Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY, Antasari, Anas, Rizieq FPI: Korban Kekuasaan "Ngunduh Wohing Pakerti"

15 Februari 2017   09:51 Diperbarui: 15 Februari 2017   10:28 8472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini ketika kekuasaan SBY yang sudah dipreteli kekuasaan pun, SBY masih bermimpi dan halusinasi tentang kekuasan sebagai penguasa partai. Partai pribadi ini pun tidak memiliki sikap politik dan bersikap banci dan tidak jelas: malah menyebut sebagai partai penyeimbang. Satu-satunya partai di dunia dan akhirat yang menyebut diri sebagai partai penyeimbang. Ha ha ha. Maka menjadi mustahil sikap politik plin-plan tanpa arah dan oportunitis keluar dari semua teori politik SBY akan mendapatkan dukungan. Rakyat – bahkan Presiden Jokowi dan JK sekali pun – akan was was dan tidak memercayai orang semacam SBY.

Sikap politik yang tidak jelas – yang tujuannya hanya menguntungkan diri sendiri – membuat bayangan kekuasaan pun sirna. Kekuasaan yang seharusnya dipeluk oleh SBY justru dijadikan musuh politik. Presiden Jokowi yang jelas sebagai penguasa pun ditempatkan oleh SBY sebagai dan dianggap tidak ada apa-apanya, anak kemarin sore, tidak berkuasa, tidak berpengalaman, dan tidak kuat.

SBY menafikan posisi Presiden Jokowi sebagai Panglima Tertinggi TNI dan atasan Kapolri sekaligus sebagai end-user BIN. Data, fakta, informasi, dengan kekuasaannya, Presiden Jokowi bisa menelanjangi siapa pun – meskipun hukum formal tertulis dan UU berlaku – namun kekuasaan adalah tentang kekuasaan bukan lainnya. (Maka ketika hal baik tidak juga dianggap baik, kasus besar yang luar biasa selain E-KTP, kasus Century akan lebih menghebohkan lagi begitu Boedino nanti di-grilleduntuk mengungkap kebanaran mutlak.)

Sikap SBY yang mengagungkan kekuasaan pun dipraktikkan sama oleh Rizieq FPI. Anggapan dukungan massa sebagai kekuatan nyata membuat Rizieq FPI kebablasan. Teriakan revulusi ala FPI terkait Ahok menjadi senjata. Pernyataan dan sikap permusuhan terhadap Ahok berbuntut aksi penuntutan dan penggalian kasus yang bisa menjerat Rizieq FPI.

Tak hanya Rizieq, maka orang di lingkarannya pun terkena imbas aksi-reaksi penerapan hukum dan kekuasaan. Rizieq lupa yang tengah berlangsung hanyalah pemetaan intelejen dan alat mengatur ritme suhu politik yang pada akhirnya akan membuat Negara berdiri tegak di atas euphoria palsu dan sementara – yang mengecoh baik SBY maupun Rizieq.

Dan yang paling fatal adalah bahwa SBY dan Rizieq – dan juga Amien Rais – abai terhadap peringatan yang telah diberikan oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Giri yang disampaikan oleh Ki Sabdopanditoratu. Beikut kutipannya dari Sunan Kalijaga dalam lagu Lir Ilir.

Kini mentari bukan di bawah SBY lagi, atau dalam kuasa politik si tukang mencla-mencle Amien Rais yang tak menepati janji nazar jalan Jogja-Jakarta kalau Prabowo-Hatta kalah, atau dalam genggaman kekuasaan pidato kemasylahatan dunia-akhirat Rizieq FPI saja, bukan.

Kini dunia kekuasaan telah berganti di tangan Presiden Jokowi dan juga paracah angonalias penggembala negara, dalam rahmat Allah SWT tentunya. Faktanya duhai wahai SBY, Amien Rais dan Rizieq FPI, ketahuilah bahwa tanaman sudah pada menghijau, kehidupan telah mulai baruTandure wis semilir.

Tanaman yang kalian secara sengaja tak sengaja taman telah tumbuh menjadi tanaman yang bermekaran di seantero negeri dan berkuasa hingga menjelma – secara ajaib – menjadi para penggembala yaknicah angon. Maka para cah angon itu ada yang menjalar di DPR, di Polri, di KPK, dan Kejaksaan.Cah angonada yang tumbuh di BIN, ada yang tumbuh di TNI, ada yang berkembang di pengadilan, di Densus 88, ada yang bertumbuh di media sosial, semuanya tumbuh subur dan tidak dapat dikendalikan lagi oleh kalian wahai SBY, Amien Rais dan Rizieq FPI, dan sidang pembaca.

Selanjutnya, nasihat dari Sunan Giri lewat lagu Cublak-cublak Suweng yang kutipannya sebagai berikut.

Lagu Cublak-cublak Suweng harusnya dijadikan inspirasi agar karya lagu SBY langgeng sampai 100 tahun atau 200 tahun atau 400 tahun – bukan malah lagunya sember dan fals dinyanyikan hingga tak diingat oleh banyak orang. Kenapa lagu Cublak-cublak Suweng bisa bertahan terkenal selama 450 tahun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun