Mohon tunggu...
Anesa Nisa
Anesa Nisa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

love travelling, kuliner-ing, travel writer wanna be

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Senja dalam Balutan Eksotisme Sungai Singapura

16 April 2012   11:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:33 4639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rainy, We Were Stuck at Bugis Masih di hari kedua dari rangkaian Three Days Rainy Trip saya. Setelah puas menjelajahi Orchard-masuk dari mall ke mall, membeli es potong Singapura, dan sholat di satu-satunya masjid yang ada di kawasan Orchard (Masjid Al-Falah), saatnya pindah destinasi lagi. Kali ini targetnya adalah Bugis. Kami pun menuju stasiun Orchard ke stasiun Dhoby Ghaut untuk pindah MRT menuju Bugis. Dari yang saya baca di blog seseorang, untuk membeli suvenir akan lebih murah di China Town ketimbang Bugis. So, kami pun memutuskan untuk melihat-lihat saja. Keluar dari stasiun Bugis, kami menuju Bugis Junction. Salah satu ciri khas di Singapura adalah di mana ada stasiun, di situ ada pusat keramaian (mall). Jadi, melihat-lihat sebentar ada apa di Bugis Junction yang ternyata isinya sama seperti mall pada umumnya. Keluar dari Bugis Junction, kami berniat untuk pergi ke Bugis Street. Mungkin ada suvenir unik yang bisa kami beli. Namun, apa daya. Lagi-lagi hujan yang cukup deras mengiringi perjalanan bekpekeran kami. Akhirnya, kami habiskan waktu di salah satu kawasan mall (lagi) di Bugis, yakni BHG. Senja nan Eksotis di Pinggir Sungai Singapura Hari semakin sore. Sunset adalah the  best moment bagi mereka yang senang akan rekreasi pantai. Berhubung Singapura tidak memiliki laut, dalam perjalanan ini, kami putuskan untuk santai sore sambil menikmati matahari terbenam di pinggir sungai yang ada di Singapura. Dari Bugis, kami berpindah haluan lagi ke daerah Marina Bay. Jika dilihat dari peta MRT, lokasi Marina Bay jauh sendirian ke arah selatan dan berkali-kali pindah MRT, akhirnya kami sampai juga di Stasiun MRT Marina Bay. Membaca papan petunjuk arah, kami langsung mengarah ke Marina Bay Sands. Lagi-lagi tembusan dari stasiun MRT di Singapura adalah mall. Tak lama berjalan, kami pun tiba di The Shoppes at Marina Bay Sands. Ini adalah mall terluas yang pernah saya kunjungi di Singapura. Suasana mall di sini hampir mirip dengan PIM II kalau di Jakarta. Hanya saja, toko dan barang yang diperjualbelikan di sini lebih berkelas dan beragam. Di dalamnya pun terdapat mini Venice, sebuah kawasan di Italia di mana Anda dapat menyusuri kota Italia dengan perahu. Saya kurang tahu, harus mengeluarkan kocek berapa SGD untuk bisa menaiki perahu sambil menikmati kemewahan The Shoppes at Marina Bay Sands. FYI, jalur Mini Venice ini tidak mengitari seluruh mall. Jalur yang disediakan hanyalah sejalur lurus, kemudian Anda balik lagi ke tempat semula. Di jembatan mini Venice ini, disediakan pula restoran. Hhhm, menambah kesan mewah mall ini. Anda dibuat seolah-olah sedang makan dan besantai ria di atas sebuah sungai. [caption id="attachment_175063" align="aligncenter" width="480" caption="Mini Venice di kawasan The Shoppes at Marina Bay Sands (dok. pribadi)"][/caption] Kami pun terus berjalan menyusuri mall besar ini. Jika Malaysia memiliki Genting High Land sebagai pusat judi, di sini pun terdapat casino sebagai tempat bermain judi. Selain itu, kita juga bsia melihat berbagai butik terkemuka nan mewah di sisi kanan kirinya. Hehehe, bagi saya, untuk melangkahkan kaki masuk ke butik tersebut pun tak berani :D Hingga akhirya mendapati ujung dari mall ini adalah Sungai Singapura. Voilaaaaa! Setelah berjalan jauh, menaiki eskalator ke tingkat 2, dari dalam mall sudah terlihat gedung-gedung bertingkat nan mewah di seberang sungai Singapura. Wohoooooww, kami sudah berada di pinggir Sungai Singapura! Saya pun segera mendekat ke bibir sungai. Yup, kita tidak dapat menyelupkan kaki kita secara langsung ke sungai ini. Kita hanya bisa menikmati pemandangan Sungai Singapura dari pinggir sungai yang telah disediakan oleh Marina Bay Sands. Sungai Singapura merupakan pemandangan alam yang dijadikan jagoan oleh resort Marina Bay Sands. Sungainya yang bersih dan tidak berbau, menambah daya tarik pesona pengunjung. Bagi mereka yang ingin menikmati suasana sungai Singapura dari atas perahu, di sana juga disediakan beberapa armada. Namun, saya pun kurang tahu berapa besar biaya yang harus kita keluarkan. Dari tepian Marina Bay, ke arah seberang kami bisa melihat gedung dua buah Durian yang terbelah. Ya, apalagi kalau bukan gedung teater Esplanade. Tak jauh dari situ, kami pun bisa melihat patung singa berwarna putih yang mengeluarkan air. Yess, Merlion-patung singa yang menjadi kebanggaan sekaligus ikon negara Singapura. Di seberang kanan, kami jg melihat sebuah lingkaran besar beserta tempat duduknya di beberapa titik atau sejenis Bianglala kalau di Ancol. Ya, itulah yang dinamakan Singapur Flyers. [caption id="attachment_175065" align="aligncenter" width="480" caption="Patung Merlion dan Gedung Esplanade tampak terlihat dari kawasan Marina Bay (dok. pribadi)"]

1334577074349196099
1334577074349196099
[/caption] Masih di tepian Marina Bay, di sini jg ada salah satu butik ternama dr Perancis, Louis Vitton (LV). Gedung yang berdiri di atas sungai ini didesain dengan memberi kesan seolah-olah LV merajai Singapura. Ketinggian gedungnya pun seolah-olah melebihi gedung- gedung perkantoran yang ada di sekitarnya. Berdekatan dengan gedung Marina Bay Sands, kita akan melihat gedung berwarna putih seperti kelopak bunga yang sedang mekar jika dilihat dari bawah. Gedung unik ini namaya gedung Art Museum. Tentunya kesempatan ini tidak disia-siakan oleh saya untuk narsis senarsis-narsisnya. Hehehee.. Maklum stock foto narsis saya sudah habis :P Puas berfoto, saya pun beristirahat di tepian gedung Art Museum. Memandang gedung-gedung bertingkat di seberang. Menikmati semilir angin di tepian Sungai Singapura. Sementara partner backpacker saya sekaligus abang saya, sibuk foto sana foto sini, mencari view yang bagus untuk koleksi foto sunset-nya. Tanpa terasa, waktu menunjukkan pukul 07 PM. Sang surya mulai meredupkan sinarnya. Perlahan tapi pasti, sinar sang surya tenggelam di antara gedung-gedung bertingkat. Langit yang semula tampak cerah, lama-kelamaan warnanya berubah menjadi orange kemerahan, lalu gelap sekitika. Patung Merlion yang tadinya terlihat dari seberang kawasan Marina Bay, kini sudah tak terlihat lagi. Saya kira, akan ada lampu-lampu mewah yang menghiasi sisi-sisi patung Merlion. Rupanya tidak. Keberadaan patung Merlion pun lenyap seiring matahari terbenam dan malam kian datang. Meski begitu, lampu-lampu yang berada di gedung-gedung bertingkat kian bersinar, menunjukkan kemegahan deretan gedung-gedung bertingkat di Singapura. [caption id="attachment_175067" align="aligncenter" width="480" caption="Sinar sang surya tenggelam di antara gedung-gedung bertingkat Singapura (dok. pribadi)"]
13345778971529723154
13345778971529723154
[/caption] Sementara itu, pengunjung kawasan Marina bay semakin ramai menjelang malam hari. Banyak turis maupun warga Singapura yang berfoto ria di kawasan Marina Bay. Kali ini, keramaian bergeser ke depan gedung Art Museum. Dalam rangka memperingati 100 Tahun Titanic, para panitia pun sedang mempersiapkan sejenis lampion-lampion untuk menghiasi kolam yang ada di depan gedung Art Museum yang nantinya akan diterbangkan secara serentak ke langit. Hal ini menjadi objek menarik tersendiri untuk difoto. Selang tak berapa lama kemudian, terdengar suara lantunan musik dari sungai. Lampu-lampu tembak dimainkan dan air mancur berdendang mengiringi lantunan musik. Rupanya, menjadi tradisi di kawasan Marina Bay ini bahwa pada pukul 8 PM ada pertunjukkan yang diberi nama Song of The Sea. Jika digambarkan, pertunjukkan ini seperti air mancur joget yang ada di Monas setiap malam minggu. Namun, yang ini lebih canggih ditambah dengan lampu-lampu, lampu tembak, buble, smokey bubble, dan irama air mancur yang mengikuti musik pengiring. Adapun lagu pengiringnya adalah lagu yang dibawakan oleh Louis Armstrong-What A Wonderful World. Seketika itu pula, para pengunjung Marina Bay berbondong-bondong ke bagian tengah gedung untuk mendapatkan pemandangan terbaik dalam menikmati pertunjukkan Song of The Sea yang berlangsung sekitar 15 menit. Tidak hanya memainkan irama, air mancur ini pun menggunakan teknologi hologram, sehingga seolah-olah menampilkan video dengan air mancur sebagai layarnya. Lima belas menit yang singkat, tak terasa pertunjukkan pun usai dengan tanda berakhirnya lagu dan munculnya smokey bubble.

[caption id="attachment_175060" align="aligncenter" width="640" caption="Salah satu bagian dari pertunjukkan Song of The Sea di kawasan Marina Bay"]

1334576367758833208
1334576367758833208
[/caption] [caption id="attachment_175062" align="aligncenter" width="432" caption="Salah satu adegan dalam pertunjukkan Song of The Sea di kawasan Marina Bay"]
13345765501386980811
13345765501386980811
[/caption] "Wonderful, next show at 9.30 PM", begitulah gambar yang muncul saat pertunjukkan selesai. Sayangnya, saya tidak mengikuti pertunjukkan berikutnya karena harus mengejar ke destinasi berikutnya. Masih berhubungan dengan sungai di Singapura, yakni Clarke Quay. Catatan: Mmmm, btw.. Kapan ya Jakarta punya pertunjukkan semacam Song of The Sea-nya Marina Bay, Singapur di Ancol? Berlanjut ... Jalan-jalan Siang di Orchard Road Ini dia hostel murmer dan nyaman di Singapore

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun