Teori Teun A. van Dijk
Analisis wacana kritis digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis, di antaranya politik, ras, gender, kelas sosial, hegemoni, dan lain-lain. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang tiap-tiap bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam 3 tingkatan. Petama, struktur makro. Ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka sutau teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro, yaitu makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat proposisi, anak kalimat, parafrasa, dan gambar.
Aplikasi AWK di Era Digital
Dengan hadirnya media sosial dan platform digital, AWK dapat diterapkan untuk menganalisis berbagai fenomena, seperti:
1. Disinformasi dan Berita Palsu: Dalam konteks pemilu dan isu sosial, AWK membantu mengidentifikasi bagaimana informasi yang salah disebarkan dan dampaknya terhadap opini publik.
2. Diskursus Identitas: Media sosial menjadi ruang bagi individu untuk mengekspresikan identitas mereka. Analisis ini dapat membantu memahami bagaimana identitas dibangun dan dinegosiasikan dalam wacana publik.
3. Politik dan Kebijakan Publik: Wacana politik yang muncul di platform digital dapat dianalisis untuk melihat bagaimana kebijakan publik dipengaruhi oleh narasi tertentu.
Tantangan dalam Analisis Wacana Kritis
Meskipun AWK menawarkan banyak wawasan, terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi:
1). Volume Data: Era digital menghasilkan data dalam jumlah besar. Mengelola dan menganalisis data ini menjadi tantangan tersendiri.
2). Keberagaman Platform: Setiap platform digital memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi wacana. Peneliti perlu memahami konteks masing-masing platform.