Mohon tunggu...
Sosbud

Kartini Juga Santri

22 April 2019   11:06 Diperbarui: 22 April 2019   11:15 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

umroh.com
umroh.com

Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemani bertemu dengan Mbah Kyai Sholeh Darat. Dalam pertemuan itu terjadiah dialog antara R.A Kartini dengan Mbah Kyai Sholeh Darat,

" Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya? " Kartini membuka dialog.

Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. " Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian? " Kyai Sholeh balik bertanya.

" Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku " ujar Kartini.

Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; " Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia? "

Ny Fadhila menulis dialog hanya sampai situ, Mbah Kyai Sholeh Darat tak mampu berkata apapun kecuali subhanallah. Karena percakapan tersebut, menggugah Kyai Sholeh Darat untuk menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa Jawa. Namun saat itu penjajahan Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan Al-Qur'an, oleh karena itu beliau menerjemahkan Al-Qur'an dengan ditulis dalam huruf "arab gundul" atau pegon agar tidak dicurigai.

Kitab tafsir ini diberi nama Kitab Faidhur Rohman yang merupakan kitab tafsir pertama diNusantara dalam bahasa jawa dengan aksara Arab. Dan kitab ini pula hadiah dari Mbah Kyai Sholeh Darat kepada R.A Kartini ketika menikah dengan R.M. Joyodiningrat seorang Bupati Rembang. Kartini sungguh bahagia ketika menerima kitab tersebut bahkan hampir setiap waktu luangnya digunakan untuk mempelajari kitab tersebut. Sayang surat yang diterjemahkan Mbah Kyai Sholeh Darat hanya Al-Fatihah sampai Ibrahim dan belum terselesaikan karena Mbah Kyai Sholeh Darat keburu wafat.

Melalui kitabnya tersebutlah Mbah Kyai Sholeh Darat membawa Kartini dalam perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat pun berubah. Hal ini sesuai dalam surat Kartini kepada Ny Abendon tanggal 27 Oktober 1902,

" Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.

Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun