Mohon tunggu...
NI PUTU DYAN PARAMITHA
NI PUTU DYAN PARAMITHA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Kesehatan Masyarakat

Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sisi Lain dari Nikmatnya Ketupat Kandangan

17 November 2021   11:00 Diperbarui: 17 November 2021   12:14 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fatma Liliansi Nora/2010912120014

Inna Ahda Mutmainnah/2010912220041

Ni Putu Dyan Paramitha/2010912320008

Ketupat adalah makanan yang sangat terkenal di Indonesia. Makanan ini kerap dijumpai saat perayaan hari raya besar seperti Idul Fitri. Biasanya, ketupat dihidangkan dengan lauk dan sayur lainnya, yang paling terkenal sebagai pasangan ketupat adalah sayur santan. Di Kalimantan Selatan, ketupat tidak hanya hadir sebagai hidangan saat hari raya besar, namun juga sebagai santapan sehari-hari. Ketupat kandangan, sesuai namanya berasal dari daerah Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Biasanya ketupat dikonsumsi sebagai menu sarapan. Ketupat disajikan dengan beberapa pilihan lauk, ada telur, ikan gabus yang telah diasap, dan ayam bumbu merah atau ayam bumbu habang. Terkadang, disajikan pula ikan gabus dengan bumbu merah. Sebagai pelengkap, ditambahkan kuah santan yang memberikan rasa gurih (1).

Ketupat Kandangan telah dijadikan kuliner dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat dengan mudah menemukannya di rumah makan bahkan hanya warung di pinggir jalan, hal inilah yang menyebabkan kebiasaan konsumsi ketupat di masyarakat ternilai tinggi. Masyarakat umumnya memang suka mengonsumsi makanan yang berlemak berbahan santan seperti ketupat Kandangan. Walaupun memiliki rasa yang kaya akan di lidah, namun jika dimakan terlalu sering atau berlebihan maka akan menimbulkan efek pula bagi tubuh terutama terhadap konsumsi santan pada kuah ketupat. Konsumsi lemak seperti santan memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi terutama pada lansia. Lemak jenuh terutama berasal minyak kelapa atau santan yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang akan menjadi lemak yang cenderung meningkatkan kadar kolesterol (2).

Kebiasaan mengonsumsi ketupat akan lebih berisiko terhadap masyarakat dalam menderita hipertensi karena ketupat merupakan salah satu makanan tinggi lemak yang utamanya memberikan rasa gurih sehingga menyebabkan kebutuhan konsumsi makanan yang diperlukan lebih besar agar terasa kenyang dan meningkatnya nafsu makan. Besarnya jumlah makanan dengan kandungan lemak tinggi, memberikan energi yang lebih tinggi pula, sehingga menjadi kendala dalam mengatur keseimbangan energi. Kecenderungan perilaku makan oleh masyarakat yang tinggi lemak menjadikan ketidakseimbangan lemak. Besarnya jumlah lemak pada santan ketupat yang terlalu sering dikonsumsi dapat menyebabkan tekanan darah meningkat (3).

Konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah terutama kolesterol low density lipoprotein (LDL) dan akan tertimbun dalam tubuh. Timbunan lemak yang disebabkan oleh kolesterol tersebut akan menempel pada pembuluh darah yang lama kelamaan akan terbentuk menjadi plak, terbentuknya plak dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau yang disebut sebagai aterosklerosis. Pembuluh darah yang terkena sumbatan akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke seluruh tubuh akan terganggu serta dapat memicu meningkatnya volume darah dan tekanan darah. Adapun terjadinya peningkatan tekanan darah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi (3).

Di seluruh dunia, hipertensi termasuk masalah yang besar dan serius dikarenakan prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat pada masa yang akan datang. Hipertensi sering dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (silent killer) dikarenakan gejala maupun keluhan yang timbul tidak semua dapat dirasakan atau dikenali oleh sang penderita. Hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan risiko stroke delapan kali dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami hipertensi. Selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan terjadinya lemah jantung, gangguan pada ginjal serta kebutaan (4).

Hipertensi berkaitan erat dengan pola hidup manusia. Maka dari itu diharapkan kepada kita semua agar dapat mengurangi konsumsi makanan berlemak dan sebaiknya tidak berlebihan dalam mengonsumsi ketupat. Mencegah dan mengatasi hipertensi dapat dilakukan, walaupun sering mengonsumsi ketupat, akan tetapi masyarakat juga dapat menyeimbangi kebutuhan terhadap kesehatan tubuh dengan mengonsumsi buah dan sayur, aktivitas fisik atau olahraga secara teratur dengan tujuan membakar lemak dan badan tetap bugar, menghindari konsumsi alkohol, mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal, rutin memeriksakan tekanan darah bagi penderita hipertensi, serta hidup di lingkungan bebas asap rokok (4).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun Kalimantan Selatan dengan peringkat nomor 1 di Indonesia. Hasil ini meningkat dari data pada tahun 2013 prevalensi hipertensi sebesar 30,4%menjadi 44,1%. Perilaku pasien dengan menerapkan terkontrolnya tekanan darah pasien maka akan meningkatkan kualitas hidup pasien (5).

Hal ini tentunya berhubungan dengan budaya makan-makanan yang banyak mengandung lemak. Beberapa daerah di Kalimantan Selatan memiliki makanan khas salah satunya bernama “Ketupat Kandangan”. Ketupat Kandangan merupakan kuliner khas yang berasal dari daerah Kandangan, Kalimantan Selatan. Seperti ketupat pada umumnya, bahan untuk membuat ketupat berasal dari beras. Perbedaan ketupat Kandangan dengan jenis ketupat lainnya adalah penggunaan ikan gabus (haruan) sebagai menu pelengkap. Ikan gabus ini dipanggang lebih dulu sebelum dimasak menggunakan santan. Kemudian, ikan gabus beserta kuahnya disiramkan ke ketupat. Kuliner ini dapat dihidangkan untuk makan pagi, siang atau malam. Ketupat disiram dengan kuah bersantan yang diracik dari bumbu-bumbu tradisional seperti kayu manis, pala, cengkeh, dan kapulaga. Kuah agak kental dengan rasa yang sangat khas gurih. Untuk bersantap biasanya ada sepotong ikan asap. Ikannya bisa gurame, patin, atau gabus (6).

Ketupat kandangan merupakan kuliner yang berasal dari Kalimantan Selatan tepatnya di kota Kandangan, Hulu Sungai Selatan yang sangat terkenal di dalam maupun di luar kota Kandangan, dan umumnya dimakan oleh orang orang Kandangan untuk sarapan ataupun makan siang namun ada juga sebagian yang memakannya di malam hari sebagai menu makan malam. Ketupat kandangan yang berbahan dasar beras ini biasa disantap bersama dengan kuah santan yang didampingi dengan ikan haruan (ikan gabus), hintalu jaruk (telur asin) atau telur rebus. Uniknya ketupat kandangan ini biasanya disantap oleh orang orang Kandangan dengan menggunakan tangan yakni dengan menghancurkan ketupat yang disajikan dengan jari tangan. Kenikmatan ketupat Kandangan ini terdapat pada kuahnya yang begitu gurih karena mengandung santan. Karena kebiasaan makan-makanan yang mengandung banyak santan ini, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun Kalimantan Selatan dengan peringkat nomor 1 di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 (7).

Pola makan tidak sehat atau sembarangan menjadi salah satu faktor resiko timbulnya penyakit pembuluh darah dan hipertensi. Pola makan tidak sehat yang dimaksud adalah pola makan tinggi asupan garam, tinggi asupan lemak jenuh, tinggi kolesterol, dan kaya akan energi. Apabila kemampuan tubuh untuk membuang natrium terganggu, maka asupan natrium yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah. Seperti kebiasaan mengonsumsi ketupat Kandangan, pada masyarakat Kalimantan Selatan, memang makanan ini diakui memiliki rasa yang begitu lezat dengan perpaduan antara kuah santannya apalagi ditambah dengan sambal dan limau kuit, sehingga sulit untuk menolak apabila disuguhkan makanan ini. Tetapi, benar kata pepatah sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Sebenarnya tidak ada larangan untuk mengonsumsi makanan yang lezat ini, asalkan masih  dalam porsi yang wajar jangan berlebihan agar tubuh kita terhindar dari berbagai penyakit. Terdapat beberapa tips agar tekanan darah terkontrol diantaranya adalah dengan memperbaiki pola makan, mengurangi asupan makanan yang berlemak, melakukan olahraga secara rutin (8).

DAFTAR PUSTAKA

  • Fitriah L. I-CLORE teaching material based on katupat Kandangan local wisdom on the topic of heat and temperature. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika 2021; 9(1): 28-38.
  • Salman Y, Monica S, Oklivia L. Analisis faktor dominan terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Cempaka. Jurnal Dunia Gizi 2020; 3(1): 15-22.
  • Nurleny, Meria K. Obesitas dan konsumsi makanan berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Jurnal Ilmiah Permas 2021; 11(2): 481-490.
  • Sinaga LRV dkk. Penelitian kualitatif untuk mengidentifikasi kebiasaan makan masyarakat yang berkaitan dengan hipertensi esensial di Desa Tualang Lama Kecamatan Deleng Pokhisen Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2018. Jurnal Akrab Juara 2019; 4(2): 147-163.
  • Aryzki Saftia, Wahyuni A. Penilaian Data Awal Penerapan Brief conseling Farmasis Dalam Peningkatan Perilaku, Kepatuhan Minum Obat, Hasil Terapi Dan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Di RSUD Ulin Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina 2020; 5(2): 335-344.
  • Muin AA. Perbandingan Metode SAW Dan Metode Smart Dalam Pemilihan Kuliner Khas Kalimantan Selatan Terbaik. Jurnal Ilmiah “Technologia” 2020; 11(4): 206-212.
  • Yulandha FA, Oktaviana A. Pusat Kuliner Khas Kabupaten Hulu Sungai Selatan Di Banjarmasin. Journal Of Architecture 2020; 9(1): 153-166.

Suryarinilsih Y. Penatalaksanaan Diet Dan Olahraga Dengan Pengendalian Hipertensi Pada Klien Hipertensi. MENARA Ilmu 2019; 13(9): 127-138.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun