Pada awal tahun 2022, dunia pendidikan di Indonesia dihadapkan oleh pembaharuan dalam tatanan sistem kurikulum dengan mengubah kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka merupakan suatu kurikulum baru yang dicanangkan oleh kementerian pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi (Kemendikbudristek) sebagai upaya pemulihan dalam mengatasi ketertinggalan dan krisis belajar di dunia pendidikan Indonesia pasca terjadinya pandemi covid 19. Kurikulum merdeka terbentuk karena melihat bahwa pendidikan yang terjadi di Indonesia masih terbelenggu pada nilai yang harus dihasilkan oleh para siswa tanpa lebih memperhatikan pada proses pembelajarannya sehingga dalam hal ini kegiatan belajar dan mengajar di sekolah tidak terjadi secara optimal.
Sebagai kurikulum yang mengusung konsep "merdeka" dalam belajar, kurikulum merdeka menghadirkan sistem pembelajaran yang terlihat lebih relevan dan interaktif. Metode pembelajaran yang lebih mengacu pada pendekatan minat dan bakat membuat pembelajar atau peserta didik menjadi lebih terbuka dalam membentuk pemikiran kritisnya terhadap mata pelajaran yang mereka sukai. Kurikulum merdeka hadir sebagai harapan dan gerakan baru untuk membangkitkan potensi siswa dalam membentuk kesadaran dan pola pikir kriitis yang nantinya dapat memberikan sumbangan yang paling baik dalam bekarya bagi bangsa.
Implementasi Kurikulum Merdeka
Mengutip dari laman kemdikbud.go,id , Pengembangan kurikulum merdeka belajar dilakukan dengan lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter peserta didik. Oleh karena itu, terdapat karakteristik khusus yang digunakan dalam kurikulum merdeka belajar, antara lain:
- Pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan untuk mengembangkan soft skills dan karakter sesuai profil belajar Pancasila.
- Berfokus pada materi esensial sehingga tersedia waktu yang cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
- Fleksibilitas bagi guru dalam melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Terdapat beberapa beberapa strategi dalam implementasi kurikulum merdeka. Adapun strategi tersebut, sebagai berikut:
- Strategi pertama, Rute Adopsi Kurikulum Merdeka Secara Bertahap, pendekatan strategi ini adalah bagaimana memfasilitasi satuan pendidikan mengenali kesiapannya sebagai dasar menentukan pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka serta memberikan umpan balik berkala (3 bulanan) untuk memetakan kebutuhan penyesuaian dukungan Implementasi Kurikulum Merdeka dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
- Strategi kedua, Menyediakan Asesmen dan Perangkat Ajar (High Tech), pendekatan strategi yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang berfungsi dalam menyediakan beragam pilihan asesmen dan perangkat ajar (buku teks, modul ajar, contoh projek, contoh kurikulum) dalam bentuk digital yang dapat digunakan satuan pendidikan dalam melakukan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Merdeka.
- Strategi ketiga, Menyediakan Pelatihan Mandiri dan Sumber Belajar Guru (High Tech), pendekatan strategi yang juga menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang berfungsi dalam melakukan pelatihan mandiri Kurikulum Merdeka yang dapat diakses secara daring oleh guru dan tenaga kependidikan untuk memudahkan adopsi Kurikulum Merdeka disertai sumber belajar dalam bentuk video, podcast, atau ebook yang bisa diakses daring dan didistribusikan melalui media penyimpanan (flashdisk).
- Strategi keempat, Menyediakan Narasumber Kurikulum Merdeka (High Touch), pendekatan strategi yang digunakan dalam menyediakan narasumber kurikulum merdeka dari Sekolah Penggerak/SMK PK yang telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Pengimbasan bisa dilakukan dalam bentuk webinar atau pertemuan luring yang diadakan pemerintah daerah atau satuan pendidikan. Pertemuan luring bisa dilakukan dalam bentuk seminar tatap muka, lokakarya, maupun pertemuan lainnya yang dilakukan di daerah maupun di satuan pendidikan.
- Strategi kelima, Memfasilitasi Pengembangan Komunitas Belajar (High Touch), komunitas belajar dibentuk oleh lulusan Guru Penggerak maupun diinisiasi pengawas sekolah sebagai wadah saling berbagi praktik baik adopsi Kurikulum Merdeka di internal satuan pendidikan maupun lintas satuan pendidikan.
Tinjauan Perspektif Konsientisasi Paulo Freire
Mengingat pentingya kesadaran dalam pembelajaran, maka Paulo Freire mengemukakan konsep Konsietisasi dalam pendidikan. Konsep pendidikan Konsientisasi adalah mengeluarkan manusia dari penjajahan harga diri dan kreatifitas pendidikan yang membebaskan. Pembebasan diri ini diperoleh melalui adanya kesadaran atau konsientisasi. Konsep ini menempatkan manusiasebagai subjek dalam kehidupan, artinya mampu mengekspresikan keinginan dan kreatifitasnya, bukan sebagai objek yang selalu menerima perlakuan dari orang lain. Sehingga manusia mampu hidup sesuai kodratnya yaitu manusia yang merdeka. (Paulo Freire, 1999: 166).
Adapun kesadaran menurut Paulo Freire terbagi atas 3, yaitu kesadaran magis, kesadaran naif, dan kesadaran kritis. Kesadaran magis menggambarkan masyarakat miskin yang tidak mampu melihat kaitan antara kemiskinan mereka, sistem politik, dan kebudayaan yang ada. Mereka meyakini bahwa kemiskinan itu suatu takdir yang sudah ditentukan dan mereka harus menerimanya. Hidup berarti dibawah kekuasaan orang lain atau hidup dalam ketergantungan. Karena hal itulah, kesadaran magis melahirkan masyarakat berbudaya bisu. Kesadaran naif melihat aspek manusia sebagai akar penyebab masyarakat. Dalam konteks ini tidak mempermasalahkan sistem dan struktur karena sistem dan struktur sudah dianggap benar. Pada kesadaran naif, sudah ada kemampuan untuk mempertanyakan dan mengendalikan realitas tetapi masih ditandai dengan sikap primitif dan naif. Dalam kesadaran kritis, manusia sudah dapat melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah dan ditandai dengan kedalaman menafsirkan masalah. Pada kesadaran ini, manusia akan mampu merefleksikan hubungan sebab akibat, percaya diri dalam berdiskusi, dan mampu menerima dan menolak,
Kurikulum Merdeka sebagai Upaya Menuju Kesadaran Kritis dalam Konsep Konsientisasi
Pada kurikulum merdeka, penerapannya tidak hanya mengandalkan kepada hasil nilai yang diperoleh oleh peserta didik namun juga lebih berfokus pada proses pembelajaran yang berjalan dengan optimal. Kurikulum merdeka menghadirkan sistem pembelajaran yang terlihat lebih relevan dan interaktif dengan konsep pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan mengembangkan soft skill. Proses pembelajaran berfokus pada materi esensial serta pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Proses pembelajaran akan terasa lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan.
Penerapan konsep pembelajaran yang ada pada kurikulum merdeka ini dapat membentuk kesadaran kritis bagi peserta didik. Peserta didik di latih untuk dapat memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah dan menafsirkan masalah melalui proyek yang di tugaskan dalam proses pembelajaran. Peserta didik tidak hanya menjadi objek yang hanya duduk diam menerima penjelasan guru secara terus menerus dengan metode ceramah. Namun dalam penerapan konsep kurikulum merdeka, peserta didik ikut berpartisipasi dalam memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Guru dalam penerapan konsep kurikulum merdeka, juga diharapkan mengajar sesuai tahap pencapaian dan perkembangan peserta didik. Dalam hal ini, kesadaran kritis yang terbentuk ke dalam diri peserta didik juga tidak hanya mencakup bagaimana kemampuan peserta didik dapat menafsirkan masalah namun juga peserta didik dapat lebih percaya diri dalam berdiskusi, mampu menerima dan menolak.
Dengan demikian, hadirnya kurikulum merdeka mampu membentuk kesadara kritis pserta didik dalam pendidikan. Kurikulum merdeka terbentuk karena melihat bahwa pendidikan yang terjadi  di Indonesia masih terbelenggu pada nilai yang harus dihasilkan oleh para siswa tanpa lebih memperhatikan pada proses pembelajarannya sehingga dalam hal ini kegiatan belajar dan mengajar di sekolah tidak terjadi secara optimal. Kurikulum merdeka hadir sebagai harapan dan gerakan baru untuk membangkitkan potensi siswa dalam membentuk kesadaran dan pola pikir kriitis yang nantinya dapat memberikan sumbangan yang paling baik dalam bekarya bagi bangsa.
Daftar Pustaka
Freire, Paulo. 1968. Pedagogy of The Oppressed. New York : Herder.
Freire, Paulo. 1999. Politik Pendidikan : Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan. Terjamahan: Agung Prihantoro. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Prastowo, Agung Ilham. 2020. Konsep Konsientisasi Paulo Freire dan Relevansinya terhadap Pendidikan Islam. SUHUF, Vol 32 (1), Hal 1-13.
Kemdikbud. Kurikulum Merdeka. http://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka/ . (Di akses pada tanggal 22 Desember 2022).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H