Mohon tunggu...
Nirwanti Wanti
Nirwanti Wanti Mohon Tunggu... Guru - JALANI SAJA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Biar takdir menentukan segalanya..

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ketika Harus Pergi

6 Juli 2021   19:57 Diperbarui: 10 Juli 2021   20:52 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img-20210704-173419-60e71391152510330b2c68d2.jpg
img-20210704-173419-60e71391152510330b2c68d2.jpg
Aku bingung. Hilang arah tatkala aku diminta untuk mengemban sebuah tanggung jawab. 

Namun aku tak mampu untuk menolak meski aku belum tahu apakah aku sanggup untuk menerimanya.

Kuputuskan untuk mengatakan IYA, dengan harapan yang aku juga tidak tahu. Dan aku berharap hal itu tidak dalam waktu dekat, setidaknya aku masih punya waktu untuk menyampaikan kepada mereka orang-orang yang selama ini selalu bersamaku dalam suka maupun duka, tempatku bercerita tentang segalanya, dan mereka teman yang lebih dari saudara.

img-20210710-151112-60e957db1525104d7a3515b2.jpg
img-20210710-151112-60e957db1525104d7a3515b2.jpg
Tak terasa waktu berjalan begituuuu cepat. Tanggung jawab yang diberikan padaku harus segera aku emban sebelum semuanya sempat aku ceritakan pada mereka.  Aku terpaksa harus pergi lebih cepat dari yang aku kira, meninggalkan tempat penuh kenangan yang telah banyak mengubah sejarah kehidupanku. Meninggalkan keluarga keduaku yang selama  ini bersamaku.

Sedih... Terpukul... Shock... Dan banyak lagi perasaan yang berkecamuk yang tak bisa ku ungkapkan....

Sejenak tertegun dalam keterkejutan itu mau tidak mau aku harus menyampaikan semuanya pada mereka. Dengan perasaan yang berat  aku mengungkapkan semua, bahwa aku harus pergi meninggalkan mereka dan tempat yang penuh kenangan, dan  sontak bulir-beningpun mengalir seperti menganak sungai diwajahku dan disambut dengan isak pilu dan pelukan erat dari keluarga keduaku,.. 

fb-img-16259045250452981-60e9583a06310e606b4568b2.jpg
fb-img-16259045250452981-60e9583a06310e606b4568b2.jpg
Satunya berkata.. "akankah kami menemukan pengganti sepertimu?, Jikalau pun datang sudah pasti tidaklah sama'. Yang lainnya juga berkata, "pada siapa lagi kami bertanya,  pada orang lain kami tak berani secara spontan" , dan masih banyak lagi kata  yang terucap dari kakak dan adik Perempuanku disana..  

Sementara ditempat yang sama dua pria yang juga bagian dari kami seakan mematung melihat adegan yang tercipta saat itu.. entah apa yang sedang mereka rasakan, sedihkah, senangkah, atau apa? Entahlah.. tapi yang pasti saat melihat mereka hatiku makin terasa pilu karena secara tidak langsung aku juga akan berjauhan dengan mereka orang- orang yang sering kuminta pendapat tentang segala hal yang berkenaan dengan jenis mereka, tempat bertukar pikiran dan juga saling bercanda dan tidak jarang saling menjahili ..

img-20210710-wa0016-60e9a04256b45c5e1a169cf2.jpg
img-20210710-wa0016-60e9a04256b45c5e1a169cf2.jpg
Waktu berjalan begitu singkat, dari semua kata-kata mereka, mereka tidak tahu ada kesedihan yang begitu mendalam kusimpan, meski pada satu pihak aku mendapat sebuah anugerah tapi pada pihak lain aku sangaaat kehilangan, karena hari-hariku kedepan tidak akan sama seperti biasanya, aku pergi hanya sendiri menuju tempat yang serba asing  dan baru,  dan butuh waktu untuk beradaptasi.. Tak ada canda tawa dan selfie ria SEROJA ALAY, tak ada lagi cerita Cendawan Layu ditempat yang baru.. karena disana aku mesti menjaga sikap, ada tanggung jawab kepemimpinan yang harus ku emban dengan baik. .. 

fb-img-16258815942000118-60e9540a152510246d67a2a2.jpg
fb-img-16258815942000118-60e9540a152510246d67a2a2.jpg
Aku tak akan bisa move on dengan tempat yang penuh sejarah dan mereka keluarga keduaku, tapi ditempat yang baru aku juga tak bisa berlepas tangan, aku juga harus memupuk semangat , karena disini aku menjadi tulang punggung... Tapi yang pasti disana masih tetap rumahku tempat aku pulang, meski tak setiap hari aku kan datang, dan kuberharap satu hari nanti akan kembali menjadi rumah tempat ku datang setiap harinya, semoga ketika saat itu tiba semuanya tidak berubah... 

Sementara  kudalam dilema , ada terselip perasaan gundah atau hanya prasangkaKu saja, karena pada sisi lain seakan ada yang merasa bersorak gembira  dengan kepergian ku, seakan merasa puas walau tak kentara dan terlihat sangat samar..  

Ah.. sudahlah.. mungkin itu hanya ilusiku saja, karena  semua serba mendadak, serba tak terduga. Ku mencoba untuk selalu ikhlas dan seperti diriku yang sedari dulunya, yang bagiku apapun yang kuhadapi inilah yang terbaik pada sisi penciptaku, dan tak lupa untuk tetap bersyukur, dan berdamai dengan segala rasa , dengan menanamkan keyakinan tetap tersenyum apapun yang berlaku, kutak akan membiarkan bibir tahu bagaimana keadaan hati.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun