Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pegang Kendali Wisata Arkeologi di Cirebon Bersama Danamon

22 Juni 2017   13:24 Diperbarui: 22 Juni 2017   21:41 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gua Sunyaragi ini terkenal sebagai tempat meditasi para sultan Cirebon tempo dulu (Dokpri)

Bagi yang sudah menikah atau memiliki pasangan, konon dapat membuat hubungan atau pernikahannya awet sampai maut memisahkan (langgeng jodohnya).  Nah, yang menarik adalah makna di balik patung garuda digigit ular yaitu seorang pemimpin (garuda) jangan sampai melupakan bawahan dan rakyatnya (ular) selama berkuasa jika tidak ingin digulingkan kekuasaannya karena ketidakbecusan dalam memimpin pemerintahannya.

Gua Kelanggengan dipercaya membuat orang yang memasukinya langgeng jodoh dan karirnya (Dokpri)
Gua Kelanggengan dipercaya membuat orang yang memasukinya langgeng jodoh dan karirnya (Dokpri)
Di kiri atas Gua Kelanggengan terdapat Gua Padang Ati.  Gua Padang Ati terletak di atas bebukitan sedangkan Gua Kelanggengan dan Patung Garuda Digigit Ular berada di bagian bawah bukit.  Mitosnya, jika berhasil memasuki Gua Padang Ati yang gelap dan berliku-liku dan keluar tanpa bantuan cahaya, maka seseorang akan merasakan ketenangan hati sepanjang hidupnya.  Boleh dipercaya boleh tidak.  Tapi, tak ada salahnya dicoba lho.

Pohon kelengkeng ini konon usianya sudah mencapai 300 tahun, wow! (Dokpri)
Pohon kelengkeng ini konon usianya sudah mencapai 300 tahun, wow! (Dokpri)
Di depan Gua Kelanggengan terdapat dua batang pohon kelengkeng/lengkeng (Dimocarpus longan) yang usianya sudah 300 tahun atau sejak awal berdirinya kompleks Gua Sunyaragi.  Di samping kedua pohon kelengkeng tersebut terdapat Monumen Cina.

            Gua berikutnya yaitu Gua Peteng yang menjadi tempat bersemedi dalam mencari ilmu khusus.  Mitos dari Gua Peteng itu adalah adanya lorong rahasia yang menembus ke Gunung Jati.  Sekali lagi, itu juga arkeologi semu ya.

Satu keluarga wisatawan asing berpose di sekitar Gua Peteng dan Gua Langse (Dokpri)
Satu keluarga wisatawan asing berpose di sekitar Gua Peteng dan Gua Langse (Dokpri)
            Di kanan Gua Peteng terdapat gua kecil yaitu Gua Langse.  Saat Gua Sunyaragi masih dikelilingi air danau, Gua Langse itu mirip bilik yang ditutupi tirai ketika air danau melimpah dan mengalir ke bawahnya.  Unik sekali!

            Bagian depan Gua Sunyaragi itu ternyata memiliki tiga bagian.  Pertama, gua utama yang disebut sebagai Bangsal Jinem untuk tempat para sultan bermeditasi.  Bangsal Jinem itu diapit oleh dua gua yaitu Gua Pengawal di sebelah kanan sebagai tempat para pengawal berjaga selama sultan berada di Bangsal Jinem.  Di sebelah kiri Bangsal Jinem terdapat Gua Pande Kemasan yang menjadi tempat para pandai besi untuk membuat senjata perang.  Memang salah satu fungsi Gua Sunyaragi adalah tempat berlindung para sultan dari musuh saat perang berlangsung.

Bangsal Jinem, gua khusus tempat sultan Cirebon di masa lampu menenangkan diri (Dokpri)
Bangsal Jinem, gua khusus tempat sultan Cirebon di masa lampu menenangkan diri (Dokpri)
Ada Aplikasi Ponsel D-Cash, Uang Kurang Saat Berpetualang Tak Lagi Buat Resah

            Selepas dari Gua Sunyaragi pada pukul 4 sore, para Kompasianer berkumpul di rumah makan khas Cirebon untuk ngabuburit alias menunggu waktu waktu berbuka dengan mendengarkan presentasi dua kelompok Kompasianer yaitu Grup Pegang dan Grup Kendali serta pemaparan singkat Pak Djulianto mengenai arkeologi.  Beliau mengingatkan agar wisata arkeologi tidak hanya sebatas mengejar jumlah kunjungan wisatawan (keuntungan).  Namun, juga mempertahankan fungsi perlindungan dan pelestarian situs arkeologi yang ada untuk generasi penerus.

Pak Djulianto, seorang arkeolog senior UI dan juga Kompasianer berbagi ilmu mengenai ilmu dan wisata arkeologi (Admin Kompasiana)
Pak Djulianto, seorang arkeolog senior UI dan juga Kompasianer berbagi ilmu mengenai ilmu dan wisata arkeologi (Admin Kompasiana)
            Saat berbuka puasa, kami disuguhi menu khas Cirebon yaitu empal gentong dan tahu gejrot.  Usai urusan makan dan sholat Maghrib, Kompasianer menyempatkan diri membeli oleh-oleh di toko yang berseberangan dengan rumah makan.  Oleh-oleh pun dibeli sesuai pesanan maupun isi dompet yang dibawa selama perjalanan.

Empal gentong dan Tahu gejrot menjadi sajian khas Cirebon untuk buka puasa (Dokpri)
Empal gentong dan Tahu gejrot menjadi sajian khas Cirebon untuk buka puasa (Dokpri)
Saya bersyukur sebelumnya sudah mengambil uang tunai di ATM saat rombongan mampir sejenak di rest area sebelum Tol Cipali dalam perjalanan menuju Cirebon.  Bukan apa-apa.  Uang tunai saya sudah habis untuk membayar ongkos mobil online yang mengantarkan saya dari Bogor menuju Bentara Budaya Jakarta di pagi harinya.

Kompasianer melakukan uji coba aplikasi D-Cash di mesin ATM Danamon Cirebon (Dokpri)
Kompasianer melakukan uji coba aplikasi D-Cash di mesin ATM Danamon Cirebon (Dokpri)
Nah, bagi pelancong yang kekurangan uang saat liburan, bisa meminta tolong keluarga atau teman yang memiliki rekening Danamon untuk melakukan transfer via aplikasi ponsel D-Cash.  Penerima transfer dari D-Cash tidak harus memiliki rekening maupun kartu ATM Danamon, namun tetap dapat mengambil uang tunai di mesin ATM Danamon yang memiliki logo D-Cash.  Selama pengirim dan penerima transfer uang tunai via aplikasi D-Cash saling mengetahui nomor ponsel satu sama lain, maka keduanya dapat langsung melakukan tarik tunai tanpa kartu di ATM Danamon.  Sangat simpel dan asyik kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun