Lahan basah, contohnya gambut dan mangrove, menjadi salah satu ekosistem paling produktif dan penting di dunia. Ekosistem ini menjadi habitat bagi berbagai flora dan fauna yang mendiami Ekosistem ini. Tak hanya itu, keberadaan Ekosistem lahan gambut juga berfungsi sebagai penyerap karbon alami, pelindung pantai dari erosi, dan pengatur siklus udara. Namun sayangnya, seiring berjalannya waktu, lahan basah di Indonesia menghadapi berbagai ancaman besar akibat aktivitas manusia, seperti konversi lahan, deforestasi, dan dampak perubahan iklim.
     Ancaman ekosistem lahan gambut diharapkan menarik kesadaran masyarakat tentang pentingnya lahan basah bagi kehidupan. Dalam memperbaiki lahan basah yang terancam ini diharapkan peran pemuda Indonesia yang menjadi penggerak aksi peduli lahan basah. Artikel ini akan membantu anda dalam memahami bagaimana kondisi ekosistem lahan  basah saat ini?  Tantangan yang akan dihadapi? Serta apa saja peran pemuda dalam pelestarian ekosistem lahan basah?
     Tahun 2024 menjadi masa kritis bagi lahan basah di Indonesia. Ekosistem gambut dan mangrove menghadapi kerusakan parah akibat kebakaran hutan, penebangan liar, dan luasnya kawasan pertanian. Kerusakan ini tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati, tetapi juga meningkatkan risiko emisi karbon yang mendorong perubahan iklim global.
      Menurut Mongabai Indonesia , ekosistem lahan basah di Indonesia, seperti gambut dan mangrove, berada dalam ancaman serius akibat konversi lahan untuk pertambangan dan industri ekstraktif. Kerusakan ini juga mempengaruhi target restorasi lahan basah. Secara keseluruhan, Indonesia berkomitmen untuk merehabilitasi 23,32 ribu hektar hutan bakau hingga tahun 2024 dan total restorasi 1,05 juta hektar lahan gambut dalam jangka waktu yang sama. Namun, ekspansi pertambangan terus menjadi salah satu ancaman terbesar bagi ekosistem ini
      Wilayah lahan basah juga menghadapi risiko kehilangan fungsi ekologis, terutama karena laju kerusakan yang lebih cepat dibandingkan upaya pemulihan. Ancaman ini menempatkan beberapa jenis ekosistem lahan basah dalam kondisi yang sangat rentan hingga hampir punah, terutama di kawasan yang terpapar abrasi tinggi seperti Maluku (1.425 hektare) dan Nusa Tenggara Timur (501 hektare).
      Melihat ancaman tersebut, diharapkan kita memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap ekosistem lahan basah.  Diharapkan pemerintah dan masyarakat berkolaborasi dalam menjaga ekosistem lahan basah Indonesia. Sebagai upaya mitigasi, pemerintah Indonesia memasukkan restorasi lahan basah ke dalam strategi nasional. Melalui dokumen Enhanced Nationally Ditented Contribution (ENDC), target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) terisi hingga 43,20% dengan dukungan internasional. Program Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 menjadi langkah konkret yang fokus pada pembasahan kembali lahan gambut yang terdegradasi dan restorasi mangrove.
      Berbagai tantangan masih menghambat upaya pelestarian lahan basah, antara lain:
Degradasi Ekosistem
Pembukaan lahan untuk perkebunan dan pembangunan infrastruktur menyebabkan penurunan kualitas ekosistem gambut dan mangrove.
Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya fungsi lahan basah dalam menjaga keseimbangan ekosistem global.
Pendanaan Terbatas
Proyek restorasi, khususnya mangrove, memerlukan biaya besar dan melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang beragam.
    Pemuda Indonesia, sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat membantu mensukseskan pelestarian ekosistem lahan basah di Indonesia. Pemuda dapat melakukan beberapa langkah kecil, seperti membentuk organisasi pelestarian lahan basah. Hal ini dapat berpengaruh karena organisasi yang kecil jika dikembangkan menjadi organisasi besar. Disini peran pemuda dibutuhkan, Indonesia membutuhkan pemuda yang bisa melakukan aksi nyata dalam pelestarian ekosistem lahan basah di Indonesia dan pemuda bisa menjadi relawan dalam restorasi ekosistem lahan basah. Pemuda juga dapat memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan informasi mengenai Ekosistem lahan basah dan ajakan untuk melestarikan Ekosistem lahan basah
    Lahan basah adalah ekosistem yang sangat berharga. Selain mendukung ekosistem hayati, ekosistem ini juga berperan dalam mitigasi perubahan iklim dan kesejahteraan manusia. Namun, ancaman terhadap lahan basah semakin meningkat akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim.
     Di tengah tantangan tersebut, pemuda muncul sebagai agen perubahan yang memiliki potensi besar untuk membawa inovasi, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada kelestarian lahan basah. Melalui aksi nyata dalam restorasi, edukasi, dan advokasi, pemuda dapat menjadi garda depan pelestarian ekosistem ini.
    Langkah-langkah kecil, seperti partisipasi dalam restorasi proyek dan kampanye kesadaran, dapat memberikan dampak besar bagi masa depan lahan basah. Saatnya pemuda membuktikan bahwa perubahan dimulai dari tindakan nyata yang konsisten. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, masa depan yang berkelanjutan dapat tercapai.
     Â
    Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI