Gagang pintu bergerak "klek", sesorang masuk untuk mengapiriku, kutarik kembali perkataan ku, itu bukan orang. Dia berjalan kearahku, aku mundur beberapa langkah sebelum terjatuh tepat disisi tempat tidur. Sosok itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya berwarna hitam. Kali ini aku benar-benar khawatir. Dia semakin dekat, aku hampir mati karena jantungku bekerja terlalu cepat. Ketika jaraknya denganku terpaut tiga jengkal, dia berbisik "Sssst. jangan takut! Namaku Senja, aku adalah bayang." seharusnya aku lari, namun aku memilih diam menjadi pecundang dengan memegangi dadaku yang semakin sakit.
Aku terus menatapnya, ayolah hanya itu yang bisa kulakukan. Sebentar, ada sesuatu yang terjadi, warna hitam nya mulai pudar, sekarang aku bisa melihat mata cokelatnya, rambutnya panjang terurai, dia seorang gadis berkulit kuning kecoklatan dengan lesung pipi disenyumnya. kuakui dia cantik, astaga aku mulai gila!
Sekarang dia mulai tampak seperti manusia, tak kurang dari seperempat jam perubahannya sempurna. Dia mengulurkan tangannya yang tak kunjung kulepaskan kendati aku sudah berdiri "Namaku Senja." masih dengan senyum dan lesung pipinya. " Cantik! Maksudku, a..a.aku Fajar." jawabku tersengal .sejak saat itu aku mengenal senja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H