Mohon tunggu...
Nisa Hafzhiyah Hasibuan
Nisa Hafzhiyah Hasibuan Mohon Tunggu... Mahasiswa - UINSU Medan

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Wacana Kritis: Memahami Realitas Sosial di Era Digital

27 Desember 2024   11:45 Diperbarui: 28 Desember 2024   21:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Nisa Hafzhiyah Hasibuan, Tadris Bahasa Indonesia, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan

Ditengah perkembangan teknologi informasi yang pesat, analisis wacana kritis (AWK) menjadi semakin relevan dalam memahami bagaimana bahasa dan komunikasi membentuk serta mencerminkan realitas sosial. Dalam konteks ini, AWK tidak hanya berfokus pada teks, tetapi juga pada konteks sosial, politik, dan ekonomi yang melingkupinya. Artikel ini akan membahas konsep dasar AWK, aplikasinya dalam konteks saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam analisis wacana di era digital.

Konsep Dasar Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis (critical discourse analysis) adalah media pengungkapan kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan dipraktikkan, direproduksi, atau dilawan oleh teks tertulis maupun perbincangan dalam konteks sosial dan politis. Analisis ini mengambil posisi melawan arus dominasi dalam kerangka besar untuk melawan ketidakadilan sosial. Analisis Wacana Kritis adalah pendekatan konstruktivis sosial yang meyakini bahwa representasi dunia bersifat linguistis diskursif, makna bersifat historis dan pengetahuan diciptakan melalui interaksi sosial.

Analisis wacana kritis adalah pendekatan yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara bahasa, kekuasaan, dan ideologi. Pendekatan ini dipelopori oleh para ahli seperti Norman Fairclough dan Teun A. van Dijk. Beberapa poin penting dalam AWK meliputi:

1. Bahasa sebagai Alat Kekuasaan: Bahasa tidak netral; ia mencerminkan dan memperkuat struktur kekuasaan dalam masyarakat.

2. Konteks Sosial: Pemahaman wacana harus mempertimbangkan konteks sosial di mana wacana tersebut muncul.

3. Ideologi: Wacana sering kali mencerminkan ideologi tertentu, baik secara eksplisit maupun implisit.

Sejarah Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis berawal dari munculnya konsep analisis bahasa kritis (Critical Language Awareness) dalam dunia pendidikan barat. Analisis wacana kritis merupakan kelanjutan atau bahkan bagian dari analisis wacana (Discourse Analysis). Kajian analisis wacana (Discourse Analysis) ini begitu luas baik dari segi cakupannya, metodologinya, maupun pemaknaannya. Analisis wacana kritis mempunyai ciri yang berbeda dari analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana. Analisis ini juga merupakan kritik terhadap linguistik dan sosiologi. Analisis wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda. Untuk menganalisis wacana, yang salah satunya bisa dilihat dalam area linguistik, yaitu dengan memperhatikan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks novel yang bisa menggunakan teori analisis wacana kritis.

Teori Teun A. van Dijk

Analisis wacana kritis digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis, di antaranya politik, ras, gender, kelas sosial, hegemoni, dan lain-lain. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang tiap-tiap bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam 3 tingkatan. Petama, struktur makro. Ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka sutau teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro, yaitu makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat proposisi, anak kalimat, parafrasa, dan gambar.

Aplikasi AWK di Era Digital

Dengan hadirnya media sosial dan platform digital, AWK dapat diterapkan untuk menganalisis berbagai fenomena, seperti:

1. Disinformasi dan Berita Palsu: Dalam konteks pemilu dan isu sosial, AWK membantu mengidentifikasi bagaimana informasi yang salah disebarkan dan dampaknya terhadap opini publik.

2. Diskursus Identitas: Media sosial menjadi ruang bagi individu untuk mengekspresikan identitas mereka. Analisis ini dapat membantu memahami bagaimana identitas dibangun dan dinegosiasikan dalam wacana publik.

3. Politik dan Kebijakan Publik: Wacana politik yang muncul di platform digital dapat dianalisis untuk melihat bagaimana kebijakan publik dipengaruhi oleh narasi tertentu.

Tantangan dalam Analisis Wacana Kritis

Meskipun AWK menawarkan banyak wawasan, terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi:

1). Volume Data: Era digital menghasilkan data dalam jumlah besar. Mengelola dan menganalisis data ini menjadi tantangan tersendiri.

2). Keberagaman Platform: Setiap platform digital memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi wacana. Peneliti perlu memahami konteks masing-masing platform.

3). Etika Penelitian: Penggunaan data dari media sosial menimbulkan pertanyaan etis terkait privasi dan izin.

Kesimpulan

Analisis wacana kritis adalah alat yang kuat untuk memahami dinamika sosial di era digital. Dengan mengkaji hubungan antara bahasa, kekuasaan, dan ideologi, kita dapat lebih memahami bagaimana wacana membentuk realitas sosial kita. Di tengah tantangan yang ada, pendekatan ini tetap relevan dan penting untuk mengungkap kebenaran di balik informasi yang kita konsumsi setiap hari.

Melalui AWK, kita diharapkan dapat berkontribusi pada diskusi yang lebih kritis dan reflektif mengenai isu-isu sosial yang dihadapi masyarakat saat ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun