Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pegang Kendali Wisata Arkeologi di Cirebon Bersama Danamon

22 Juni 2017   13:24 Diperbarui: 22 Juni 2017   21:41 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapur Mulud yang dahulu ramai digunakan untuk memperingati kelahiran keluarga sultan dan Maulud Nabi di Keraton Kasepuhan Cirebon (Dokpri)

Pengunjung Keraton Kanoman harus melewati terlebih dahulu Pasar Kanoman di Cirebon (Dokpri)
Pengunjung Keraton Kanoman harus melewati terlebih dahulu Pasar Kanoman di Cirebon (Dokpri)
            Para Kompasianer disambut oleh perwakilan Keraton Kanoman di ruang tunggu dalam bangsal keraton yang bernama Pendopo Jinem.  Dulu Pendopo Jinem digunakan sebagai ruang pertemuan sultan dengan para pembesar kesultanan, terutama yang masih memiliki hubungan keluarga (Dewan Famili).  Kemudian, kami dipersilakan memasuki ruangan yang dulunya berfungsi sebagai tempat singgasana sultan. 

Admin KOTEKA, Pak Diaz, bersama perwakilan Keraton Kanoman Cirebon di ruang pertemuan sultan yang bernama 'Pendopo Jinem' (Dokpri)
Admin KOTEKA, Pak Diaz, bersama perwakilan Keraton Kanoman Cirebon di ruang pertemuan sultan yang bernama 'Pendopo Jinem' (Dokpri)
Di dalam ruangan singgasana Keraton Kanoman tersebut, terdapat ornamen batik bermotif megamendung -- motif batik khas Cirebon -- dan ornamen batu karang yang berwarna emas dan hijau. Ornamen batu karang dan megamendung tersebut mengandung pesan mulia yaitu "pemimpin harus memiliki landasan yang kokoh dalam mengayomi rakyatnya."  Sedangkan warna emas berarti "pemimpin harus mampu memakmurkan rakyatnya" dan warna hijau agar "pangan untuk rakyat selalu melimpah sepanjang tahun."

Ruang berornamen batu karang dan motif batik megamendung yang dulu berfungsi sebagai singgasana sultan di Keraton Kanoman Cirebon (Dokpri)
Ruang berornamen batu karang dan motif batik megamendung yang dulu berfungsi sebagai singgasana sultan di Keraton Kanoman Cirebon (Dokpri)
Setelah keluar dari ruang singgasana, Kompasianer menyinggahi kemplek pemukiman keluarga kesultanan Kanoman.  Di sana, kami mendapati sumur Air Keramat yang konon berkhasiat untuk membuat panjang umur dan awet muda.  Selain sumur Air Keramat, ada pula Sumur Kejayaan yang dipercaya mampu membuat kemenangan bagi para sultan yang meminum air sumur itu sebelum pergi berperang.

Kompasianer Mas Denny mengambil gambar Sumur Kejayaan di Keraton Kasepuhan Cirebon (Dokpri)
Kompasianer Mas Denny mengambil gambar Sumur Kejayaan di Keraton Kasepuhan Cirebon (Dokpri)
Para Kompasianer juga beruntung dapat berjumpa dengan salah seorang putri cilik nan cantik yang merupakan keturunan keluarga kesultanan Kanoman. Ratu Rania yang berusia 6 tahun itu sedang bermain masak-masakan di dekat sumur Air Keramat.  Menurut penuturan pengasuhnya, gelar 'Ratu' diberikan untuk para putri dan 'Elang' untuk pangeran yang berasal dari kesultanan Cirebon, baik dari Keraton Kasepuhan maupun Kanoman. 

Ratu Rania, putri keturunan Sultan Kanoman Cirebon bermain ditemani pengasuhnya (Dokpri)
Ratu Rania, putri keturunan Sultan Kanoman Cirebon bermain ditemani pengasuhnya (Dokpri)
Secara budaya dan sejarah, keraton Kanoman tak kalah menariknya dari keraton Kasepuhan.  Namun, karena pintu masuknya yang harus melalui pasar Kanoman yang macet dan semrawut, maka tak senyaman seperti halnya saat akan memasuki Keraton Kasepuhan.  Saat di Keraton Kasepuhan, saya mendapati langsung, banyak turis lokal maupun asing yang ada di sana.  Tetapi, hal yang serupa tak saya jumpai saat berada dalam Keraton Kanoman.

Dua orang wisatawan asing di Keraton Kasepuhan Cirebon (Dokpri)
Dua orang wisatawan asing di Keraton Kasepuhan Cirebon (Dokpri)
Perlindungan Gua Sunyaragi untuk Menjaga Bentuk Asli Wisata Arkeologi

           Kompasianer menggunakan moda transport berupa 'angkot' saat menuju Gua Sunyaragi.  Dibandingkan kedua keraton sebelumnya, pengelolaan Gua Sunyaragi terlihat lebih profesional.  Pengunjung membayar tiket masuk sebesar Rp.10.000/orang.  Gua Sunyaragi dibuka untuk umum dari pukul 10 pagi hingga 5 sore WIB.

Gua Sunyaragi ini terkenal sebagai tempat meditasi para sultan Cirebon tempo dulu (Dokpri)
Gua Sunyaragi ini terkenal sebagai tempat meditasi para sultan Cirebon tempo dulu (Dokpri)
            Setelah sampai di dalam kompleks Gua, barulah kami menyadari bahwa kami masuk dari pintu belakang.  Pak Djulianto menjelaskan secara singkat arti kata 'Sunyaragi' yang bermakna raga yang berada di tempat sunyi.  Saat zaman kolonial Belanda, Gua Sunyaragi memang kerapkali digunakan sebagai tempat meditasi dan menyepi para sultan Cirebon, termasuk untuk bersembunyi dari kejaran musuh dan mencari ilham dalam memimpin kesultanan.

Kompasianer Mbak Sitie, Mas Noval, dan Mbak Erni di sekitar Gua Argajumut (Dokpri)
Kompasianer Mbak Sitie, Mas Noval, dan Mbak Erni di sekitar Gua Argajumut (Dokpri)
            Pak Djulianto juga sempat menunjukkan jenis vandalisme di Gua Sunyaragi seperti menggores batu bata yang ada di sana maupun mencungkil bongkahan batu di dalam gua.  Padahal, sudah ada peringatan yang melarang pengunjung gua untuk mencorat-coret dinding gua.  Tetapi, ada saja wisatawan yang membandel, hadeuh! 

            Gua yang pertama kali terlihat dari pintu belakang komplek Gua Sunyaragi yaitu Gua Argajumut.  Mitosnya, jika memasuki gua tersebut, ada terowongan bawah tanah di dalamnya yang jika berbelok ke kanan, langsung menuju Ka'bah di Mekkah dan belok kiri menuju harta karun di istana Kekaisaran Cina.  Tentu saja hal itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena hal tersebut termasuk ke dalam 'arkeologi semu (pseudo-archaeology)'.

Agar Gua Sunyaragi tetap lestari hingga nanti, para pengunjung dilarang melakukan tindakan vandalisme (Dokpri)
Agar Gua Sunyaragi tetap lestari hingga nanti, para pengunjung dilarang melakukan tindakan vandalisme (Dokpri)
            Gua selanjut bernama Gua Kelanggengan yang bersebelahan letaknya dengan relif Patung Garuda Digigit Ular.  Gua Kelanggengan dipercaya dapat membuat periode kekuasaan seorang pejabat semakin panjang masa jayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun