Mohon tunggu...
NiNyomanRadaraniPR
NiNyomanRadaraniPR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panca Sradha sebagai Jalan Mencapai Tujuan Akhir Umat Hindu

19 April 2022   20:49 Diperbarui: 19 April 2022   22:17 1567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia yang diperkirakan sudah berkembang sejak 4.000 tahun yang lalu dilembah sungai Indus, India. Agama hindu memiliki tiga kerangka dasar yang menjadi pondasi kuat ditengah berkembangnya arus globalisasi. Tiga kerangka dasar atau yang bisa juga dikatakan sebagai tiga aspek agama Hindu, yaitu:

  • Tattwa
  • Susila
  • Upacara

Ketiga hal ini tidak dapat berdiri sendiri, karena saling terkait menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat terpisahkan. Oleh sebab itu, umat Hindu wajib dan dituntut untuk dapat memahami arti filosifi dari ketiga kerangka dasar tersebut. Sehingga ketika ajaran ketiganya dilaksanakan dengan baik dan benar, maka akan diperoleh sesuatu yang tidak menyimpang dan betul-betul bermanfaat serta berguna bagi semua yang terlibat sesuai dengan sastra-sastra agama yang ada.

Salah satunya dalam ajaran tattwa kita diajarkan untuk memiliki kepercayaan atau sradha. Sradha diperlukan untuk mencapai satya dan bhakti. Kepercayaan atau sradha dalam agama Hindu dikenal dengan Panca Sradha. Panca sradha berasal dari bahasa sansekerta, terdiri dari dua kata yaitu panca yang berarti lima dan sradha yang berarti yakin, percaya. 

Jadi panca sradha adalah lima dasar keyakinan atau kepercayaan dalam agama Hindu. Kelima dasar tersebut, yaitu brahman, atman, karmaphala, punarbhawa, moksa. Kelima dasar ini menjadi kesatuan komponen yang utuh, tidak dapat dipisahkan sebab menjadi kepribadian bagi umat Hindu.

a. Brahman (percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa)

Brahman atau widhi sradha merupakan keyakinan dan kepercayaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang diterapkan dengan melaksanakan ajaran tri pramana. Ajaran yang ada pada widhi sradha ini dapat diterapkan ke dalam ajaran cadhu sakti atau yang dikenal dengan empat sifat kemahakuasaan Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi. 

Dalam kitab suci disebutkan bahwa "Tuhan itu hanya satu, namun orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama". Ini menjadi bukti bahwa Hyang Widhi lah yang memiliki kuasa atas segala yang ada di dunia ini. Namun, karena tidak terjangkau oleh pikiran manusia maka umat Hindu membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, Tuhan disebutkan dalam banyak nama namun tetap dipercaya hanya satu (tunggal).

b. Atman (percaya dengan adanya atman)

Atman sradha ialah kepercayaan terhadap adanya atman. Atman ialah percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dapat memberikan kehidupan bagi setiap mahkluk hidup yang ada di dunia. 

Dalam kitab upanisad disebutkan bahwa brahman dan atman adalah tunggal, artinya Ida Sang Hyang Widhi sebagai sumber atma yang disebut sebagai parama atma yang menjadi intisari dari alam semesta ini yang dikenal dengan adyatman. Atman yang menghidupi badan manusia disebut sebagai jiwatman, yang akan dipengaruhi oleh hasil perbuatan atau karma yang dilakukan sedangkan yang menghidupi binatang disebut sebagai janggama dan terakhir yang menghidupi tumbuh-tumbuhan disebut sebagai sthawana.

c. Karmaphala (percaya dengan adanya hukum karma)

Karmaphala sradha ialah keyakinan dan kepercayaan adanya hukum karmaphala. Percaya dengan adanya hukum karmaphala, artinya setiap perbuatan baik (susila) atau perbuatan buruk (asusila) yang dilakukan pasti akan mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diperbuat. Karma phala ini juga yang nantinya akan membawa roh kita setelah meninggal akan mendapat tempat yang bagaimana, karena setiap manusia akan diadili sesuai perbuatan yang dilakukan semasa hidupnya di dunia. Berdasarkan sifat-sifatnya hukum karma phala disebutkan bahwa karma phala yaitu sebagai hukum yang bersifat abadi, artinya hukum akan terjadi semenjak terciptanya semesta sampai saat terjadinya kiamat atau pralaya. Selanjutnya, hukum karmaphala bersifat universal, artinya hukum ini berlaku bagi siapa saja tanpa terkecuali. Kemudian hukum karma phala berlaku sepanjang masa, yaitu sejak dunia tercipta hingga dunia berakhir atau kiamat. Dan yang terakhir, hukum karma phala bersifat sempurna, artinya hukum ini tidak dapat ditawar dan diganggu gugat oleh siapa pun. 

Tujuan utama dari umat Hindu ialah mencapai moksa bukannya surga ataupun neraka, karena moksa merupakan kebahagiaan tertinggi atma karena telah bersatu dengan brahman atau Ida Sang Hyang Widhi. Maka, apapun yang dilakukan baik itu dimasa lalu, sekarang, bahkan di masa yang akan datang itu akan berpengaruh terhadap hasil yang akan diterima karena sudah menjadi hukum alam (rta). 

Oleh sebab itu, dengan memahami ajaran ini, kita didorong untuk selalu berbuat kebaikan dalam kehidupan sehari-hari karena hasil dari perbuatan baik itu akan kita tuai di kemudian hari. 

Hasil perbuatan atau phala tidak selalu dapat dinikmati hari itu juga, ada tiga macam karma phala, yaitu sancita karma phala (perbuatan yang dilakukan dahulu, namun hasilnya diterima sekarang), prarabda karma phala (perbuatan yang dilakukan sekarang yang hasilnya diterima saat itu juga), dan kriyamana karma phala (perbuatan yang sekarang, namun hasilnya akan dinikmati dimasa yang akan datang).

d. Punarbhawa (percaya dengan adanya kelahiran kembali atau reinkarnasi)

Punarbhawa ialah keyakinan adanya kelahiran kembali atau berulang-ulang yang dikenal dengan samsara atau reinkarnasi. Kelahiran ini disebabkan oleh karma yang diperbuat di kehidupan yang lampau. Punarbhawa menjadi penderitaan akibat karma wesana dari kehidupan yang silih berganti karena jiwatman yang masih dipengaruhi dan diliputi oleh keinginan dan kemauan yang berhubungan dengan kenikmatan duniawi. 

Kelahiran kembali ini bukanlah hal yang negative, namun kita bisa mengambil sisi positif nya bahwa dengan lahir kembali kita bisa memperbaiki diri demi tercapainya tujuan akhir kesempurnaan hidup yang diinginkan yaitu moksa. Dengan adanya keyakinan tentang punarbhawa ini, maka akan menimbulkan tindakan-tindakan yang mulia, seperti adanya pelaksanaan Yadnya dan Dana Punya yang akan membawa kebahagiaan hidup setelah meninggal, dan agar kita dapat terhindar dari segala perbuatan buruk yang akan malapetaka bagi kita karena hal itu akan membawa kita untuk mengalami kehidupan yang lebih buruk lagi.

e. Moksa (percaya dengan adanya moksa atau penyatuan jiwa dan kebahagiaan rohani)

Moksa menjadi tujuan akhir bagi umat Hindu karena pada tahap ini jiwatman telah bebas dari ikatan keduniawian dan siklus kelahiran serta kematian yang ditandai oleh kebaktian suci pada alam parama siwa. Moksa dapat dibedakan kedalam beberapa jenis, yaitu samipya (kebebasan semasa hidup di dunia), Sarupya atau Sadharmya (kebebasan yang didapat karena kelahirannya, kedudukan atman ialah pancaran dari kemahakuasaan Tuhan), salokya (kebebasan yang dicapai ketika atman telah mencapai kesadaran yang sama dengan Tuhan), sayujya (tingkat kebebasan tertinggi, karena atman telah benar-benar Bersatu dengan Brahman. Tingkatan dalam moksa juga didefinisikan ke dalam beberapa istilah, yaitu:

  • Jiwa mukti merupakan kebebasan yang dicapai seseorang semasa hidupnya, pada saat ini atman tidak terpengaruh lagi oleh unsur-unsur maya, dan jiwa mukti sama dengan samipya serta sarupya.
  • Wideha mukti merupakan kebebasan yang dicapai semasa hidup, ketika atman telah meninggalkan badan kasar dan memiliki kesadaran setingkat dewa. Namun, belum benar-benar bersatu dengan Tuhan akibat imbas dari unsur maya yang masih mengikatnya. Wiseha mukti ini sama dengan salokya.
  • Purna mukti merupakan kebebasan yang tertinggi dan paling sempurna dikarenakan atman telah bersatu dengan Tuhan. Purna mukti sama dengan sayujya.

Moksa juga diartikan sebagai bersatunya atma dengan parama atma di alam parama siwa. Tidak ada kesengsaraan pada alam ini, yang ada hanyalah kebahagiaan yang sulit dirasakan dikehidupan ini (sukha tan pawali dukha). Jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai moksa ialah dengan menerapkan catur marga, yang terdiri dari bhakti marga (jalan bhakti), karma marga ( jalan perbuatan), Jnana marga (jalan ilmu pengetahuan), raja marga (jalan yoga). 

Selain itu, catur purusa artha juga menjadi jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai moksa itu sendiri. Kebebasan yang dapat dicapai atma dalam moksa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu moksa (kebebasan yang dicapai namun masih meninggalkan bekas berupa badan kasar), adi moksa (kebebasan yang dicapai namun meninggalkan bekas berupa abu), dan parama moksa (kebebasan yang dicapai tanpa meninggalkan bekas).

Umat Hindu wajib untuk memiliki sradha atau kepercayaan, karena sradha dapat menghilangkan keraguan, kecanggungan, ketidaktenangan, dan bahkan membantu sesorang yang sedang terombang-ambing dalam masalah yang dialaminya. Panca sradha menjadi lima dasar keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki umat Hindu dan harus dipegang teguh sebagai suatu pondasi yang kuat dalam kehidupan beragama, dan bermasyarakat demi tercapainya tujuan akhir yang diinginkan yaitu moksa. 

Moksa merupakan kebebasan paripurna, keselamatan, dan pembebasan yang menjadi tujuan paling akhir dari empat pilar penyangga struktur kehidupan ini, dengan tiga pilar lainnya yaitu dharma atau kebajikan, artha atau kekayaan, dan kama atau keinginan. Jadi moksa dapat diartikan sebagai suatu kebebasan dari siklus kehidupan dan kelahiran, Moksa dapat tercapai tidak hanya dalam kehidupan setelah kematian, namun dalam kehidupan ini pun moksa dapat tercapai. 

Seperti bunyi sloka "Moksartham Jagadhitaya ca iti dharma" yang mengatakan bahwa tujuan agama Hindu bukan hanya demi mencapai tujuan akhir umat Hindu yaitu moksa namun juga demi mencapai kesejahteraan umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun