"Mbak, mau pesan apa?" Tanya pelayan memakai baju seragam pelayan bewarna abu- abu yang dilintasi putih pada lengan- lengannya.
"Kopi susu hangat dua ya, Mbak" jawab Choi yang tak henti melihat kearah pintu caf.
Telah 3 jam rasanya Choi menunggu tanpa reaksi, mungkin karena rintik- rintik tangisan sang awan mendengar Fir akan meninggalkannya terlanjut banyak berserak di jalanan, ataukah ini pertanda mereka tidak akan pernah bisa bersatu? Akankah pemuda itu telah pergi tanpa berpamitan resmi padanya? Layar smartphonenya seakan juga ingin menangis melihat keadaan gadis cantik yang ditemani kopi susu yang kini tak terasa lagi kehangatannya itu.
Ia mulai melangkah pergi, tanpa pertemuannya dengan Fir. Kini sosok lelaki yang biasa dapat ia ganggu hilang sudah. Walau tak mampu untuk move on kehati cowok- cowok yang mengantri untuknya dan sekarang mendapatkan pekerjaan sebagai seorang pekerja tim kreatif Line Indonesia, gadis itu masih mengingat sosok yang membuat hatinya blak- blakkan dan dag-dig-dug tujuh keliling. Masih di caf yang sama, tempat yang sama dan nomor meja yang sama.
Penantian ini memang sangat sia- sia, hampir 4 tahun sudah. Choi telah menduduki bangku SMA dengan masa- masa yang diketenggelamkan oleh kenangan yang dibuai rindu. Gadis itu menghela nafas atau pikirannya yang terus memutar waktu tentang Fir. Hujan. Kini, ia kembali menerobos Kristal- Kristal bening itu, biarlah kini basah, karena memang susah terbiasa basah. Dengan kepiluan, penderitaan, kerinduan, penantian, dan hampa. Bisakah waktu ini kembali berputar? Ia sangat merindukan sosok pria itu, sang bermata cerah? Tidakkah pernah sesekali pemuda tersebut mencari tahu tentangnya?