Selama ini, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) identik dengan tata kelola beras. Â Masyarakat Indonesia lebih mengenal Bulog sebagai lembaga resmi negara penyalur beras, terutama saat Operasi Pasar dan jatah beras rutin bulanan untuk pegawai negeri.
     Anggapan itu tak sepenuhnya salah, namun juga tak sepenuhnya benar.  Tahun ini, Bulog tepat berusia 51 tahun pada 10 Mei 2018.  Sepanjang sejarah Bulog, tugas utamanya memang berkaitan erat dengan distribusi dan menjaga stabilitas harga bahan pangan pokok.
     Kini, Bulog mulai melakukan transformasi dengan menata diri dan fungsi.  Tak lagi hanya mengurusi kewajiban berupa pelayanan publik atau Public Service Obligation (PSO), Bulog saat ini melangkah dengan percaya diri dengan menapakkan kaki di era komersialisasi.
Maka itulah, Bulog bekerja sama dengan Kompasiana mengadakan kegiatan KITANgopiwriting untuk menyebarluaskan informasi mengenai RPK beserta produk yang ditawarkannya. Â Acara tersebut dihadiri oleh 25 orang Kompasianer dan sejumlah staf serta pejabat Bulog. Â Dipandu host dari KompasTV, Audrey Chandra, Kopiwriting menghadirkan nara sumber dari Bulog yaitu Bapak Tri Wahyudi Saleh (Direktur Komersial Bulog), Ibu Wati (Sekretaris Perusahaan) dan Ibu Febi (Kepala Divisi Penjualan Langsung). Â Selama 2 jam, Bulog memaparkan tentang RPK beserta cara pemasaran produknya. Â Â Â
Lalu, bagaimanakah cara Bulog dalam melakukan bauran pemasaran (marketing mix) yang efektif? Â Tantangan terbesar Bulog yaitu mengubah pola pikir (mindset) masyarakat Indonesia yang lebih akrab mengenal Bulog sebagai lembaga pemerintah yang mengurus tata niaga beras.
Produk Pangan yang Murah dan Sehat untuk Semua Masyarakat
      Pak Tri menuturkan, RPK memiliki motto (tagline) yaitu "Murah dan Sehat".  Maka itulah, Bulog telah 6 (enam) bahan pangan pokok yang rutin dikonsumsi rakyat yaitu beras, bakso daging, daging kerbau, gula pasir, minyak, dan tepung terigu.
     Beras dan daging kerbau beku menjadi produk pangan KITA yang pertama kali diluncurkan Bulog.  Lalu, trio gula, minyak, dan tepung terigu menyusul setelah beras serta daging kerbau.
     Selain produk pangan, Bulog ternyata juga telah lama memiliki bidang usaha komersial non-pangan.  Aset komersial Bulog non-pangan tersebut antara lain Hotel Bulog di sekitar Bandara Juanda-Surabaya sejak tahun 90-an, Wisma di Bandung-Jawa Barat dan Jawa Timur serta Banjarmasin-Kalimantan.  Bulog juga memiliki anak perusahaan yang bergerak di bidang pengangkutan logistic (trailer, wing box) dengan nama 'Jasa Prima Logistik.'
Harga Pangan yang Terjangkau dengan Kualitas Produk Terpantau
     Bulog memastikan produk pangan berlabel KITA memiliki kualitas nomor satu sekaligus dengan harga yang terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat.  Ini karena prioritas utama Bulog adalah "pelayanan pangan" lalu membaca peluang pasar untuk menjual produk pangan dari hulu ke hilir dengan cara mengembangkan aset Bulog.
     Ibu Febi memaparkan, harga produk pangan KITA ditentukan dengan mengacu pada kebutuhan sekaligus kesanggupan masyarakat dalam membeli bahan pangan pokok.  Hal ini tentunya sangat sesuai dengan visi Bulog yaitu "Menjadi perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan."
     Kegiatan usaha komersial Bulog saat ini adalah wujud nyata pelaksanaan Perpres No. 48 Tahun 2016 tentang 3 (Tiga) Pilar Ketahanan Pangan yang dilakukan Bulog.  Ketiga pilar tersebut adalah Ketersediaan, Keterjangkauan dan Stabilisasi Harga.
