kusta bisa disembuhkan sekitar 6-18 bulan dan sudah tidak menularkan jika sudah sembuh, tapi masih banyak yang menganggap bahwa penyakit ini sangat berbahaya dan tetap menular walaupun penderita kusta sudah sembuh. Tidak bisa dipungkiri, masih minimnya pengetahuan tentang kusta di masyarakat, sehingga stigma buruk terhadap kusta masih kental, belum lagi diskriminasinya.
MeskipunKusta bisa menular melalui pernapasan, jadi mungkin itu yang menyebabkan masih banyak yang menganggap bisa cepat menular jika berdekatan atau berinteraksi. Padahal tidak. Karena tergantung daya tahan tubuh masing-masing dan ada masa inkubasinya minimal 2 tahun. Jika daya tahan tubuh baik, tidak akan tertular.
Penyakit yang menyerang saraf dan kulit manusia ini memang bisa disembuhkan, tapi banyak penderitanya tidak segera melakukan pengobatan. Padahal jika tidak segera dilakukan pengobatan, penderitanya bisa sampai mengalami kecacatan, seperti lepasnya anggota tubuh tanpa rasa sakit.
Salah satu yang mengalami lepasnya anggota tubuh akibat kusta adalah Amat, warga Desa Rebalas, Kecamatan Grati, Pasuruan. Pada tahun 1997, beliau pasrah ketika salah satu jari tangannya tanggal. Terlebih, jarinya itu telah mati rasa dan kehilangan fungsi akibat kusta yang dideritanya. Jadi, saat jarinya copot, beliau tidak merasa sakit. Bahkan, saat satu per satu jari yang lainnya pun ikut tanggal. Dengan kusta yang dideritanya, bahkan jarinya pun tanggal, Pak Amat terpaksa menggantungkan ekonominya pada orang tuanya. Karena hanya bisa bekerja serabutan dengan mencari kayu bakar atau menjadi pemetik sayuran.
Ratna Indah Kurniawati, Wanita Berhati Mulia yang Membantu Penderita Kusta dan OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta)
Pada tahun 2008, di saat Ratna Indah Kurniawati diangkat sebagai Ketua KPD (Kelompok Perawatan Diri) di Puskesmas Grati, Grati merupakan 1 dari 3 tempat yang banyak penderita kusta. Oleh karena itu, melihat stigma kusta di masyarakat daerahnya, yaitu di Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, membuat Ratna Indah Kurniawati tergerak membantu OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) untuk mandiri dan berdaya guna.
Bu Ratna menganggap, tidak ada satupun manusia yang ingin menjadi penderita kusta, oleh sebab itu para penderita kusta sangat membutuhkan perhatian secara medis maupun psikis. Beliau yang merupakan seorang perawat, berjuang membantu penderita kusta untuk sembuh dengan mendata ulang penderita kusta di wilayah kerja beliau yang mencakup 9 desa.
Ada sekitar 400 penduduknya terkena kusta, beliau menghubungi satu per satu penderita kusta untuk mengetahui status terbaru penyakit mereka, memberikan pengobatan, pengetahuan kesehatan, pendekatan, perhatian sosial, hingga membimbing para penderita kusta untuk terus dapat menjalani hidup secara mandiri. Bahkan mendatangi langsung rumah penduduk yang terkena kusta. Padahal hampir semua perangkat desa saat itu antipati terhadap penderita kusta.
Melalui pengajian dan pertemuan lah Bu Ratna mencoba mematahkan stigma kusta. Dengan memberi contoh, jika ada pertemuan KPD, beliau dan kelompoknya makan bersama penderita kusta, yang kemudian membuat penduduk lebih percaya dengan penderita kusta. Bu Ratna juga memberikan penyuluhan tentang penyakit kusta di berbagai tempat, seperti balai desa, sekolah, dan pondok pesantren. Diharapkan bisa mencegah kusta sedini mungkin, memperkecil angka penyebaran dan jumlah kasus penderita kusta serta tidak mengucilkan diri atau dikucilkan warga akibat penyakit kusta.
Wanita kelahiran 23 April 1980 ini, selain membantu mengobati penderita kusta sampai sembuh serta membantu sosialisasi ke masyarakat, juga bekerjasama dengan Dinas Koperasi, Dinas Sosial, dan Pemerintah memberdayakan mereka dengan membantu membuka usaha ternak kambing, menjahit, dan menyulam jilbab, sehingga bisa menghasilkan uang. Bahkan, Pak Amat, OYPMK yang sampai kehilangan jarinya pun memiliki usaha peternakan jangkrik yang per bulannya bisa memanen 26 kilogram jangkrik dengan harga jual Rp 20 sampai 30 ribu per kilo.
Sangat wajar jika Bu Ratna mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Awards dari PT Astra dan Tempo pada tahun 2011. Karena aktivis kesehatan sekaligus relawan ini memberi semangat para penderita kusta dan OYPMK dengan mengembalikan kehidupan mereka, mengangkat martabat mereka, melatih dan memotivasi agar bisa menjalankan bisnisnya sendiri, supaya bisa produktif, menambah pemasukan, dan yang paling penting terhindar dari rasa minder. Dengan semangat Bu Ratna pula, kini warga pun sudah mau membaur. Bu Ratna membuktikan bisa membangkitkan semangat dan memberikan harapan kepada para penderita kusta dan OYPMK. Dengan semangat serta peningkatan hidup penderita kusta dan OYPMK, tentu bisa membantu masa depan Indonesia jadi lebih baik lagi.
Sumber:
- E-Booklet Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023
- Youtube Ratna Indah Kurniawati
- https://nasional.tempo.co/read/1116352/ratna-mematahkan-anggapan-kutukan-pada-para-penderita-kusta
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2516930/kisah-ratna-perawat-yang-memberdayakan-mantan-pasien-kusta
- https://www.liputan6.com/news/read/394098/indah-pemberdaya-penderita-kusta
#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H