Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Resensi] Sosok Lanjut Usia, Namun Berdaya Luar Biasa

20 Mei 2016   12:37 Diperbarui: 20 Mei 2016   14:38 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki-ka : Pak Andrie Kepala Program Daya BTPN, Pak Taryat pengusaha

Hidup itu untuk Diberdayakan, bukannya Menyerah dengan Keadaan

Alkisah ada dua orang kawan yang bercita-cita ingin menjadi penulis sejak masa muda mereka. Si A berkata, “Yuk, kita mulai menulis selembar halaman per hari.  Setahun pasti bisa menjadi satu buku.” Jawab si B, “Saya sudah sering ikut pelatihan menulis.  Pasti gampanglah itu menulis kalau hanya selembar ini.” 

Kedua kawan itu memang tidak menjadikan profesi penulis sebagai pekerjaan utama. Hari pun berlalu diselingi kesibukan menjalani kehidupan masing-masing dengan bekerja dan berkeluarga. Si A menyempatkan diri di waktu luangnya untuk menulis. Dimulai dari menulis artikel, lalu buku, hingga menjadi penulis senior yang kerap membimbing penulis junior. Sementara si B menganggap kegiatan menulis bisa dikerjakan nanti saja ketika dia tidak lagi sibuk bekerja. Waktu senggangnya lebih banyak dihabiskannya untuk berleha-leha tanpa rencana.    

Tanpa terasa, waktu terus berganti. Memasuki masa pensiun, si A sudah memiliki tabungan dan penghasilan tambahan dari royalti koleksi bukunya selama ini. Si B yang terlanjur terlena dengan kenyamanan hidupnya semasa bekerja baru tersadar.  Dana pensiunnya hanya cukup untuk makan sehari-hari.  Dia harus memiliki tambahan pemasukan.  Lalu dia teringat tentang tekadnya untuk menulis dulu.  Namun, apa daya, jangankan menulis lama-lama, kondisi kesehatannya sudah menurun sehingga harus lebih banyak beristirahat.

Ilustrasi di atas memang hanya kisah fiksi.  Meskipun demikian, fakta dan realita di masyarakat menunjukkan bahwa usia pensiun menjadi momok menakutkan.  Mulai dari tak lagi memiliki penghasilan bulanan, mudah sakit, hingga merasa tak berdaya karena faktor lanjut usia.  Ohya, tambahkan pula post-power syndrome jika sebelumnya adalah seorang pejabat.

Tak heran, masa pensiun banyak dianggap sebagai masa hidup yang kurang, bahkan tidak berarti lagi bagi kebanyakan orang.  Menurun atau berhentinya penghasilan bulanan tak pelak membuat orang kehilangan rasa percaya diri.  Selain masa pensiun, masa krisis keuangan juga jelas mengakibatkan orang frustasi dan depresi.  Di Indonesia, krisis moneter tahun 1997 – 1998 menyebabkan banyaknya pengangguran mendadak yang ironisnya, terdidik secara formal.  Perusahaan tempat para sarjana maupun master tersebut bekerja, terutama bank, satu persatu gulung tikar karena krisis ekonomi yang lebih popular dengan sebutan “krismon.”

Ki-ka : Pak Andrie Kepala Program Daya BTPN, Pak Taryat pengusaha
Ki-ka : Pak Andrie Kepala Program Daya BTPN, Pak Taryat pengusaha
Belajar dari pengalaman pahit tersebut, masihkah seseorang mau bergantung sepenuhnya pada keadaan di sekitarnya? Manakah yang lebih dipilih: Menjadi subyek atau obyek dalam hidupnya? Bagi seseorang yang mantap memilih untuk menjadi aktif dalam hidupnya, maka buku “Hidup yang Lebih Berarti: Sosok Inspiratif untuk Dayakan Indonesia” terbitan PT Elex Media Komputindo dari Grup Kompas – Gramedia ini sangat layak dan wajib dibaca sebagai panduan praktis.  Buku inspiratif setebal 200 halaman ini ditulis oleh 20 blogger Kompasiana atau Kompasianer (yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia) dalam kolaborasi antara program Dayakan Indonesia dari Bank BTPN (PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk) bersama Kompasiana. 

Kamis 21 April 2016, peluncuran buku inspiratif tersebut dilangsungkan di kantor pusat BTPN di daerah Kuningan Jakarta dengan mengundang para Kompasianer dan pengusaha yang kisahnya turut dimuat dalam penulisan buku ini, yaitu Pak Taryat, pengusaha Alia Chocolate dari Ciomas, Bogor.  Kompasianer Majawati Oen yang menjadi salah satu penulis buku tersebut juga hadir dan berbagi cerita tentang pengalamannya mewawancarai narasumber.

Para Kompasianer peserta acara peluncuran buku yang dipandu oleh content editor Kompasiana, Mas Nurulloh/berkacamata (Dokpri)
Para Kompasianer peserta acara peluncuran buku yang dipandu oleh content editor Kompasiana, Mas Nurulloh/berkacamata (Dokpri)
Sebelum membaca langsung bukunya, saya harus mengingatkan bahwa buku ini bukanlah buku untuk para manusia yang bermental instan dan ingin sukses dalam waktu singkat.  Semua hasil besar dimulai dari setiap langkah demi langkah usaha kecil yang rutin dan konsisten dilakukan dari tahun ke tahun.  Buku ini diperuntukkan bagi seseorang yang ingin membuat dirinya semakin lebih berdaya dalam hidupnya sekaligus memakmurkan serta menyejahterakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.  Bukankah orang yang paling baik di dunia ini adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain? Selamat membaca!    

Yang Tua yang Tetap Berkarya

Berapa usia Anda saat ini? 20-an, 30-an, atau 40-an? Berapa pun usia muda Anda saat ini, percayalah.  Masa tua akan menghampiri Anda.  Jika masa tua tersebut akhirnya tiba juga, apakah yang Anda akan lakukan dengan hidup Anda? Tentunya berhenti berkarya karena usia tua bukanlah hal yang pantas dilakukan. Kelima orang warga senior (senior citizen) yang kisah suksesnya termuat dalam buku “Hidup yang Lebih Berarti” ini membuktikan bahwa dalam kesederhanaan masa purnabakti (pensiun), mereka terus dapat berkarya, berdaya, dan bermanfaat bagi sekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun