Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Z, Generasi Zaman Now dengan Energi Wow

27 Desember 2017   20:18 Diperbarui: 27 Desember 2017   21:03 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagi Generasi Z, energi yang mereka punya bisa untuk mengubah negaranya maupun seisi dunia (Dokpri)

"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut (gunung) Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." Itulah kutipan bijak Bung Karno tentang strategisnya peran pemuda dalam mengubah nasib suatu bangsa seperti halnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Lalu bagaimana dengan generasi muda Indonesia yang lahir 67 tahun setelahnya? Sama besarkah energi para Generasi Z (Gen-Z) tersebut -- lahir tahun 1995 hingga 2014 -- dengan para pendahulu mereka yang hidup penuh keterbatasan selama penjajahan? 

            Sebagai generasi milenial, saya sudah berkuliah di era internet namun masih mengakses via komputer rumah atau di rental warnet.  Saat musim ujian, kegiatan organisasi mahasiswa pun (terpaksa) diliburkan.  Energi para aktivis di kampus harus dibagi seimbang antara kuliah dan berorganisasi agar nilai kuliah tetap indah.

Rima F. Putri, mahasiswi berkacamata yang termasuk Generasi Z dari jurusan Bisnis Manajemen Islam (Akun Instagram @rimafrp)
Rima F. Putri, mahasiswi berkacamata yang termasuk Generasi Z dari jurusan Bisnis Manajemen Islam (Akun Instagram @rimafrp)
            Setelah menjadi dosen, saya pun kini takjub dengan para mahasiswa yang tetap berenergi tinggi dengan padatnya aktivitas kuliah dan organisasi.  Sambil menunggu rapat organisasi, mereka membaca materi kuliah dari smartphone mereka.  Ketika presentasi mata kuliah Strategi Marketing, ruang kelas diketuk oleh seorang kurir angkutan online yang mengantarkan pesanan konsumsi dari kelompok mahasiswa yang membahas marketing online. 

            Setiap mahasiswa jelas memiliki keunikannya masing-masing.  Tapi, tentu ada mahasiswa yang menghadirkan kesan berbeda.  Salah satunya adalah Rima F. Putri, mahasiswi semester 3 dari jurusan Bisnis Manajemen Islam.  Pertama kali Rima mengambil mata kuliah saya di semester 2 lalu.  Waktu itu, dia terlambat datang hampir setengah jam.  Sempat tak akan saya izinkan masuk, namun merasa iba melihat keringat di wajahnya, saya pun memperbolehkannya masuk. 

Di sela kesibukan kuliah dan organisasinya, Kayu Putih Aroma Lavender turut menemani Rima (Dokpri)
Di sela kesibukan kuliah dan organisasinya, Kayu Putih Aroma Lavender turut menemani Rima (Dokpri)
            "Sekali ini saja ya!" tegas saya.  "Baik, Miss.  Terima kasih," ujarnya sambil mencium tangan saya.  Dia pun bergegas duduk di barisan bangku terdepan yang masih (banyak) kosong dan segera mengeluarkan buku catatannya.  Dia juga mengeluarkan sebotol minyak kayu putih dengan tutup berwarna ungu yang beberapa kali dia hirup aromanya sepanjang kuliah. 

            Sekalipun kesan pertama (tak) mempesona, Rima kini menjadi mahasiswi kepercayaan saya.  Gadis asal Makassar yang lahir pada Oktober 1995 itu termasuk Gen-Z.  Di usianya yang ke-22, idealnya kuliahnya sudah tingkat akhir atau bahkan bertitel sarjana. 

            Lalu, kenapa dia masih semester 3?  Apakah kemampuan akademiknya lemah?  Sama sekali tidak.  Semasa SMU, dirinya menjadi juara kelas.  Mungkinkah karena keterbatasan ekonomi?  Tidak juga.  Nah, dari Rima pulalah, saya menjadi lebih tahu sisi lain Gen-Z.  Besarnya potensi energi mereka tentu sangat tepat untuk dioptimalkan dalam pembangunan zaman now untuk masa depan Indonesia yang wow.

Saat energi berkurang, menghirup Kayu Putih Aroma membuat ide segar dan kreatif kembali menghampiri Rima (Dokpri)
Saat energi berkurang, menghirup Kayu Putih Aroma membuat ide segar dan kreatif kembali menghampiri Rima (Dokpri)
Beradaptasi mengikuti bakat alami tanpa henti

            Kalau boleh jujur, pasti  banyak dari kita atau generasi sebelum Gen-Z yang mengambil jurusan kuliah (lebih) karena  tuntutan keluarga daripada berkuliah sesuai bakat, minat, serta kemampuan diri.  Ternyata, hal tersebut berhasil ditaklukkan oleh Rima sekalipun dia harus jatuh bangun selama 2 tahun hingga berhasil kuliah di jurusan yang tepat dengan panggilan hati dan bakat alami dirinya.

            Rima sempat berkuliah di dua kampus negeri.  Namun, jurusan yang diambilnya bukanlah ekonomi, namun Statistika dan Matematika.  Alasan pemilihan jurusannya saat itu karena mayoritas keluarganya alumni teknik dan ilmu pasti.  Sebagai murid SMU, jelas dia kagum dengan para kakak sepupunya yang lulus sebagai sarjana teknik lalu bekerja dengan gaji besar.  "Gimana saya tidak jadi pengen juga, Miss?" ungkapnya jujur.

Sekalipun harus mengulang kuliah dari awal di jurusan ekonomi, Rima kini dapat berkuliah dengan lebih optimal dan berprestasi (Akun Instagram @rimafrp)
Sekalipun harus mengulang kuliah dari awal di jurusan ekonomi, Rima kini dapat berkuliah dengan lebih optimal dan berprestasi (Akun Instagram @rimafrp)
            Di luar dugaan, satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bidang bisnis yang ditemuinya saat berkuliah di Surabaya membuka hati dan pikirannya.  Rima ternyata jauh lebih menikmati untuk menekuni ilmu ekonomi yang berhubungan langsung dengan bisnis sehari-hari.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun