Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Bukti Indonesia Masih Ada dalam Film

29 Agustus 2017   11:02 Diperbarui: 14 November 2023   15:10 3792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Endang, berkarakter lebih tegas daripada Wiwiek, tak sanggup menyembunyikan rasa bencinya terhadap Mochtar. Itu karena Mochtar sering dilihatnya bergaul dengan Ted. Padahal, umumnya wartawan Indonesia di zaman revolusi fisik itu adalah Republiken atau pendukung RI.

Sementara itu, Wiwiek terbelah hatinya antara harapan dan kenyataan. Dia menyimpan rasa terhadap Djono, sesama pelayan restoran dan pejuang. Di lain pihak, Ted terus mendekatinya dan mengiming-imingi Ayah Wiwiek untuk kembali bekerja di perusahaan Belanda.

Del Juzar, aktor pemeran wartawan Mochtar yang juga berprofesi sebagai pengacara/lawyer dalam kehidupan aslinya (Ilustrasi: https://en.wikipedia.org/wiki/Darah_dan_Doa)
Del Juzar, aktor pemeran wartawan Mochtar yang juga berprofesi sebagai pengacara/lawyer dalam kehidupan aslinya (Ilustrasi: https://en.wikipedia.org/wiki/Darah_dan_Doa)
Film Enam Djam di Djogja itu juga menunjukkan bahwa SU 1 Maret 1949 memiliki peran strategis dalam mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap tentara nasional yang terus dirongrong Belanda. Contohnya, Ted yang menjadi kaki tangan Belanda sebagai tentara NICA.

Lalu, bagaimanakah akhir kisah cinta antara mereka semua? Akankah berakhir bahagia (happy ending) atau sebaliknya? Tentunya, pesan yang paling penting dari film tersebut adalah keberhasilan perjuangan tentara yang didukung rakyat dan pemerintah dalam SU 1 Maret 1949.

Sebagai penonton, saya banyak mendapatkan sudut pandang lain tentang perjuangan rakyat Indonesia. Meskipun tidak memanggul senjata, peran wanita tak kalah pentingnya. Selain Endang dan Wiwiek, ada pula tokoh wanita lainnya yang mendukung penuh perjuangan tentara.

Ibunda Hadi rutin menyuplai konsumsi dan tempat berlindung bagi para pejuang, sekalipun mereka bukan tentara yang dipimpin Hadi. Ibunda Mochtar bahkan kehilangan suaminya yang ditembak mati Ted dan pasukannya saat rumahnya digeledah Belanda sebelum SU 1 Maret 1949.

Enam Djam di Djogja juga menegaskan "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Hadi, sebagai kepala pasukan, senantiasa menginstruksikan pasukannya agar bergerak sesuai komando petinggi militer, termasuk dari Pak Harto yang kala itu masih berpangkat Letnan Kolonel.

Lalu, realita bahwa urusan perut alias ekonomi memang harus selalu menjadi prioritas utama pemerintah dalam menyejahterakan rakyatnya. Banyak rakyat Indonesia yang sudah lelah menanggung beban berat peperangan sehingga tak sedikit yang membelot ke Belanda.

Mungkin satu-satunya kekurangan film Enam Djam di Djogja itu adalah tampilan warnanya yang sudah kabur dan gelap serta suaranya bergemerisik. Pemerintah Indonesia sangat perlu merestorasi kualitas film tersebut agar generasi muda terus dapat menontonnya di masa depan.

Saya pun kesulitan dalam menentukan nama asli para aktor dan aktris pemeran "Enam Djam di Djogja". Baik di layar film maupun Wikipedia, hanya disebutkan nama asli mereka tanpa nama peran mereka di film yaitu R.d. Ismail, Del Juzar, Aedy Moward, Agus Muljono, dan M. Sani.

Bagi Anda yang menyukai film perjuangan dan sekaligus film lawas dari era film hitam-putih, Enam Djam di Djogja bisa menjadi pilihan utama. Berikut ini link film legendaris tersebut dari Youtube yang bisa diunduh. Selamat menonton sinema asli Indonesia. Salam kemerdekaan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun