Miris banget deh lihat berita korban pinjol yang sedang marak saat ini. Alasan yang melatarbelakangi pun macam-macam. Ada yang karena gengsi gaya hidup, ada juga yang karena memang kebutuhan.
Oleh karena itu, di tulisan ini saya mau cerita pengalaman menjual barang bekas di Bank Sampah. Kali aja bisa menjadi solusi untuk mendapatkan uang tambahan atau malah jadi penghasilan.
Alasan Mengumpulkan atau Menjual Barang Bekas
Yang tau dan memperhatikan saya sejak lama mungkin hafal, jika saya sekeluarga memang sudah membiasakan untuk reduce, reuse, recycle. Tidak full pantang plastik atau mengeluarkan sampah sih. Tapi lebih sebisa mungkin berusaha bijak berplastik dengan memanfaatkan yang ada, beli jika butuh, berusaha bawa wadah sendiri, dll.
Jadi, memang meminimalisir sampah. Sampah hasil rumah kita juga perlahan tapi pasti istiqomah dipisah-pisah. Berikut pengolahan  klasifikasi sampah di rumah saya:
- Sampah yang masih layak jual seperti kertas atau kardus bekas dipisah sendiri.
- Sampah botol atau gelas plastik di pisah sendiri.
- Sampah bekas makanan atau masak sebisa mungkin ditanam, jadi pupuk, atau makanan ternak tetangga. Tapi karena keterbatasan lahan, banyak juga yang dibuang.
- Dan, sampah yang akan dibuang. Misal, sampah plastik kotor/bolong.
Bisa dilihat di foto atas. Itu ada 3 tempat sampah. Tapi sebenarnya itu hanya untuk sampah kertas, plastik, dan sampah kotor versi kecil. Kalau masih bagus dan ukurannya besar, ada tempat lain.
Sehingga, yang dibuang itu beneran sampah yang tidak bisa kita olah sekarang. Menjual barang bekas juga sudah pernah dilakukan beberapa kali di tukang rongsokan keliling. Jadi sudah terbiasa aja gitu memilah dan mengolah sampah. Lalu, barang bekasnya dijual jika sudah banyak.
Alhamdulillahnya juga ada lahan buat naruh barang bekas. Tetangga juga pas tau kita jual barang bekas, setiap ada sampah kardus, kertas, atau barang bekas layak jual lainnya dikasih ke rumah.
Semua kegiatan memilah sampah ini tidak ada paksaan atau himbauan dari siapapun ya, gaes. Bahkan, saya pun belum tau ada kegiatan mengolah sampah secara serentak di daerah saya.
Jadi memang murni kesadaran sendiri demi lingkungan. Keluarga saya pun masih bayar iuran sampah normal untuk membuang sampah yang tidak bisa diolah. Tapi memang alhamdulillah sampah di rumah saya jadi berkurang.
Dan, meski ibarat kata, tindakan saya sekarang ini masih seperti potongan kecil bawang goreng di soto. Tapi gak apa. Mulai dari diri sendiri dan orang terdekat, harapannya, banyak yang mengikuti karena melihat kebiasaan atau sharing saya di media sosial.