Kedua, beli atau masak makanan dalam porsi kecil yang terpisah-pisah saat dihidangkan. Strategi ini penting agar jika satu jenis masakan tidak habis, porsi lainnya yang belum dicicipi masih pantas untuk diberikan kepada orang lain.
Penjual makanan takjil selama Ramadan umumnya sudah membungkus makanan dalam ukuran tertentu. Sebelum berbuka, bagi makanan menjadi dua bagian. Satu bagian untuk langsung dimakan dan satu lagi untuk tambahan jika masih lapar.
Kalau kita sudah kenyang setelah mengonsumsi bagian yang dihidangkan, porsi tambahan itu bisa disimpan di kulkas. Jadi, buka shaum esoknya, porsi itu masih enak dan layak dikonsumsi.
Ramadan juga mengajarkan semangat berbagi kebaikan. Â Porsi yang belum dimakan itu bisa diberikan ke tetangga atau lingkungan terdekat. Â Selama Ramadan di tengah pandemi ini, tak tertutup kemungkinan ada banyak keluarga yang mengalami kesulitan keuangan karena terbatasnya aktifitas ekonomi. Sumbangan makanan pun akan terasa sangat meringankan beban mereka.
Ketiga, minta seseorang untuk mengingatkan kita saat berbelanja. Â Saat pergi sendirian, apalagi dengan membawa banyak uang, seringkali seseorang sulit mengontrol nafsu belanjanya karena tidak ada yang menegur. Â
Saat ada yang menemani belanja, minimal orang tersebut bisa bertanya ketika belanja kita sudah berlebihan. Â Pastikan juga orang yang menemani belanja itu termasuk orang yang hemat dan bisa bicara jujur apa adanya. Â Kalau dua orang yang boros belanja bersama, bisa gawat!
Tak ada salahnya juga orang tersebut bisa berbagi porsi belanja dengan kita. Misalnya, kita membeli atau memasak makanan dan orang tersebut bertugas untuk menyediakan minuman. Â Menu bisa lebih bervariasi namun tidak harus boros.
Kehadiran orang lain juga dapat mengingatkan kita untuk berbelanja atau memasak yang sehat. Terlebih jika orang tersebut juga mengetahui riwayat kesehatan kita. Contohnya, es teler memang menggoda. Tapi jika tak tahan, setidaknya orang yang menemani belanja dan tahu kita pernah dirawat karena diabetes, bisa mengingatkan gula darah bisa naik drastis setelah meminumnya.
Sejatinya, Ramadan bukan hanya bulan untuk menahan nafsu makan dan amarah, namun juga meningkatkan kontrol diri setiap hari. Â Perut jelas lapar dan meronta, tetapi mata (dan kepala) harus tetap bisa menyikapinya dengan bijaksana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H