Sambil tetap berkuliah, Rima pun mengikuti les bimbingan masuk PTN secara online dengan jurusan Teknik Industri sebagai targetnya.  Gen-Z jelas termasuk penduduk asli dunia maya (digital native) karena tak pernah merasakan zaman tanpa internet. Wajarlah jika indeks prestasi kuliahnya tetap bagus, 3.7 dari 4.0, saat pindah dari PTN di Jawa Timur ke kampus negeri di Depok pada tahun kedua kuliahnya.Â
      Di organisasi keagamaan itulah, Rima mengetahui tentang ekonomi Islam dan bisnis shariah. Maka, dia lantas mencari lebih banyak lagi informasi yang sesuai dengan jurusan ekonominya nanti.  Urusan mencari informasi pastinya mudah bagi Gen-Z yang terhubung dengan internet setiap harinya melalui smartphone.  Tantangannya adalah mencocokkan lautan informasi tersebut dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing.  Rima bahkan hingga ke Singapura untuk mengetahui pasti bakat alami dirinya.  Â
      Selain mudah beradaptasi, Gen-Z juga dikaruniai segudang energi untuk beraksi dengan percaya diri karena dibekali beragam informasi. Di usia ke-19, Rima menghadiri seminar pengembangan diri dari motivator kelas dunia yang dikaguminya yaitu Anthony Robbins selama 2 hari di Singapura, seorang diri! Jujur, saya tak akan seberani itu saat seusia Rima.Â
      Agar diizinkan orang tuanya, Rima mempersiapkan segala sesuatunya dengan mandiri, termasuk mengurus paspor dan membiayai perjalanannya ke Singapura dengan uang tabungannya.  Seluk-beluk akomodasi selama di Singapura diketahuinya dari internet.  Supaya memahami isi seminar dalam Bahasa Inggris, Rima setiap hari mendengarkan seminar Anthony Robbins dari Youtube.  Usahanya berbuah manis dengan peningkatan tajam kemampuan bahasa Inggrisnya.  Skor TOEFL awalnya adalah 450.  Sebelum ke Singapura, skornya melonjak hingga 567.  Nilai itu sangat bisa untuk S2 ke luar negeri lho!
      Sepulang di Singapura, Rima pun mantap menjadi pengusaha.  Dirinya tak lagi tertarik menjadi karyawan perusahaan.  Pilihan profesi Gen-Z memang berbeda dengan generasi seniornya.  Contohnya Prilly Latuconsina (21 tahun), seorang aktris dan penyanyi plus pengusaha terkenal di Indonesia dari Gen-Z yang juga brand ambassador Kayu Putih Aroma.  Bagi Gen-Z, profesi di bidang ekonomi kreatif lebih mereka minati karena inovasi terbaru mereka dapat terwujud tanpa terbatasi sejumlah aturan yang (kadang) menghambat ide kreatif mereka.Â
      Tapi, Rima bertahan dengan pendiriannya.  Dia bertekad untuk memahami dari dasar tentang ekonomi Islam sehingga kelak dapat berbisnis sesuai shariah.  Jadilah, dirinya masuk asrama bersama mahasiswa baru -- mayoritas berusia 2 hingga 3 tahun juniornya -- selama semester 1 dan 2.  Rima juga harus belajar Bahasa Arab serta menghafalkan surat pendek Al-Qur'an (juz 30).  Hal yang sangat menantang baginya yang bukan alumni pesantren.
      Berbekal do'a dan usaha, syukur Alhamdhulillah, Rima sukses melewati kuliah tingkat pertamanya kali ini.  Saya menyaksikan saat Rima menerima penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi dari asrama mahasiswa baru dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sempurna yaitu 4.0, wow! Pupus sudah keraguan orang-orang terdekatnya dulu yang menentangnya pindah kuliah.  Gen-Z memang generasi yang tak ragu mengekspresikan diri mereka tanpa (terlalu) ambil pusing dengan penilaian orang lain.  Bagi mereka, penerimaan diri mereka sudah lebih dari cukup.Â