Lokasi Rumah dan Produk Pangan KITA yang Tersebar di Seluruh Indonesia
      Selain tersedia di RPK, Bulog turut bekerjasama dengan hypermarket Transmart Carrefour dalam memasarkan produk pangan KITA hingga tersebar merata.  Bulog juga menyasar industri 'HoReKa' atau Hotel, Restoran, dan Katering untuk menggunakan produk pangan berlabel KITA.
      Bulog pun telah melakukan persiapan matang untuk persediaan bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Lebaran.  Untuk mengantisipasi meningkat drastisnya permintaan daging selama Idul Fitri, Bulog bekerja sama dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dengan membuka ToBatAn (Toko Baitul Pangan).  Saat ini, di daerah Depok, telah berdiri sekitar 10 Toko Baitul Pangan.
     Lokasi RPK dan produk pangan KITA memang diselaraskan dengan 4 Misi Bulog -- terutama misi pertama dan keempat -- yaitu (1) Menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan kepada masyarakat, (2) Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional, teknologi yang terdepan, dan sistem yang terintegrasi, (3) Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta senantiasa melakukan perbaikan yang berkelanjutan, dan (4) Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas pangan pokok.
Promosi Intensif Rumah Pangan Kita (RPK) dan Produk Kita dari Hari ke Hari
Menurut Pak Widiarso dari Bulog, aset Bulog dulunya ditangani koperasi lalu kini menjadi unit bisnis (UB). Â Oleh karena itu, Bulog diizinkan untuk mencari sumber pembiayaan lainnya, termasuk dalam menggaji 4300 pegawainya yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pastinya Bulog, dengan Bapak Budi Waseso sebagai nahkodanya yang baru mulai April 2018 ini, telah melakukan rebranding intensif dari lembaga stabilisasi dan stock buffering bahan pangan pokok (khususnya beras) menjadi perusahaan pangan di era komersialisasi Bulog.  Namun, pembeda utama Bulog dengan perusahaan pangan lainnya yaitu keuntungan (profit) bisnis bukan target utama, akan tetapi rugi harus dihindari.  Keuntungan yang didapat Bulog kemudian dimanfaatkan untuk investasi agar kegiatan Bulog dapat terus berkelanjutan.
Tepung terigu berlabel KITA yang baru 2 bulan diluncurkan juga tidak menimbulkan resiko kegemukan. Â Salah satu produsen pizza yang terkenal di Indonesia juga telah menggunakan Tepung KITA sebagai bahan baku utama pizza mereka. Â Tambahan info dari salah seorang Kompasianer yang juga staf Bulog dan sekaligus pemilik RPK di rumahnya di Depok yaitu Mbak Novi, beras KITA dari Bulog sangat laris pembeliannya serta selalu dinanti stoknya oleh para ibu di lingkungan sekitarnya karena kualitas premiumnya namun dengan harga yang lebih terjangkau.
Sebelum acara KITANgopiwriting berakhir, Bu Wati juga menyampaikan adanya paket sembako yang berisi sejumlah produk pangan KITA. Â Paket sembako tersebut berharga mulai dari 100 ribu dan dapat disesuaikan isi paketnya sesuai permintaan pembeli (customizable) dengan jenis paket A, B, C, dan D. Â Paket KITA tersebut telah banyak dipesan untuk hantaran untuk pengantin perempuan saat resepsi pernikahan maupun acara pengajian para ibu serta parsel Lebaran.
Selain menyukai nasi dari beras KITA yang pulen dan lembut, orang tua saya juga menggemari makanan yang digoreng dengan minyak goreng KITA. Â Menurut mereka, ayam goreng hasil penggorengan minyak KITA terasa lebih gurih -- sekalipun tanpa diberi tepung bumbu -- dan warnanya pun cantik plus menarik yaitu kuning keemasan.
Nah, bagi Anda yang tertarik untuk mempromosikan RPK beserta produk pangan berkualitasnya dari Bulog, selain membeli dan mengonsumsinya, Anda juga dapat berpartisipasi dalam kompetisi media sosial untuk menyambut 51 tahun Bulog.  Tema lomba di media sosial tersebut yaitu "Krea51 Digital Bulog."  Silakan kunjungi akun Twitter dan Instagram resmi Bulog untuk keterangan lengkapnya.  Tunggu apalagi? Mari bersama kita beli dan konsumsi produk pangan KITA dari Bulog untuk mewujudkan kedaulatan pangan hingga pelosok Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H