Dalam film ini banyak sekali penafsiran makna ditambah hampir sepanjang film memakai bahasa minang yang tentu tidak semua penonton memahaminya. Dalam pemahaman filmnya, setiap orang pasti memiliki pandangan nya masing masing.Â
"Kita tidak boleh membeda-bedakan orang dari asal muasal keluarga, keyakinan, dan adat istiadat karena bisa jadi orang itu dapat menjadi penolong di masa yang akan datang" Ucap Gangga saat ditanya mengenai makna apa yang dirinya dapatkan.Â
"Zainuddin itu polos abis, termakan oleh cinta. Kita bisa mencintai orang seluas lautan sebesar dunia tapi kita gak boleh terbuai sama cinta karena takut merusak dirinya", sambung Gangga.Â
"Jangan sampai latar belakang sosial jadi penghalang cinta dan akhirnya jadi penyesalan" Ucap Angel Umboh.Â
"Kalo aku kasian sama kedua pemerannya sih Zainuddin dan Hayati karena kan sebenarnya mereka itu saling cinta ya, tapi ya itu karena perbedaan status sosial sama adat istiadat kan" Ucap Sri Kartika.Â
Jika dilihat dari penangkapan makna, banyak yang beranggapan tentang perasaan cinta yang terhalang oleh adat istiadat dan kasta sosial.Â
Dalam film adaptasi dari novel karya Buya Hamka ini memang sangatlah kental dengan budaya minang.Â
Membuat penonton mengenal tentang budaya minang dan bagaimana mereka mempertahankan adat istiadat yang sudah dijaga secara turun temurun.Â
Selain dari pemaknaan secara penceritaannya, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013) juga memiliki banyak pesan dari setiap pemerannya.
Seperti dari seorang sosok Zainuddin, makna yang bisa diambil dari peran ini adalah kita tidak boleh menyerah walaupun hanya dipandang sebelah mata, kita juga harus bekerja keras untuk membuktikan keseriusan dan kesuksesan.
Sedangkan sosok Hayati dapat memberikan makna tentang bagaimana kita memperjuangkan sesuatu dan janganlah mudah terbuai dengan sesuatu yang bahkan kita terpaksa melakukannya.