Dari kritikan tersebut Direktur Keuangan dan Umum PT BIJB, Muhammad Singgih menanggapi bahwa perencanaan bandara ini telah dilakukan sudah dari lama.Â
Singgih mengatakan bahwa alasan sepinya Bandara Kerjatati adalah karena minimnya aksesibilitas, terutama belum tersambungnya Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan). Karena tol ini yang nantinya akan mempersingkat jarak menuju BIJB sehingga diperlukan pengoptimalan dalam pembangunan jalan tol ini dalam rangka mengdongkrak penumpang BIJB.
Menurut Singgih juga tidak ada kesalahan dalam studi kelayakan yang telah dilakukan. Karena studi kelayakan juga dilakukan oleh lembaga yang kredibel, ada yang dari singapura dan juga Institut Teknologi Bandung (ITB). Sehingga jika menyalahkan adanya kekeliruan dalam studi kelayakan rasanya tidak memungkinkan.
Dalam pertimbangan studi kelayakan, Majalengka dianggap menjadi titik temu banyak daerah pusat ekonomi seperti Jakarta, Bandung, dan Karawang.Â
Lokasi ini juga diyakini menjadi pilihan tepat sebagai penghubung logistik Pelabuhan Muara Jati di Cirebon dan Pelabuhan Patimban di Subang. Selain itu, secara geografis lahan yang digunakan untuk pembangunan BIJB sebelumnya adalah lahan tadah hujan yang tidak produktif jika digunakan untuk pertanian dalam jangka panjang. Selain jauh dari gunung sehingga aman dari asap letusan, lahan ini juga cukup resisten terhadap gempa bumi dan banjir.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut yang menjadi alasan BIJB dibangun dengan mengusung aeropolis business concept, di mana bandara menjadi pusat aktivitas dan perkembangan ekonomi.Â
BIJB Kertajati sejatinya dibangun dengan harapan mampu menjadi pendongkrak ekonomi wilayah di sekitarnya. Karenanya, tidak tepat rasanya menganggap bandara ini dibangun tanpa mempertimbangkan aspek ekonomi. Justru alasan ketimpangan ekonomilah yang awalnya melatarbelakangi pembangunan bandara ini.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan sepinya penumpang di Bandara Kertajati bukanlah karena kesalahan dalam studi kelayakannya melainkan minimnya aksesibiltas menuju bandara tersebut yang menyebabkan masyarakat lebih memilih bandara lain yang lebih mudah diakses.
Sehingga saat ini pemerintah dalam misi menyelamatkan Bandara Kertajati telah melakukan beberapa tindakan. Salah satunya mendongkrak penumpang dengan fasilitas umrah dan juga menghidupkan kembali jalur kereta api yang mati.Â
Penghidupan kembali jalur kereta api yang mati tersebut telah melewati proses studi kelayakan dan siap untuk tindak lanjut berikutnya. Studi kelayakan ini dilakukan olek PT KAI. Dan dengan adanya kereta bandara ini diharapkan dapat memudahkan aksesibilitas menuju Bandara Kertajati dan menarik banyak masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H