Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Faktor FBR, Relawan, dan Mesin Partai Menangkan Ahok

16 April 2017   10:18 Diperbarui: 16 April 2017   19:00 3403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini disebabkan ketokohan Anies tidak mampu menggerakkan dukungan masif seperti Jokowi-Ahok 2012. Karena itu tanpa bergeraknya relawan, maka Anies dipastikan akan kedodoran.

Faktor ketokohan dan kinerja Ahok. Ahok telah mengerjakan yang hendak dan direncanakan dan diwacanakan sebagai program kerja Anies. Rencana dan retorita Anies menjadi afirmasi kinerja Ahok. Maka kondisi dukungan partai yang mayoritas dan ketokohan serta kinerja Ahok yang didukung oleh mayoritas partai menjadi kekuatan yang tak bisa diremehkan.

Kelima, peran mesin partai, relawan, dan ormas pendukung Anies dan Ahok.

Berbeda dengan kontestasi 2012, mesin partai berfungsi maksimal memenangkan calon masing-masing. Pertaruhan partai menjadi begitu penting. Dengan kondisi ini 3 partai pendukung Anies melakukan konsolidasi untuk menggalang suara. FPI yang bergerak dengan aneka tekanan pun hanya akan menjadi titik lemah Anies.

Relawan yang bergerak di kubu Anies pun kebanyakan berafiliasi dengan FPI, FUI dan partai agama PKS. Hal ini menjadi batas penggalangan yang tidak maksimal. Hal lain yang memengaruhi adalah kenyataan adanya keterbatasan dana yang hanya Rp 17 miliar untuk kampanye putaran 2 Anies – yang berasal dari kocek Sandi. Untuk ormas terbatas pada dukungan FPI.

Ahok memiliki keuntungan lebih dengan mayoritas partai dengan mesin partainya yang bergerak untuk memenangkan Ahok. Kali ini gerakan partai dan mesin partai menjadi paling efektif karena adanya sentimen perang kepentingan yang mirip Pilres 2014.

Keenam,peran media sosial dan kampanye internet dan netizen.

Anies menguasai 40% panggung media sosial sebagai bagian kampanye yang efektif. Namun strategi kampanye yang tidak lengkap menjadi pemicu penggambaran dan stigma negatif terhadap Anies yang dianggap oleh Netizen sebagai dekat dengan FPI – karena memang didukung oleh FPI.

Dalam 2 X 24 jam seruan untuk mengajak pilih Anies akan mewarnai kampanye internet yang tidak bisa dihentikan. Para artis pendukung akan saling bersuara untuk meminta dukungan bagi Anies.

Ahok menguasai 60% panggung media sosial dengan stigma didzolimi, terdakwa kasus yang disetir oleh Buni Yani, petahana, pekerja, dan menjadi lambang perlawanan terhadap tekanan massa dalam konstelasi kampanye menjurus SARA yang begitu kental. Stigma ini menimbulkan simpati …

Dalam waktu 3 X 24 jam gerakan di internet dan media sosial akan massif dengan seruan mirip “Salam Dua Jari” akan menjadi penentu dukungan bagi Ahok. Dukungan Slankers, dukungan Ruhut Sitompoel, dukungan Sofia Latjuba, dukungan Julia Perez, dukungan Raisa dan artis-artis lain akan sangat menentukan bagi kalangan Netizen yang jumlahnya hanya sekitar 5%. Namun angka 5% ini menjadi sangat penting baik bagi Anies maupun bagi Ahok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun