Mohon tunggu...
Retno Wahyuningtyas
Retno Wahyuningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Phenomenologist

Sedang melakoni hidup di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya Rekonsiliasi dengan Kenangan Diri sebelum Memutuskan untuk Menikah

30 Januari 2019   17:12 Diperbarui: 30 Januari 2019   20:00 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian yang telah dilakukan Krystine Batcho sejak 1998 telah menunjukkan bahwa kenangan nostalgia cenderung berfokus pada hubungan kita, yang dapat menghibur kita selama masa-masa sulit atau sulit. 

Meskipun kita telah menjadi mandiri dan dewasa (bahkan mungkin sedikit letih), kita masih menjadi anak orang tua kita, saudara laki-laki saudara laki-laki kita dan kekasih kita. 

Dalam mengembangkan retrospektif survei pengalaman masa kanak-kanak. Krystine Batcho menemukan bahwa mengingat bahwa kita mengalami cinta tanpa syarat saat anak-anak dapat meyakinkan kita saat ini - terutama selama masa-masa sulit.

Kenangan ini bisa memicu keberanian untuk menghadapi ketakutan kita, mengambil risiko yang wajar dan mengatasi tantangan. Alih-alih menjebak kita di masa lalu, nostalgia dapat membebaskan kita dari kesengsaraan dengan mempromosikan pertumbuhan pribadi.

Krystine Batcho juga menunjukkan bahwa orang dengan kecenderungan nostalgia lebih besar lebih mampu mengatasinya dengan kesengsaraan dan lebih cenderung mencari dukungan emosional, saran dan bantuan praktis dari orang lain. 

Mereka juga lebih cenderung menghindari gangguan yang mencegah mereka menghadapi masalah mereka dan memecahkan masalah.

Rekonsiliasi adalah dengan menyapa kembali kenangan, ataupun bertemu kembali dengan orang-orang yang masih "terpendam" akibat interaksi atau peristiwa yang memutus hubungan, padahal hal tersebut belum terselesaikan. Dialog, dapat dilakukan dengan diri sendiri, benda-benda, tempat maupun dengan orang lain.

Milenial, yang kerap kali dilabelkan sebagai generasi yang tidak stabil sebagai dampak teknologi maka perlu untuk lebih mengenal diri, tidak hanya pada permukaan namun juga secara mendalam. 

Sehingga hal ini mendorong pengambilan keputusan yang tidak hanya disebabkan karena ambisi ataupun penetrasi dari luar diri. 

Karena bila terhanyut, tenggelam, maupun tidak terselesaikan, hal ini dapat mengganggu proses pertumbuhan diri ke tahap selanjutnya. 

Atau kondisi ini akan menyebabkan kesalahpahaman terhadap orang di luar diri yang memiliki interpretasi yang tidak tepat, lalu menimbulkan konflik dan dampak yang nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun