Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Korban Iklan Rokok Bernama Generasi Muda

31 Mei 2018   10:21 Diperbarui: 31 Mei 2018   13:22 2107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Remaja menjadi sasaran empuk korban iklan rokok yang mengesankan kegagahan (www.news.akurat.co.id)

Hal itu diperparah dengan pengakuan public figures yang menyatakan bahwa ide-ide kreatif mereka banyak yang timbul setelah merokok. 

Faktanya, saat merokok, maka denyut jantung bertambah sehingga kemampuan jantung membawa oksigen berkurang, dan terjadi penggumpalan darah yang berujung pada serangan jantung.

Jika sejak remaja, seseorang sudah aktif merokok, maka dapat dibayangkan buruknya kondisi kesehatan, kualitas hidup dan produktivitas kerjanya saat dewasa.

Rokok telah lama dikenal sebagai faktor resiko utama penyebab muculnya penyakit jantung koroner (coronary heart disease), stroke, dan penyakit dalam lainnya seperti kanker serta penyakit paru-paru.

Secara global, 31 Mei diperingati sebagai Hari Anti Tembakau Internasional (www.who.int)
Secara global, 31 Mei diperingati sebagai Hari Anti Tembakau Internasional (www.who.int)
Peluang remaja perokok aktif untuk mengalami penurunan prestasi akademik dan bermasalah di sekolah juga menjadi lebih besar. Remaja perokok cenderung menjadi pelaku bullying (bully).

Sebabnya mereka menganggap dirinya lebih gagah dan berkuasa, remaja perokok lalu menjadikan remaja yang tidak merokok sebagai korban bullying.

Padahal, merokok jelas menyakiti diri mereka sendiri sekaligus mengganggu orang lain (sebagai pelaku bullying).

Remaja yang memilih untuk merokok karena menyerah terhadap peer pressure harus siap menanggung resiko kesehatan.

Mereka juga kehilangan kesempatan untuk belajar mengoptimalkan kebebasan eksistensialnya.

Menurut Bertens dalam Etika (Gramedia, 1993), kebebasan eksistensial adalah kebebasan bersikap dan bertindak positif (kesadaran hati nurani) yang dipilih berdasarkan kedewasaan diri, kemandirian, dan kematangan religius.

Peran orang tua, guru, dan tokoh masyarakat, sangat vital dalam meminimalisir dampak negatif dari maraknya iklan rokok yang mengepung remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun