Lalu, bagaimana ketika bencana tiba-tiba melanda? Â Kuncinya adalah tetap tenang selama menyelamatkan diri dan mendatangi lokasi aman. Â Saat bencana, ikuti instruksi dari petugas berwenang sambil terus memantau berita resmi dari pemerintah.
 Jika berada di luar saat gempa, hindari berlindung di dekat pohon atau bangunan yang beresiko roboh.  Gempa di pantai juga bisa menjadi penanda datangnya tsunami.  Segera tinggalkan pesisir pantai untuk berlindung di dataran tinggi terdekat.
 Untuk bencana erupsi, BNPB rutin meng-update status gunung berapi di Indonesia.  Status tersebut sesuai data pengamatan terkini dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM).   Â
Ketika aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau semakin tinggi pada Juli 2018, masyarakat dan wisatawan dilarang berada dalam radius 1 km dari gunung.9]Â Statusnya hingga kini masih tergolong Level II (Waspada). Â Level teraman yaitu Level I (Normal).
Sesudah bencana berlalu, kelola budaya sadar bencana dengan bermutu
        Penanganan pasca bencana dilakukan untuk menjaga kesehatan fisik maupun mental para korban bencana, terutama pada anak-anak.  Riset dari University of Miami di AS tahun 2017 menunjukkan anak korban bencana berisiko mengalami trauma.10]
        Budaya sadar bencana dapat dibentuk dalam komunitas.  Ilmuwan dari Charles Darwin University Australia tahun 2016 mendapati media sosial membangun resiliensi (ketangguhan) komunitas setelah bencana kebakaran hutan (wildfire) di Tasmania.11]
Ini karena anggota komunitas memiliki kebiasaan untuk saling berbagi info yang mereka alami sebelum, selama, dan sesudah bencana via media sosial. Â Perasaan senasib dan sepenanggungan akan membuat banyak warga lekas pulih pasca bencana.Â