari pakaian.  Idealnya, ada baju baru, ada pula baju (layak pakai) yang disumbangkan ke yang membutuhkan.

Jadilah saat ngabuburit di Ramadan ini, menyortir isi lemari baju juga menjadi rutinitas. Lemari pun tak lagi sesak isinya.

Saya tidak mengerjakan sejumlah urusan yang sempat tertunda tersebut setiap harinya selama Ramadan ini. Umumnya, per ngabuburit setiap sore saya menyelesaikan 2 hal saja dan esoknya 2 urusan lainnya agar tidak sampai bosan.

Ramadan dengan ngabuburit di rumah saja tahun ini ternyata tak sampai membosankan dengan melakukan urusan yang sempat tak terselesaikan.  Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit adalah kunci ngabuburit produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun