“Sepengamatan dan sepengetahuan saya, banjir di Jakarta awal tahun 2016 ini efeknya tidak separah tahun-tahun sebelumnya. Ini kan bukti nyata bahwa peran tim SIBAT PMI berdampak positif,” puji saya kepada keempat anggota tim SIBAT PMI di Sukahati tersebut. “Ah, itu karena programnya Pak Ahok (Gubernur Jakarta saat ini) untuk menangani banjir juga memang bagus, Mbak. Bisa dibilang, upaya kami ini (dalam mengurangi resiko bencana banjir) belum seberapalah,” respon Pak Ruslan merendah. Wah, padahal menurut saya, tim SIBAT PMI di Sukahati tersebut tergolong sudah lumayan sukses lho dalam mengurangi resiko banjir dengan pencapaian dan prestasi yang telah diraih sejak 2013 hingga saat ini.
Di akhir wawancara, saya pun menanyakan tentang harapan tim relawan SIBAT PMI terhadap masyarakat dalam partisipasinya untuk mencegah bencana banjir. Diwakili Pak Ruslan, beliau berpesan, “Minimal setiap warga sudah sadar bahaya banjir dengan cara tidak lagi membuang sampah ke sungai agar air sungai tetap lancar mengalir.” Selain itu, keempat relawan pelestari lingkungan tersebut juga berharap pembuatan lubang resapan biopori dan vertical garden semakin meluas di masyarakat. Tujuannya agar air hujan bisa diserap oleh keduanya sehingga resiko banjir bisa berkurang. Kalau semua lahan hijau berubah menjadi hutan beton, air hujan jelas akan menggenang yang berujung dengan terjadinya banjir. Kalau sudah begitu, tindakan preventif tidak lagi efektif.
Pada akhirnya, semua kegiatan kemanusiaan PMI di bidang pelestarian lingkungan tersebut terbukti dapat memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat dari segala kalangan secara sosial ekonomi. Tua-muda, pria-wanita, kaya-miskin, desa-kota, pra-pasca bencana, PMI memang diperuntukkan untuk siapapun, kapanpun, dan di manapun. Salam Kompasiana. Salam kesiapsiagaan bencana #SalamIndonesiaBaik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H