Mohon tunggu...
Nisa Haerunnisa
Nisa Haerunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa STIE STEMBI Bandung Jurusan Manajemen

Hai, Senang bisa bertemu dan berkenalan dengan kalian semua, semoga informasi yang sudah saya sampaikan bermanfaat ya^^. terimakasih sudah membaca artiker saya^^

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Laksana Kec.Ibun

20 Mei 2023   14:04 Diperbarui: 20 Mei 2023   14:08 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Mahasiswa Universitas Teknologi Digital 

Setelah mahasiswa melakukan kunjungan ke beberapa pelaku umkm dan melaksanakan forum diskusi dengan beberapa umkm yang tersebar di desa laksana permasalahan yang terlihat adalah dari segi pemasaran secara digital, di harapkan dapat membantu umkm yang ada di desa agar dapat bersaing dengan pengusaha yang sudah besar dengan memanfaatkan teknologi digital yang memang dampak nya sangat besar,salah satunya penuturan dari Nenek eti sumiati (owner kopi wanoja) atau lebih dikenal dengan kelompok tani wanoja dengan adanya pemasaran secara digital peningkatan kenaikan penjualannya jika di prorata kenakiakannya cukup sigifikan sebesar 5% per bulan untuk pemasaran dalam satu bulan dengan pemanfaatan marketplace yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kopi wanoja sendiri sudah memenangkan juara kedua kontes kopi specialty indonesia pada tahun 2015.

Berbeda dengan penuturan pelaku umkm yang lainnya sebut saja "kang ady Nopit " (nyaji coffee) penjualan terbesarnya adalah dapat memasarkan produknya hingga ke mancanegara, mahasiswa disana diajak untuk melihat dan terjun langsung dari mulai pemetikan atau pemilihan biji kopi yang baik langsung dari perkebunan, proses pembuatan dari buah kopi hingga proses jadinya kopi yang siap di pasarkan ke konsumen ( Proses dari hulu sampai ke Hilir ).

Program selanjutnya adalah berkuncung ke pengrajin borondong makanan khas yang ada di desa laksana, makanan camilan yang melegenda yang terbuat dari beras ketan dan gula merah lalu di bungkus oleh daun tisuk atau sejenis daun waru, borondong di kampung sangkan desa laksana ini di mulai dari industri rumahan pada tahun 1960 awalnya hanya memproduksi untuk pemasaran di daerah kampung sangkan dan acara untuk hajatan seiring waktu berjalan " Mak erah" sebagai perintis borondong madu rasa melibatkan saudara dan tetangganya sebagai karyawannya sampai saat ini banyak pengrajin borodong di desa laksana adalah saudaranya atau mantan karyawannya , borondong madu rasa sendiri sekarang di pegang oleh anaknya yaitu Pak ucu karena kerajinan makanan khas borondong ini salah satu prospek yang menjanjikan ditambah dengan pemasaran yang mulai ke digital marketing melalu e-commers  agar masyarakat luas tahu bahwa borondong madu rasa itu adalah makanan khas dari kabupaten bandung yang menjadikan daya tarik wisata bagi lokal maupun mancanegara.

Permasalahan yang dihadapinya adalah masih sangat minimnya pemasaran secara digital pada sekarang ini borondong madu rasa mengandalkan penjualan secara offline atau pesanan saja jika ada di marketplace mengandalkan reseller atau pihak ketiga karena menurut penuturan dari pak ucu pihaknya masih belum memahami bagaimana cara unk memulai memsarkan produknya secara online. Harapannya kami mahasiswa digitech dapat membantu memmuali memsarkan secara digital dengan memberikan penyuluhan dan pembinaan pada umkm yang ingin memasarkan produknya secara digital agar dapat bersaing dengan umkm yang lainnya.

Desa laksana pun memiliki program bank sampah yang di kumpulkan oleh warganya, menurut penuturan pak "Acep" selaku ketua Bank sampah kampung sangkan desa laksana  sampah yang di terima adalah sampah yang dapat diolah kembali atau laku di jual saja. Hasil nya dimasukkan ke tabungan nasabah. Tabungan ini dapat diambil 1 tahun sekali atau ketika ada darurat. Sebelumnya bank sampah ini telah bermitra dengan pertamina dan membuat beberapa program seperti  pengolahan sampah plastik menjadi minyak  tanah atau pengolahan biogas tapi keduanya tidak dilanjutkan karena biayanya mahal. Untuk saat ini ada ternak lalat untuk bahan baku pakan ikan lele dan untuk sampah anorganik seperti cangkang kopi juga diolah menjadi tikar atau taplak meja untuk dijual dan menghasilkan rupiah bagi masyarakat desa.

Selain kegiatan kunjungan UMKM, para mahasiswa pun melaksanakan kerja bakti membersihkan masjid yang ada di sekitar kampung sangkan desa Laksana hingga kegiatan lomba mewarnai untuk anak-anak TK.

Input sumber gambar
Input sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun